Pada suatu hari di sebuah desa, terdapat seseorang nenek yang sedang mencuci baju di pinggir sungai. Nenek tersebut bernama Sukarni. Sukarni bekerja sebagai petani ladang jagung dan singkong. Di siang yang terik, Sukarni sedang beristirahat di bawah pohon beringin. Tak lama kemudian ada seorang pemuda yang sedang membawa kotak yang cukup besar dan menghampiri nenek Sukarni.
“Nek.. Bolehkah saya meminta sedikit air?” Sang pemuda itu meminta air karena kehausan.
“Iya boleh.” Jawab Nenek Sukarni sembari memberi kendi yang berisi air.
“Apa yang kamu bawa itu?” Sang nenek mulai bertanya.
“Oh ini ada kotak Nek.” Jawab pemuda tersebut.
“Isinya apa?” Sang nenek bertanya kembali.
“Isinya ada sebuah bayi.. Nenek mau membelinya?” Sang pemuda menawarkan seorang bayi.
“Bayi? Apa jenis kelaminnya?” Nenek Sukarni bertanya lagi karena merasa heran.
“Perempuan Nek.” Jawab pemuda tersebut.
Karena sang nenek hidup sendirian selama bertahun tahun, ia pun membeli bayi tersebut.
“Oke saya ingin membeli bayi tersebut.”
Sang pemuda itu pun membuka kotak dan mengeluarkan bayi yang berada di dalam kotak tersebut.
“Nih Nek bayinya.” Ucap pemuda sambil memberi bayi.
Sang nenek pun merasa bahagia karena setelah lama ia tinggal sendirian, ia pun hidup bersama anak perempuan yang ia beli dari seseorang. Sang pemuda tersebut pun kembali melanjutkan pekerjaannya yaitu melaut. Nenek itu sangat menyayangi dan mencintai anaknya. Mereka pun hidup bersama. Anak perempuan itu tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik, baik, dan sopan. Kecantikan anak nenek Sukarni menjadi bahan pembicaraan warga sekitar. Dan lama kelamaan berita kecantikan anak Sukarni itu pun menyebar luas sampai raja yang berada di sekitar wilayah tersebut mengetahuinya dan ingin melihat langsung bagaimana wajah anak tersebut.
“Tolong panggilkan anak Sukarni ke sini bersama Ibunya.” Raja memerintahkan stafnya.
“Baik yang mulia.” Jawab staf kerajaan dengan tegas.
Tak lama kemudian staf kerajaan pun kembali lagi untuk memberitahu sang raja kalau mereka sudah dalam perjalanan.
“Yang mulia, Nenek Sukarni dan anaknya sudah dalam perjalanan.” Ucap staf kerajaan.
“Terima kasih.. Lanjutkan tugasmu.” Jawab raja.
“Baik yang mulia.” staf kerajaan pun pergi untuk memantau Sukarni dan anaknya.
Tak lama kemudian staf kerajaan pun kembali memberi laporan.
“Lapor yang mulia, Nenek Sukarni dan anaknya sudah di halaman utama.” Ucap staf kerajaan.
“Bawa mereka ke hadapanku.” Jawab sang raja.
“Baik yang mulia.” Jawab staf kerajaan.
Staf kerajaan pun membawa nenek Sukarni dan anaknya ke ruang singgasana.
“Sukarni.. Apa benar ini anakmu?” Tanya sang raja.
“Benar yang mulia.” Jawab nenek Sukarni.
“Oh.. Jadi ini gadis yang menjadi bahan pembicaraan orang-orang.” Ucap sang raja.
“Dari mana kau dapat anak ini? Bukankah suamimu sudah meninggal 30 tahun yang lalu?” Sang raja merasa heran.
“Sebenarnya anak ini aku beli dari seorang pemuda yang menawarkan bayi. Karena aku selalu hidup sendirian.. Aku pun membeli bayi tersebut karena aku ingin merasakan hidup bersama seseorang.” Jelas nenek Sukarni.
“Apa ini?!! kau dapat karena membeli dari seorang pemuda.. Itu sudah melanggar peraturan!!” Sang raja mulai marah.
“Maafkan aku yang mulia.” Nenek Sukarni meminta maaf.
“Yang mulia tolong maafkan Ibuku.” Anak nenek Sukarani memohon agar sang raja memaafkan ibunya.
“Diam kau!! Untuk hukumannya anak ini harus dihukum mati!!” Sang raja menjatuhkan hukuman untuk anak nenek Sukarni.
“Tolong jangan hukum mati anakku.” Nenek Sukarni memohon pada raja.
“Ayah, tolong jangan hukum mati dia.. Karena kelak dia akan menjadi istriku.” Ucap sang pangeran.
“Menjadi istrimu?!! Ayah tidak sudi jika perempuan ini menjadi bagian dari kerajaan!!” Jawab sang raja.
Tak lama kemudian anak nenek Sukarni itu pun dibawa ke halaman utama untuk dihukum mati.
“Pengawal!! Bawa anak Nenek Sukarni ke halaman utama untuk dihukum mati!!!” Sang raja memerintahkan pengawalnya.
Warga yang tahu bahwa gadis yang menjadi kembang desa akan dihukum mati, langsung pergi ke kerajaan untuk melihat eksekusi mati. Anak nenek Sukarni diikat di atas tiang setinggi 500 meter. Para eksekutor pun sudah siap dan pada hitungan ketiga, tali itu pun putus dan anak nenek Sukarni langsung jatuh. Dengan sigap sang pangeran langsung ke halaman utama kerajaan dan menangkap anak nenek Sukarni tersebut. Semua orang yang menyaksikan pun langsung terkejut termasuk raja dan nenek Sukarni. Sang pangeran pun merangkul anak nenek Sukarni ke dalam kerajaan. Ketika sedang merangkul, pangeran melihat seperti ada kotoran di lehernya. Pangeran pun membersihkan kotoran tersebut namun anehnya kotoran tersebut tidak bisa hilang. Ternyata kotoran itu adalah tanda lahir. Tanda lahir itu sama dengan anak raja yang menghilang 17 tahun lalu.
“Ayah coba lihat ini.. Ada tanda lahir di lehernya. Tanda lahir ini sama dengan adikku yang menghilang 17 tahun yang lalu.” Sang pangeran memberitahu sang raja.
“Apa? Tak mungkin.” Raja terkejut.
“Iya.. Benar Yah coba lihat.” Pangeran membuktikannya.
“Ternyata benar kau anakku.” Ucap sang raja.
“Aku? Aku anak raja?” Anak nenek Sukarni merasa tidak percaya.
“Iya.. Kamu adalah anakku yang hilang 17 tahun lalu.” Jelas sang raja.
“Nenek Sukarni, terima kasih telah merawat anakku. Mungkin tanpamu anakku tidak akan kembali.” Sang raja berterima kasih kepada nenek Sukarni.
“Sama-sama. Aku juga senang bisa merawat anak secantik dia.” Ucap nenek Sukarni.
Warga pun sangat senang atas kembalinya putri raja yang sudah lama hilang. Untuk merayakan kepulangan putri kerajaan, sang raja pun menggelar pesta dan karnaval selama 7 hari 7 malam.
TAMAT
“Nek.. Bolehkah saya meminta sedikit air?” Sang pemuda itu meminta air karena kehausan.
“Iya boleh.” Jawab Nenek Sukarni sembari memberi kendi yang berisi air.
“Apa yang kamu bawa itu?” Sang nenek mulai bertanya.
“Oh ini ada kotak Nek.” Jawab pemuda tersebut.
“Isinya apa?” Sang nenek bertanya kembali.
“Isinya ada sebuah bayi.. Nenek mau membelinya?” Sang pemuda menawarkan seorang bayi.
“Bayi? Apa jenis kelaminnya?” Nenek Sukarni bertanya lagi karena merasa heran.
“Perempuan Nek.” Jawab pemuda tersebut.
Karena sang nenek hidup sendirian selama bertahun tahun, ia pun membeli bayi tersebut.
“Oke saya ingin membeli bayi tersebut.”
Sang pemuda itu pun membuka kotak dan mengeluarkan bayi yang berada di dalam kotak tersebut.
“Nih Nek bayinya.” Ucap pemuda sambil memberi bayi.
Sang nenek pun merasa bahagia karena setelah lama ia tinggal sendirian, ia pun hidup bersama anak perempuan yang ia beli dari seseorang. Sang pemuda tersebut pun kembali melanjutkan pekerjaannya yaitu melaut. Nenek itu sangat menyayangi dan mencintai anaknya. Mereka pun hidup bersama. Anak perempuan itu tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik, baik, dan sopan. Kecantikan anak nenek Sukarni menjadi bahan pembicaraan warga sekitar. Dan lama kelamaan berita kecantikan anak Sukarni itu pun menyebar luas sampai raja yang berada di sekitar wilayah tersebut mengetahuinya dan ingin melihat langsung bagaimana wajah anak tersebut.
“Tolong panggilkan anak Sukarni ke sini bersama Ibunya.” Raja memerintahkan stafnya.
“Baik yang mulia.” Jawab staf kerajaan dengan tegas.
Tak lama kemudian staf kerajaan pun kembali lagi untuk memberitahu sang raja kalau mereka sudah dalam perjalanan.
“Yang mulia, Nenek Sukarni dan anaknya sudah dalam perjalanan.” Ucap staf kerajaan.
“Terima kasih.. Lanjutkan tugasmu.” Jawab raja.
“Baik yang mulia.” staf kerajaan pun pergi untuk memantau Sukarni dan anaknya.
Tak lama kemudian staf kerajaan pun kembali memberi laporan.
“Lapor yang mulia, Nenek Sukarni dan anaknya sudah di halaman utama.” Ucap staf kerajaan.
“Bawa mereka ke hadapanku.” Jawab sang raja.
“Baik yang mulia.” Jawab staf kerajaan.
Staf kerajaan pun membawa nenek Sukarni dan anaknya ke ruang singgasana.
“Sukarni.. Apa benar ini anakmu?” Tanya sang raja.
“Benar yang mulia.” Jawab nenek Sukarni.
“Oh.. Jadi ini gadis yang menjadi bahan pembicaraan orang-orang.” Ucap sang raja.
“Dari mana kau dapat anak ini? Bukankah suamimu sudah meninggal 30 tahun yang lalu?” Sang raja merasa heran.
“Sebenarnya anak ini aku beli dari seorang pemuda yang menawarkan bayi. Karena aku selalu hidup sendirian.. Aku pun membeli bayi tersebut karena aku ingin merasakan hidup bersama seseorang.” Jelas nenek Sukarni.
“Apa ini?!! kau dapat karena membeli dari seorang pemuda.. Itu sudah melanggar peraturan!!” Sang raja mulai marah.
“Maafkan aku yang mulia.” Nenek Sukarni meminta maaf.
“Yang mulia tolong maafkan Ibuku.” Anak nenek Sukarani memohon agar sang raja memaafkan ibunya.
“Diam kau!! Untuk hukumannya anak ini harus dihukum mati!!” Sang raja menjatuhkan hukuman untuk anak nenek Sukarni.
“Tolong jangan hukum mati anakku.” Nenek Sukarni memohon pada raja.
“Ayah, tolong jangan hukum mati dia.. Karena kelak dia akan menjadi istriku.” Ucap sang pangeran.
“Menjadi istrimu?!! Ayah tidak sudi jika perempuan ini menjadi bagian dari kerajaan!!” Jawab sang raja.
Tak lama kemudian anak nenek Sukarni itu pun dibawa ke halaman utama untuk dihukum mati.
“Pengawal!! Bawa anak Nenek Sukarni ke halaman utama untuk dihukum mati!!!” Sang raja memerintahkan pengawalnya.
Warga yang tahu bahwa gadis yang menjadi kembang desa akan dihukum mati, langsung pergi ke kerajaan untuk melihat eksekusi mati. Anak nenek Sukarni diikat di atas tiang setinggi 500 meter. Para eksekutor pun sudah siap dan pada hitungan ketiga, tali itu pun putus dan anak nenek Sukarni langsung jatuh. Dengan sigap sang pangeran langsung ke halaman utama kerajaan dan menangkap anak nenek Sukarni tersebut. Semua orang yang menyaksikan pun langsung terkejut termasuk raja dan nenek Sukarni. Sang pangeran pun merangkul anak nenek Sukarni ke dalam kerajaan. Ketika sedang merangkul, pangeran melihat seperti ada kotoran di lehernya. Pangeran pun membersihkan kotoran tersebut namun anehnya kotoran tersebut tidak bisa hilang. Ternyata kotoran itu adalah tanda lahir. Tanda lahir itu sama dengan anak raja yang menghilang 17 tahun lalu.
“Ayah coba lihat ini.. Ada tanda lahir di lehernya. Tanda lahir ini sama dengan adikku yang menghilang 17 tahun yang lalu.” Sang pangeran memberitahu sang raja.
“Apa? Tak mungkin.” Raja terkejut.
“Iya.. Benar Yah coba lihat.” Pangeran membuktikannya.
“Ternyata benar kau anakku.” Ucap sang raja.
“Aku? Aku anak raja?” Anak nenek Sukarni merasa tidak percaya.
“Iya.. Kamu adalah anakku yang hilang 17 tahun lalu.” Jelas sang raja.
“Nenek Sukarni, terima kasih telah merawat anakku. Mungkin tanpamu anakku tidak akan kembali.” Sang raja berterima kasih kepada nenek Sukarni.
“Sama-sama. Aku juga senang bisa merawat anak secantik dia.” Ucap nenek Sukarni.
Warga pun sangat senang atas kembalinya putri raja yang sudah lama hilang. Untuk merayakan kepulangan putri kerajaan, sang raja pun menggelar pesta dan karnaval selama 7 hari 7 malam.
TAMAT
No comments:
Post a Comment