CAMPUR ADUK

Monday, December 31, 2018

LONELY

“Sekolah lagi.. sekolah lagi… Hufft membosankan!!” aku menghardik diriku sendiri di dalam kesunyian. Alunan suara jangkrik masih terdengar di antara sejuknya pagi. Baju seragam putih kukenakan beserta rok kotak-kotak dengan perpaduan antara merah jambu dengan ungu. aku menatap diriku di depan cermin, seraya merekahkan senyum sambil berkata “Everything will be okay”.

Setelah semua rapi, kukayuh sepedah ontel milik almarhum ayah. Hingga dua jam perjalanan tibalah aku di depan gerbang besi berukuran 2 kali tinggi tubuhku dengan plang bertuliskan Bogor gomawo High School.

Ceritaku tak seindah cerita mereka yang datang ke sekolah disambut dengan sapa serta senyuman para siswa yang lain, namun nyatanya? Tidak!! Tak ada satu pun siswa yang mengurku, semua sibuk dengan kehidupan masing-masing. Mungkin apakah karena aku masuk ke sekolah ini hanya bermodal beasiswa?

Huh benar juga, siapa yang ingin berteman dengan orang miskin sepertiku. Terlebih parasku yang maskulin, dengan gaya rambut pendek, seragam yang lusuh serta rokku yang super pendek.

Orang-orang memandangku bak “pria memakai seragam wanita” haha sayangnya aku menghiraukanya.

Tidak seperti orang pada umumnya yang memiliki jutaan kenangan di kelas mereka, kelasku sebuah ruangan berukuran 3 kali kamarku dengan 20 kursi yang tersusun rapi di dalamnya, disertai proyeksi dan dinding bercat putih tanpa hiasan, huh kau sebut ini kelas? Mungkin lebih tepatnya ini penjara!!.

Kursiku terletak paling depan, yang jelas jarang sekali ku bercengkrama antar satu teman sebayaku, yang kulakukan hanyalah membaca dan menggoyang-goyangkan pena di atas secarik kertas. Membuat sesuatu yang baru. Yang di dalamnya tiada masalah dan tentunya berbanding lurus dengan kehidupanku yang sekarang. Iya orang sering menyebutnya dengan dunia Khayalan.

Di dunia tersebut menjadi alasanku tuk tetap hidup, tetap merasakan apa itu arti kebahagiaan.

“Tong, Tengg, Tang, Tong.”

Bel istirahat berbunyi, aku sedikit merekahkan senyum sambil merapihkan buku-bukuku, tak lupa kubawa diary lusuhku agar ku bisa berimajinasi ria. Aku di taman sekolah, ketenangan dedaunan yang menempel pada ranting serta gemercik air mancur seakan siap untuk membukakan pintu ke dunia khayalan. Perlahan ku menulis huruf per huruf menjadi sebuah kata, kata per kata menjadi sebuah kalimat hingga perlahan keadaan di sekitar mulai berubah bak dunia di negeri dongeng. Bodoh!! Memang aku sedang masuk di dalamnya.

Oke untuk paragraf pertama, kutulis tentang seorang pria tampan. Hmm ya lebih tepatnya seorang pria yang bisa mengertiku dan dapat menemani kesendirianku. Cocok untuk seorang upik abu sepertiku.

Aku mulai melanjutkan menulis hingga saat di pertengahan, helaian napas berhembus. Sedikit menerpa leherku yang banyak ditumbuhi rambut.

“Kau, mungkin satu dari sekian orang yang menganggap dunia ini tak adil?” bisiknya, bibirnya sangatlah dekat dengan daun telingaku dan hal itu begitu terasa nyata.

“Iya dan maukah kita pergi ke bar?, pelajaran tambahan membuatku muak!!”

“Maaf aku tidak mau” ucap pria tampan tersebut sambil duduk di atas bebatuan taman.

“Mengapa? Bukankah itu rutinitas yang sering kita perbuat?”

“Pernahkah kau berpikir, untuk sekali saja tidak kabur dari masalah?” ucapnya yang mulai menceramahiku.

“Kau tau apa tentang hidupku? Asal kau tau saja kau hanyalah manusia virtual yang tercipta karena ratusan huruf yang kutulis!” ujarku yang agak sedikit kesal dengan pertanyaannya, bahkan aku mulai bak orang gila memaki-maki sesorang yang tak berwujud.

