CAMPUR ADUK

Monday, December 31, 2018

PEMUJA SETAN

“Ibu, lihatlah Anna mendapat hadiah.”

Aku menatap ke arah anak ku yang kini tengah berdiri di hadapanku sambil membawa kotak berwarna merah.

Tangan ku terjulur ke arahnya, membawa tubuh mungilnya kedalam pangkuanku. Aku menatap hadiah yang ada di tangan Anna bingung, pasalnya kami baru saja pindah ke rumah ini, rasanya aneh kalau tiba-tiba ada yang memberi hadiah pada anak ku.

“Kamu mendapatkannya dari siapa Anna?” Tanyaku padanya. Anna tidak langsung menjawab pertanyaan ku, ia malah terlihat gelisah, terlihat dari caranya mengayun-ayunkan kakinya.

“Kakak itu bilang kalau aku tidak boleh memberi tahu siapa-siapa,” Jawabnya sambil menundukan kepala.

Kakak siapa yang dimaksudkan oleh Anna? Kenapa aku merasa tak enak hati, aku merasa takut akan terjadi sesuatu dengan anak ku. Aku memeluk Anna erat, tanpa sadar airmata telah membasahi pipiku.

“Anna, berjanjilah pada Ibu, kamu tidak akan meninggalkan Ibu,” Ucapku sambil terus memeluknya erat. Anna hanya mengangguk-anggukan kepalanya sambil terus berkata Ibu jangan menangis saat ia mendengar suara isakan yang kucoba tahan sebisa mungkin.

Keesokan harinya saat aku bangun tidur aku sudah tak mendapati Suami ku yang biasanya masih terlelap di sampingku. Aku beranjak bangun dan keluar dari kamar menuju dapur untuk menyiapkan sarapan pagi.

Rumah ini terasa sangat sepi dan juga terasa mencekam, aku merasa seperti ada yang tengah memperhatikan gerak gerik ku. Sejujurnya aku sudah merasa tak nyaman sejak pertama kali melihat rumah ini, rumah ini seperti menyimpan banyak misteri, apalagi katanya rumah ini berhantu, aku tahu tentang itu dari orang di sekitar sini saat aku tengah membeli bahan pangan kemarin sore.

Langkah ku terhenti saat mendengar suara tawa di kamar anak ku, aku lantas mendekat ke arah kamar itu dan mendekatkan telinga ke pintu, mencoba mencuri dengar suara apa itu sebenarnya.

“Hahah … kakak curang, ugh hentikan kak, hahah … geli,”

Kening ku berkerut bingung. Anna sedang bercanda dengan siapa?

Tangan ku terjulur hendak membuka pintu, namun…

Grep!

“Kenapa kau ada di sini sayangku?” Tanya sebuah suara sambil memeluk ku dari belakang. Aku kenal suara ini, ini adalah suara Suamiku. Membalikan badan, aku lantas menemukan wajah tampan suamiku yang tengah menyunggingkan senyum menawan.

“Aku hanya penasaran, Anna sedang bercanda dengan siapa?”

Aku melihatnya mengernyitkan kening, lalu ia pun melepas pelukannya dariku. Tangannya terjulur ke arah gagang pintu kamar Anna lalu membukanya. Suara derit yang terdengar saat pintu itu terbuka membuat suasana menjadi terasa mencekam. Jantungku sudah berdetak kencang. Menanti apa yang akan aku temukan di dalam kamar Anna.

Pintu terbuka sepenuhnya. Kami melangkah masuk ke dalamnya. Di atas kasur aku melihat Anna yang masih tertidur. Ini tidak mungkin. Jelas-jelas kalau tadi aku mendengar suara Anna yang tengah tertawa entah dengan siapa. Aku mendekat ke arah Anna, mengguncang tubuhnya pelan agar ia terbangun. Posisi tidurnya yang membelakangi ku membuatku tak bisa melihat wajahnya.

Aku terus mencoba membangunkannya tapi Anna tak juga bangun, tidak seperti biasanya. Padahal biasanya ia akan sangat mudah untuk dibangunkan. Aku mulai khawatir. Aku pun membalikan tubuhnya kearahku dan betapa kagetnya aku saat melihat wajah Anna dipenuhi luka sayatan. Darah menetes-netes dari luka sayatan itu. Aku memandangi luka itu dengan pandangan ngeri.

“ANNA!”

Aku berteriak kencang memanggil nama Anna sambil terus mengguncang tubuhnya yang mulai mendingin. Anna ku meninggal!

Aku menagis sejadi-jadinya. Mengabaikan suara suamiku yang entah mengatakan apa. Aku tak mau tahu! Anna ku, dia anak ku … dia harta berhargaku! Mengapa tuhan begitu kejam dengan mengambil Anna dariku!

Tanganku terjulur untuk menghapus darah yang terus menetes dari luka Anna. Pelan, sangat pelan. Aku takut Anna akan merasakan sakit jika aku menghapus darah itu dengan kasar. Padahal aku tahu, Anna ku sudah tak bernyawa lagi!

“Hahah … kenapa kau menangis istriku?”

Aku tercengang saat mendengar suara suamiku. Aku membalikan badan ke arahnya. Aku terkejut saat melihatnya tengah berdiri sambil memegang pisau daging. Matanya berkilat penuh bahaya. Senyumnya membuatku bergidik ngeri. Entah sejak kapan ia berganti baju dengan baju hitam terusan yang ada penutup kepalanya. Ia terlihat menyeramkan dengan dandanan seperti itu. Ia sudah mirip seperti pemuja setan.

“Ada apa dengan mu?” Tanyaku padanya.

Suamiku diam saja tak menjawab pertanyaan ku. Saat aku akan melangkah mendekatinya kedua kakiku tak bisa ku gerakan seakan ada yang menariknya dari bawah agar aku tak bisa pergi kemana-mana.

Aku menundukan kepala, melihat ke arah kedua kakiku saat aku merasakan nyeri di bawah sana. Aku menjerit saat melihat ada dua pasang tangan yang muncul dari lantai. Kedua pasang tangan itu memegang pisau kecil yang terlihat sangat tajam dan tangan-tangan itu terus menggores sepasang kaki ku.

Aku menangis semakin kencang saat ku rasakan pisau-pisau tajam itu tertancap di kaki ku, setelah menancapkan pisau tajam itu dua pasang tangan tadi langsung menghilang. Aku menjerit, melolong, meminta tolong pada suamiku, tapi bukannya menolong ia malah tertawa seakan apa yang tengah di saksikannya ini merupakan acara lawak yang sering di tontonnya.

“Siapa kau? Suamiku tidak akan berlaku kejam seperti ini,” Tanyaku padanya sambil melemparkan tatapan penuh benci padanya. Ia hanya tertawa dan terus tertawa. Suara tawanya semakin kencang dan membuat kedua telingaku berdenging. Saat aku menutup kedua telingaku dengan tangan, aku merasakan ada cairan yang keluar dari telingaku dan saat aku melihatnya ternyata itu adalah darah.

Aku harus pergi! Tapi kemana? Tidak mungkin jika lewat pintu. Aku harus melewati makhluk yang mirip dengan suamiku itu terlebih dahulu untuk bisa keluar. Tapi itu tak mungkin! Naman itu kan jalan satu-satunya untuk aku bisa terbebas dari makhluk itu. Oh tuhan, aku harus bagaimana?

Lagipula aku tak mungkin meninggalkan Anna. Jika aku keluar maka Anna pun harus ikut keluar bersama ku.

Aku menatap tepat pada kedua bola mata makhluk itu lalu berjalan mendekatinya. Aku tahu ini tindakan gila, secara tidak langsung aku telah menyerahlan diri untuk dibunuh olehnya. Tapi aku tak tahu harus apa, aku pasrah jika memang makhluk itu ingin membunuh ku. Aku melangkah dengan tertatih karena luka di kakiku terasa begitu menyakitkan setiap kali aku mencoba untuk menggerakannya. Makhluk itu menyeringai melihatku melangkah samakin dekat dengannya.

Saat aku sudah berdiri tepat tiga langkah darinya aku langsung berhenti melangkah. Senyum menyeramkan itu masih tertoreh di kedua belah bibirnya. Lalu dengan penuh keberanian aku mengatakan.

“Bunuhlah aku”

Seringaian di bibirnya semakin melebar saat mendengar perkataan ku. Sekilas aku melihat matanya berubah menjadi warna merah darah.

“Kau sangat berani istriku. Oleh karena itu aku akan memberikan kotak merah ini untuk mu. Kau senang bukan?”

Aku terkejut saat melihat kotak merah itu. Itu merupakan kotak merah yang pernah diperlihatkan oleh Anna padaku.

“Itu … kotak itu, kau dapat darimana?” Tanyaku sambil menunjuk ke arah kotak merah yang tengah di pegangnya. Oh tunggu. Bukankah tangan kanannya tadi memegang pisau daging? Kenapa sekarang ia malah memegang kotak merah itu?

Ia mengabaikan pertanyaan ku dan malah menyodorkan kotak merah itu padaku. Aku mengambilnya dengan tangan yang gemetaran. Ku buka kotak itu perlahan dan …

BUM

Semuanya berubah menjadi gelap. Aku tak bisa melihat apapun.

“ARGGHH”

Aku menjerit kencang saat merasakan rasa perih di pipiku. Aku tak bisa melihat apapun, yang bisa kulihat hanyalah warna hitam, semuanya gelap.

Kembali kurasakan rasa perih di kening ku, sampai sesuatu yang dingin menyentuh permukaan leher ku. Napas ku sudah tak beraturan, air mata terus berjatuhan. Aku tak tahu apa kesalahan ku. Sampai sebuah ingatan terlintas di pikiranku. Saat ada seseorang yang mengatakan kalau suamiku adalah pemuja setan dan suatu hari nanti aku akan menjadi korbannya. Aku yang mendengar itu tentu saja tidak percaya karena yang aku tahu suamiku terlalu baik untuk menjadi seorang pemuja setan, tapi sepertinya itu benar dan inilah bukti kalau suamiku memanglah pemuja setan. Mungkin dia jugalah yang telah membunuh Anna. Membunuh Anna dengan kekuatan setannya.

Benda dingin yang aku yakini adalah pisau daging itu semakin menekan leherku, aku pun bisa merasakan nyeri yang luar biasa karenanya. Mungkin leherku sudah berdarah sekarang.

“Kau tahu istriku? Rumah ini adalah tempat aku melakukan ritual pemujaan. Seharusnya kau percaya pada orang bodoh yang memberi tahumu waktu itu, tapi karena kau lebih bodoh dari orang bodoh itu, jadi wajar saja jika kau tetap percaya padaku”

“…”

“Sekarang kau akan menjadi korban ku yang berikutnya, hahahah”

“…”

“Kenapa kau diam saja istriku? Ups aku lupa. Kepala mu saja sudah terpisah, bagaimana kau bisa membalas perkataan ku coba? Hahahah”

“…”

“Selamat tinggal istriku!”


Karya: Mimosa Pudica

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK