Sudah tidak wajar lagi kan bila manusia saling membunuh setiap harinya demi kepentingan pribadi. Namaku Eric, aku berada di Era Akhir dunia. Di Era ini, tidak ada lagi yang namanya Pemimpin, Pemeritah, atau presiden. Ia adalah Era di mana semua orang merasa benar dan saling membunuh.
Biar aku ceritakan lebih lengkap. Semenjak Perang Dunia ke 6 terjadi...... Aku hilang dari kelaurgaku dan bertahan hidup bersama Kekasihku, LALA. Dunia semakin kacau.... Tidak ada lagi yang namanya negara, karena semua negara pun sudah Jatuh. Dan sekarang, para rakyat dari negara mana pun berserakan dan bermigrasi sesuka mereka. Mereka saling membunuh untuk merampas kehidupan orang lain agar mendapatkan kecukupan untuk hidup. Migrasi yang dilakukan Ras Manusia tidak sepele. Para manusia bermigrasi mengelilingi planet ini, menyeberang negara, Pulau, bahkan Benua secara bebas.
Suatu hari, Aku dan Lala mencari suatu kelompok untuk bergabung agar kami berdua Aman. Hingga pada akhinya kami menemukan kelompok yang sangat luar biasa, kelompok itu berjumlah banyak dan berseragam khusus. Kelompok itu tinggal di Hotel bekas yang sudah mati. Inilah yang kami cari-cari! Kami berpelukan dan menangis.
Kami pun melangkah mendekat menuju hotel mati itu. Tangan kmi berpegangan sangat erat dengan senyuman di wajah kami. Saat kami sudah berdiri di depan pintu masuk hotel, salah satu anggota dari kelompok itu pun ke luar. Spontan, aku langsung meminta untuk bergabung. Aku mengoceh banyak hal pada anggota kelompok itu, namun dia hanya diam dan mendengarkanku tanpa berkata apa-apa. Hingga pada akhirnya dia menyuruhku berhenti berbicara. Dan dia, Menolak kami.
Aku dan Lala langsung kaget dan panik. Lala membujuk anggota kelompok itu agar menerima kami tapi dia tetap menolak. Hingga saat kami bertanya apa alasan menolak kami,ternyata kelompok itu sedang mengalami krisis segala kebutuhan, seperti makanan, obat-obatan, persenjataan dan lain-lain.
Lala langsung berlutut di depan Anggota itu sambil menangis. Dengan tangan Lala yang masih mengenggam tanganku. Lala memohon berkali-kali pada anggota itu untuk meminta izin. Namun, air mata Lala tidak membuat kelompok itu berubah pikiran. Hingga akhirnya Lala terdiam, dan masih menangis.
Aku tau betul bahwa Lala sudah tidak kuat berjalan tanpa arah di laur sana dengan berbagai macam ancaman. Lala menginginkan keamanan di kelompok ini! Tangan Lala semakin erat menggenggam tanganku. Aku melihat ribuan jenis emosi di hatinya. Hingga aku. Harus membuat keputusan. Keputusan yang bijak.
Aku melepas koperku yang berisi persediaan makanan ke tanah. Lala dan anggota kelompok itu pun bingung. Aku memejamkan mata, terdiam dan menghadap ke tanah, lalu Aku berteriak kencang pada kelompok itu. "Kalian! Kalian semua! Aku mohon! Kekasihku ini sudah tidak kuat! Dia perempuan! Dia sudah tidak kuat dengan keadaan di dunia luar tanpa keamanan! Dia TAKUT. Kumohon! Ambil lah Lala! Terima Lala di kelompok ini! Aku akan pergi! Aku mempunyai beberapa persediaan di Koperku! Ambil semuanya! Dan terimalah Lala di kelompok kalian! Aku....Aku mohon! Aku akan pergi tanpa membawa apa-apa! K-kumohon! Terimalah Lala!"
Lala langsung menatapku, dia berdiri, dan menampar pipiku. Dia menatap mataku dengan wajah polosnya....Dia terlihat tidak ingin berpisah denganku. Aku memegang wajahnya....Dan terdiam. Lala langsung berkata pada ku, "Gak mau...Aku gak mau! Aku gak akan pernah mau pisah sama kamu Er-..."
"Lala."
Aku potong pembicaraannya dan kucium bibirnya... Menghelai rambut panjangnya. Mengoles pipinya.... Memeluknya. Tangisan Lala pun berkurang. Dengan kepada Lala di dadaku, Lala membisik kepadaku, "Ayo kita pergi... Ayo kita cari lagi kelompok lain....ayo kita buktikan pada dunia kalau kita tidak akan musnah lantaran di siksanya. Kita buktikan betapa kuatnya hubungan kita untuk bersatu. Kita buktikan pada tuhan, kita saling mencintai..."
Secara diam-diam aku memborgol tangan Lala pada tiang di samping kami. Lala tidak menyadarinya. Aku melangkah mundur perlahan. Dan Lala pun langsung menyadari bahwa aku memborgolnya.
"Lala, kamu tunggu disini. Kamu tinggal dulu dengan kelompok ini." ujarku.
Lala langsung berteriak kencang menolak untuk berpisah denganku. "ERIC! GAK! NGH!....ERIC!" teriak Lala sambil memcoba melepaskan tangannya.
"Ssh.... Kau akan menjaga Lala?" tanyaku pada salah satu kelompok itu.
"Pasti kawan, kami disini seperti keluarga. Cintamu, akan kujaga disini. Maksudku. Baiklah, kami merimanya," jawabnya anggota kelompok itu.
"E-ERIc NG-NGGA-AK! ERIC! JANGAN KEMANA MANA! A-AKU gak MAU ERIC! ERIC AKU M-MOHON! ERIC!" teriak Lala sambil menahan nangis dan mencoba menendang-nendang tiang yang ku borgol tangannya.
Aku pun mendekati Lala untuk salam berpisah, tetapi saat Lala mencoba untuk menangkap kunci borgol di tangaku.... Aku langsung melempar kunci pada salah satu anggota kelompok itu. Dan aku memeluk Lala. Aku tidak kuat menahan air mataku. Aku menangis seperti perempuan.
"Aku akan datang ke sini lagi, Lala." bisikku pada Lala.
Perlahan aku mundur, untuk pergi. Melihat Lala duduk di tanah dengan pasrah dan menangis, sebenarnya aku tidak kuat. Tapi ini demi dirinya. Dia akan beradaptasi di kelompok itu, dan mendapatkan keamanan. Aku sangat mencintainnya lebih dari diriku sendiri.
Lala mengepal tangannya dengan tanda Emosi. Lala menahan nangisnya. Langkah demi langkah pun aku ambil untuk menjauh. Tapi setiap 1 langkah yang kuambil sangatlah berat.
Aku menoleh lagi ke belakang, Lala belum bergerak sama sekali, dia masih mencoba menahan nangis dan pasrah. Aku melanjutkan langkahku lagi, lalu aku menoleh ke belakang lagi, Lala masih tidak bergerak kecuali gerakan dadanya karena menahan nangis.
Aku....Aku sangat....AH! AKU TIDAK KUAT! LALA!
Aku lari menuu salah satu anggota kelompok itu untuk mengambil kunci yang tadi kulempar, membuka borgol Lala, dan memeluk erat badannya.
"LALA! AKU gak, AKU gak BISA! AKU gak BISA Lala.... Lala...," ujarku padanya sambil memeluknya.
Tangan Lala yang tidak diborgol pun perlahan menyentuh wajahku. Dan dia setengah ketawa, setengah menangis.
"Aku udah tahu, kamu gak cukup kuat untuk keputusan seperti ini. He he," Lalu Lala menciumku. Mencium bibirku.
Ya, akhirnya kita berdua diterima di kelompok ini karena melihat kejadian seperti ini. Hari demi hari, bulan demi bulan, kami semakin akrab dengan kelompok ini. Lala menjadi semakin cantik. Dan kami menjadi semakin sayang. Ayo kita saling menjaga, Lala.