“Baiklah jika kau berpikir aku sesederhana itu, hmm aku akan menceritakan singkat kehidupan dirimu yang kelam. Kau Yuki Adies Haruna gadis remaja kelas 11 SMA yang terlahir yatim piatu, bukan karena orangtuamu meninggal, tapi karena orangtuamu yang tak menginginkan dirimu yang terlahir sebagai wanita, sehingga hidupmu berakhir di panti asuhan Regina Maria. Jika hidupmu diibaratkan sebagai pelangi kuyakin pelangi itu kan menjadi pelangi terburuk sepanjang masa yang hampir seluruh warnanya dipenuhi warna gelap. Bahkan masalah percintaanmu di usia remaja tak seindah cerita cinta yang ada di Drama korea yang sering kau tonton, cintamu bertepuk sebelah tangan dengan raka dan…”

“Cukuppp kubilang Hentikaan arrrggh!!” Hardikku sambil menutup telinga dengan kedua tanganku, tak kusangka diriku bernostlagia dengan itu semua, untuk pertama kalinya aku menjadi wanita yang cengeng. Iya aku menangis.

Hikss, Hiksss, Hikss.

“Iya kau benar tentang semua itu, dan aku tak tau apa yang harus kulakukan karena aku hanya bisa tersenyum, berusaha membuat duniaku sendiri sambil menganggap semua ini kan baik-baik saja, padahal tidak!!, sayatan bebatuan runcing mengikis kebahagiaanku secara bertubi-tubi.”

“Lalu? Apa yang kau inginkan dariku?” ucapnya sambil mengusap linangan air mata di sekitar pipi dan daguku. Ia hanya tertawa kecil sambil menatapku, mukanya bertambah tampan. Memberikan sugesti positif pada diriku sehingga diriku menjadi lebih tenang.

“Yang kuingin, kau menjadi nyata, karena kurasa kau sangat nyata ya kau tau bukan hanya sekedar makhluk virtual yang terbuat dari bubuk imajinasi yang diaplikasikan ke dalam tulisan, dan untuk sekarang bisakah kau memberikanku saran serta apa yang harus kulakukan selanjutnya? Kumohon!!”

Pria itu terdiam diselimuti rasa hening, ia berhenti mengusap air mataku, ia berdiri sambil wajah yang memandang langit, berharap puluhan Ilham merasukkinya sehingga bisa menyelesaikan masalahku yang tidak bisa diselesaikan hanya dengan membolak-balikkan tangan.

“Baiklah hal pertama kali yang harus kau lakukan adalah pergilah ke tempat dimana kau harus pergi. Ini bulan yang baik Yuki, tak ada salahnya jika kau berkeluh kesah pada penciptamu dan bisiki masalahmu yang besar bahwa kau punya tuhan yang lebih besar, dan setelah semuanya mereda mulailah tuk menjadi dirimu sendiri, aku tau kau kesepian namun bukan berarti kau melakukan segala sesuatu hal yang kau inginkan untuk mendapat perhatian semua orang, cobalah mulai dar caramu berpakaian. Memulai topik pembicaraan yang hangat, aku yakin perlahan namun pasti kau akan mendapatkan banyak teman. Dan untuk masalah percintaanmu yang berantakkan, mulailah bercermin akan kodratmu sebagai wanita. Sopan, anggun rapi. Karena kebanyakan pria menyukai wanita yang seperti itu.”

Seperti anak kecil baru mendapatkan permen, aku terdiam seribu bahasa hingga terkejut seseorang memanggil namanya “Refanda!, ke kelas yuk!”

Iya benar ia memanggil nama “Refanda” sambil menatap ke arah pria yang barusan menceramahiku.

“haha, ada apa? Terkejut, ia benar aku ini nyata, kau terlalu banyak mengkahayal hingga menganggap aku ini salah satu dari khayalanmu itu, sudah ya aku pergi dulu!!”

Aku kembali menitikkan air mata, tak kusangka malaikat sesempurna dia baru saja mengubah hidupku, untuk selamanya.



Karya: Imam Nur Hidayat

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK