Saat baris berbaris tengah dilangsungkan Preska terus saja mengeluh mengenai kakinya. Dia bilang dia tidak bisa lagi melanjutkan baris berbaris karena kakinya sakit. Namun semua temannya tidak ada yang percaya kepadanya karena dia memang sudah terkenal pembohong. Sang pemimpin baris berbaris pun terus melanjutkan baris berbaris sampai semuanya rapi dan kompak.
Sampai suatu ketika tiba-tiba langit menjadi amat gelap dan angin berembus amat kencang. Lalu dari barisan belakang terdengar suara aneh yang tidak mengenakan. Tiba-tiba saja ada sebuah makhluk yang sangat besar berwarna hitam dan menyeramkan dengan tinggi diatas rata-rata tinggi manusia melompat ke arah atap sekolah dan menghilang begitu saja. Tentu para murid dan guru yang menyasikannya diam tidak bisa berkata apa-apa.
Setelah ketegangan mereda sang pemimpin baris berbaris pun membubarkan barisannya. Saat si pemimpin minum dari botolnya yang berada di pinggir lapangan, tiba-tiba saja salah satu murid perempuan datang menghampirinya. “Ka, preska gak ada.” ujar Regina teman Preska dengan tampang yang cemas. “Mungkin dia sudah pulang.” kata pemimpin barisan dengan tenang. “Nggak ka. Sejak kejadian aneh tadi tiba-tiba saja dia hilang saya sudah cari kemana-mana.” jelas Regina. Namun sang pemimpin pun meninggalkannya begitu saja tanpa menghiraukannya.
Keesokan harinya sang pemimpin barisan tidak datang ke sekolah padahal murid-murid masih perlu belajar baris berbaris. Regina pun merasa prihatin dan ingin mampir ke rumahnya.
Setelah pulang sekolah Regina dan Esther pun pergi ke rumah si pemimpin. Setelah sampai di depan pintu rumah mereka segera mengetuk pintu dan menunggu pintu untuk dibukakan. Tanpa mereka duga ternyata yang membuka pintu itu adalah Preska. Dengan cepat Preska pun menutup pintu lagi setelah dia sadar bahwa teman-temannyalah yang datang ke rumah si pemimpin. Regina dan Esther pun mengetuk pintu itu lagi dan memanggil-manggil Preska. Namun tak ada suara yang terdengar dari dalam.
Esther pun memberanikan diri untuk mencoba membuka pintu itu sendiri. Ternyata pintu itu tidak terkunci. Regina yang awalnya tidak mau ikut Esther masuk ke dalam akhirnya memutuskan untuk ikut masuk karena rasa penasaran yang meluap dari dirinya. Setelah mereka masuk ke rumah pemimpin itu mereka berdua tidak bisa percaya dengan apa yang mereka lihat. Mereka seketika itu juga punya pemikiran yang sama. Mereka mengingat kejadian kemarin tentang makhluk hitam menyeramkan dan sikap tenang si pemimpin saat mendengar Preska hilang. Karena mereka sekarang berhadapan dengan 2 makhluk aneh yang menyeramkan itu.
Karya: Jasmine Rachel Saputra
Sampai suatu ketika tiba-tiba langit menjadi amat gelap dan angin berembus amat kencang. Lalu dari barisan belakang terdengar suara aneh yang tidak mengenakan. Tiba-tiba saja ada sebuah makhluk yang sangat besar berwarna hitam dan menyeramkan dengan tinggi diatas rata-rata tinggi manusia melompat ke arah atap sekolah dan menghilang begitu saja. Tentu para murid dan guru yang menyasikannya diam tidak bisa berkata apa-apa.
Setelah ketegangan mereda sang pemimpin baris berbaris pun membubarkan barisannya. Saat si pemimpin minum dari botolnya yang berada di pinggir lapangan, tiba-tiba saja salah satu murid perempuan datang menghampirinya. “Ka, preska gak ada.” ujar Regina teman Preska dengan tampang yang cemas. “Mungkin dia sudah pulang.” kata pemimpin barisan dengan tenang. “Nggak ka. Sejak kejadian aneh tadi tiba-tiba saja dia hilang saya sudah cari kemana-mana.” jelas Regina. Namun sang pemimpin pun meninggalkannya begitu saja tanpa menghiraukannya.
Keesokan harinya sang pemimpin barisan tidak datang ke sekolah padahal murid-murid masih perlu belajar baris berbaris. Regina pun merasa prihatin dan ingin mampir ke rumahnya.
Setelah pulang sekolah Regina dan Esther pun pergi ke rumah si pemimpin. Setelah sampai di depan pintu rumah mereka segera mengetuk pintu dan menunggu pintu untuk dibukakan. Tanpa mereka duga ternyata yang membuka pintu itu adalah Preska. Dengan cepat Preska pun menutup pintu lagi setelah dia sadar bahwa teman-temannyalah yang datang ke rumah si pemimpin. Regina dan Esther pun mengetuk pintu itu lagi dan memanggil-manggil Preska. Namun tak ada suara yang terdengar dari dalam.
Esther pun memberanikan diri untuk mencoba membuka pintu itu sendiri. Ternyata pintu itu tidak terkunci. Regina yang awalnya tidak mau ikut Esther masuk ke dalam akhirnya memutuskan untuk ikut masuk karena rasa penasaran yang meluap dari dirinya. Setelah mereka masuk ke rumah pemimpin itu mereka berdua tidak bisa percaya dengan apa yang mereka lihat. Mereka seketika itu juga punya pemikiran yang sama. Mereka mengingat kejadian kemarin tentang makhluk hitam menyeramkan dan sikap tenang si pemimpin saat mendengar Preska hilang. Karena mereka sekarang berhadapan dengan 2 makhluk aneh yang menyeramkan itu.
Karya: Jasmine Rachel Saputra
No comments:
Post a Comment