Karya: Eric Mazini Erman.
Biar aku ceritakan lebih lengkap. Semenjak Perang Dunia ke 6 terjadi...... Aku hilang dari kelaurgaku dan bertahan hidup bersama Kekasihku, LALA. Dunia semakin kacau.... Tidak ada lagi yang namanya negara, karena semua negara pun sudah Jatuh. Dan sekarang, para rakyat dari negara mana pun berserakan dan bermigrasi sesuka mereka. Mereka saling membunuh untuk merampas kehidupan orang lain agar mendapatkan kecukupan untuk hidup. Migrasi yang dilakukan Ras Manusia tidak sepele. Para manusia bermigrasi mengelilingi planet ini, menyeberang negara, Pulau, bahkan Benua secara bebas.
Suatu hari, Aku dan Lala mencari suatu kelompok untuk bergabung agar kami berdua Aman. Hingga pada akhinya kami menemukan kelompok yang sangat luar biasa, kelompok itu berjumlah banyak dan berseragam khusus. Kelompok itu tinggal di Hotel bekas yang sudah mati. Inilah yang kami cari-cari! Kami berpelukan dan menangis.
Kami pun melangkah mendekat menuju hotel mati itu. Tangan kmi berpegangan sangat erat dengan senyuman di wajah kami. Saat kami sudah berdiri di depan pintu masuk hotel, salah satu anggota dari kelompok itu pun ke luar. Spontan, aku langsung meminta untuk bergabung. Aku mengoceh banyak hal pada anggota kelompok itu, namun dia hanya diam dan mendengarkanku tanpa berkata apa-apa. Hingga pada akhirnya dia menyuruhku berhenti berbicara. Dan dia, Menolak kami.
Aku dan Lala langsung kaget dan panik. Lala membujuk anggota kelompok itu agar menerima kami tapi dia tetap menolak. Hingga saat kami bertanya apa alasan menolak kami,ternyata kelompok itu sedang mengalami krisis segala kebutuhan, seperti makanan, obat-obatan, persenjataan dan lain-lain.
Lala langsung berlutut di depan Anggota itu sambil menangis. Dengan tangan Lala yang masih mengenggam tanganku. Lala memohon berkali-kali pada anggota itu untuk meminta izin. Namun, air mata Lala tidak membuat kelompok itu berubah pikiran. Hingga akhirnya Lala terdiam, dan masih menangis.
Aku tau betul bahwa Lala sudah tidak kuat berjalan tanpa arah di laur sana dengan berbagai macam ancaman. Lala menginginkan keamanan di kelompok ini! Tangan Lala semakin erat menggenggam tanganku. Aku melihat ribuan jenis emosi di hatinya. Hingga aku. Harus membuat keputusan. Keputusan yang bijak.
Aku melepas koperku yang berisi persediaan makanan ke tanah. Lala dan anggota kelompok itu pun bingung. Aku memejamkan mata, terdiam dan menghadap ke tanah, lalu Aku berteriak kencang pada kelompok itu. "Kalian! Kalian semua! Aku mohon! Kekasihku ini sudah tidak kuat! Dia perempuan! Dia sudah tidak kuat dengan keadaan di dunia luar tanpa keamanan! Dia TAKUT. Kumohon! Ambil lah Lala! Terima Lala di kelompok ini! Aku akan pergi! Aku mempunyai beberapa persediaan di Koperku! Ambil semuanya! Dan terimalah Lala di kelompok kalian! Aku....Aku mohon! Aku akan pergi tanpa membawa apa-apa! K-kumohon! Terimalah Lala!"
Lala langsung menatapku, dia berdiri, dan menampar pipiku. Dia menatap mataku dengan wajah polosnya....Dia terlihat tidak ingin berpisah denganku. Aku memegang wajahnya....Dan terdiam. Lala langsung berkata pada ku, "Gak mau...Aku gak mau! Aku gak akan pernah mau pisah sama kamu Er-..."
"Lala."
Aku potong pembicaraannya dan kucium bibirnya... Menghelai rambut panjangnya. Mengoles pipinya.... Memeluknya. Tangisan Lala pun berkurang. Dengan kepada Lala di dadaku, Lala membisik kepadaku, "Ayo kita pergi... Ayo kita cari lagi kelompok lain....ayo kita buktikan pada dunia kalau kita tidak akan musnah lantaran di siksanya. Kita buktikan betapa kuatnya hubungan kita untuk bersatu. Kita buktikan pada tuhan, kita saling mencintai..."
Secara diam-diam aku memborgol tangan Lala pada tiang di samping kami. Lala tidak menyadarinya. Aku melangkah mundur perlahan. Dan Lala pun langsung menyadari bahwa aku memborgolnya.
"Lala, kamu tunggu disini. Kamu tinggal dulu dengan kelompok ini." ujarku.
Lala langsung berteriak kencang menolak untuk berpisah denganku. "ERIC! GAK! NGH!....ERIC!" teriak Lala sambil memcoba melepaskan tangannya.
"Ssh.... Kau akan menjaga Lala?" tanyaku pada salah satu kelompok itu.
"Pasti kawan, kami disini seperti keluarga. Cintamu, akan kujaga disini. Maksudku. Baiklah, kami merimanya," jawabnya anggota kelompok itu.
"E-ERIc NG-NGGA-AK! ERIC! JANGAN KEMANA MANA! A-AKU gak MAU ERIC! ERIC AKU M-MOHON! ERIC!" teriak Lala sambil menahan nangis dan mencoba menendang-nendang tiang yang ku borgol tangannya.
Aku pun mendekati Lala untuk salam berpisah, tetapi saat Lala mencoba untuk menangkap kunci borgol di tangaku.... Aku langsung melempar kunci pada salah satu anggota kelompok itu. Dan aku memeluk Lala. Aku tidak kuat menahan air mataku. Aku menangis seperti perempuan.
"Aku akan datang ke sini lagi, Lala." bisikku pada Lala.
Perlahan aku mundur, untuk pergi. Melihat Lala duduk di tanah dengan pasrah dan menangis, sebenarnya aku tidak kuat. Tapi ini demi dirinya. Dia akan beradaptasi di kelompok itu, dan mendapatkan keamanan. Aku sangat mencintainnya lebih dari diriku sendiri.
Lala mengepal tangannya dengan tanda Emosi. Lala menahan nangisnya. Langkah demi langkah pun aku ambil untuk menjauh. Tapi setiap 1 langkah yang kuambil sangatlah berat.
Aku menoleh lagi ke belakang, Lala belum bergerak sama sekali, dia masih mencoba menahan nangis dan pasrah. Aku melanjutkan langkahku lagi, lalu aku menoleh ke belakang lagi, Lala masih tidak bergerak kecuali gerakan dadanya karena menahan nangis.
Aku....Aku sangat....AH! AKU TIDAK KUAT! LALA!
Aku lari menuu salah satu anggota kelompok itu untuk mengambil kunci yang tadi kulempar, membuka borgol Lala, dan memeluk erat badannya.
"LALA! AKU gak, AKU gak BISA! AKU gak BISA Lala.... Lala...," ujarku padanya sambil memeluknya.
Tangan Lala yang tidak diborgol pun perlahan menyentuh wajahku. Dan dia setengah ketawa, setengah menangis.
"Aku udah tahu, kamu gak cukup kuat untuk keputusan seperti ini. He he," Lalu Lala menciumku. Mencium bibirku.
Ya, akhirnya kita berdua diterima di kelompok ini karena melihat kejadian seperti ini. Hari demi hari, bulan demi bulan, kami semakin akrab dengan kelompok ini. Lala menjadi semakin cantik. Dan kami menjadi semakin sayang. Ayo kita saling menjaga, Lala.
Karya: Eric Mazini Erman.
No comments:
Post a Comment