Pagi ini adalah pagi yang sangat menyusahkan bagi semua siswa SMPN 4 GORONTALO, bagaimana tidak pagi itu adalah pagi yang diguyur oleh hujan yang sangat lebat dan disertai angin kencang. Seluruh siswa berlarian menuju kelasnya masing-masing, ya meskipun sudah lari sekencang-kencangnya ya tetap basah apalagi kalau kelasnya paling belakang.
Di sekolah kami ada 25 ruang kelas, 2 ruang kantor, 2 ruang Koperasi sekolah, dan 8 ruang kamar mandi. Kelasku ada di ruang belakang tepatnya di kelas 8-H, di sebelah ruang kelasku ada satu ruangan kosong tanpa penghuni maksudnya ruang kelas itu kosong tidak ada siswa satu pun di kelas itu.
Konon dahulu di kelas itu ada banyak siswa tetapi di antara siswa itu ada satu orang siswa perempuan yang memiliki penyakit ganas ya kayak kanker gitu. Dan siswa perempuan itu meninggal setelah lama mengidap penyakit kanker mematikan itu. Siswa perempuan itu adalah salah satu siswa yang selalu diejek, dikerjain oleh temannya. Sebelum siswa perempuan itu meninggal dia bersumpah agar semua teman-teman yang sudah selama ini mengejeknya dan semua siswa yang akan menempati kelas itu akan meninggal sama seperti dia. Dan kebetulan siswa yang selalu mengejeknya adalah teman sekelasnya sendiri.
Setelah bersumpah dia meninggal di rumah sakit pada jam 00.00. Setelah semua temannya tahu mereka tidak berbela sungkawa tetapi malah menertetawakan siswa perempuan itu, “Kasihan banget sih Dinda, udah penyakitan eh akhirnya meninggal juga, hahaha,” Dan setelah kejadian itu semua siswa yang ada di kelas itu meninggal secara bergantian, setiap satu hari pasti ada siswa yang meninggal.
Akhirnya dalam waktu satu bulan semua siswa yang ada di kelas itu habis dan hanya tersisa kursi dan mejanya saja. Guru-Guru yang mengajar di sana pun keheranan mengapa semua siswa yang ada di kelas itu meninggal semua. Akhirnya para Guru mencari murid baru yang akan menempati kelas itu, setelah mendapat siswa yang berjumlah 30 anak itu, mereka pun mengikuti jejak kematian seperti yang lain. Dalam waktu satu bulan mereka habis, semua siswa baru itu meninggal. Setelah kejadian itu tidak ada lagi yang mau menempati kelas itu dan sampai sekarang kelas itu dibiarkan kosong agar tidak ada korban lagi.
“Kayla, baju kamu basah ya,” tanya Zaffa.
“Iya nih Zaf, kena hujan tadi,” Balasku.
“Ya sudah kamu duduk aja, biar gak kedinginan,”
“Iya Zaf,”
Bel masuk pun berbunyi teng teng teng. Semua siswa masuk ke kelasnya tanpa berbaris karena di luar hujan. Setelah 10 menit akhirnya guru kelas kami pun masuk.
“Selamat pagi anak-anak,” sapa Bu Natta.
“Pagi Bu,” jawab kami serentak.
“Anak-anak hari ini hujannya deras ya, sampai-sampai Ibu aja kedinginan,”
“Iya Bu.. kami juga kedinginan,” jawab salah satu dari kami.
“Anak-anak sekarang ada kabar gembira loh,”
“Apa Bu?” jawab kami dengan gembira.
“Sekarang kalian jam kosong dan tidak ada kegiatan KBM hari ini, tapi tugas kalian hari ini adalah bersih-bersih kelas,”
“Oke Bu,”
“Jangan seneng dulu, tugas kalian adalah bersih-bersih kelas kalian dan kelas sebelah,”
“Hah kelas kosong itu Bu?” tanya Rina.
“Iya Rin kenapa?”
“Itu kan kelasnya angker Bu, apalagi sudah kotor banget kenapa nggak kelas lain aja yang bersihin,”
“Kelas lain juga kebagian yang lain Rina, sudah cepat kalian bersihin, nanti jam 10.00 kalian bisa meninggalkan sekolah,”
“Iya Bu, terima kasih ya,” balas kami.
Kami masih deg-degan kalau harus bersihkan kelas itu. Tapi ya gimana lagi itu sudah menjadi tugas kami. Kami pun langsung menuju kelas kosong itu, dengan perasaan berdebar-debar kami masuk ke kelas kosong itu. Ternyata kelas itu kotor, dan semuanya pun berantakan. Kursinya pun ada yang terbelah, terjungkir dan lain-lain. Dan lebih mistisnya kelas itu berbau wangi bunga kenanga padahal tidak ada yang memberi wewangian di sana, karena memang sudah 5 tahun kelas itu tak berpenghuni.
“Zaf, kamu mau bersihin yang mana?” tanya Dino si ketua kelas.
“Aku menyapu aja deh, kan lebih ringan,” jawab Zaffa.
“Ihh enak kalau begitu,” balas Rina.
“Ya sudah kalau kalian saling iri, aku tentukan saja ya,” seru Dino.
“Ya itu lebih baik,” jawabku -Kayla.
Dino pun segera membagi tugas kepada kami. Dan kami pun segera melaksanakannya, kebetulan tugasku menyapu kelas besama 3 teman yang lain sedangkan Zaffa tugasnya merapikan buku di lemari belakang yang sudah penuh dengan sarang laba-laba dan debu kotor. Sesudah membersihkan kami pun segera kembali ke rumah. Di tengah perjalanan menuju ke luar sekolah Zaffa masih bertanya-tanya tentang kelas kosong itu. Tetapi aku cuma menjawabnya nanti aku ceritain. Setelah aku dan Zaffa sampai di luar sekolah, ternyata aku sudah dijemput oleh sopir mobil Ayahku. Dan aku pun langsung masuk karena Zaffa juga sudah dijemput.
Sesampainya di rumah aku langsung menaruh tasku dan langsung mandi. Setelah mandi dan berpakaian aku langsung menuju ruang makan yang sudah penuh dengan makanan. Ya itu semua yang masak pembantu di rumahku. Karena Ayah dan Ibuku selalu sibuk. Ayah bekerja di kantor sedangkan Ibuku bekerja di rumah sakit karena ibuku adalah seorang dokter mata. Aku pun makan dan setelah itu aku pergi masuk ke kamar dan langsung mengambil laptop yang ada di tasku. Aku langsung membukanya dan mendengarkan lagu, bermain game, dan lama kelamaan aku pun mulai merasa bosan dan aku pun menutup laptopku. Aku langsung menuju halaman belakang rumahku yang di sana ada kolam renang dan taman kecil. Aku duduk di pinggir kolam renang dan sambil memasukkan kakiku ke dalam air kolam.
“Hmm rasanya sepi ya, kalau nggak punya saudara. Percuma aja punya rumah mewah kalau setiap hari sepi begini,” ucapku. Memang rumahku selalu sepi, cuma ada pembantu, sopir, satpam, dan tukang kebun. Ibuku selalu pulang jam 5 sore dan Ayahku selalu pulang jam 7 malam ya jika nggak ada tugas lembur. Jika ada tugas lembur biasanya Ayahku pulang jam 9 hingga 10 malam.
“Non Kayla, ada yang nyari non,” ucap pembantu rumahku.
“Siapa Bi?”
“Kayaknya temen Non Kayla,”
“Ya sudah Bi terima kasih ya,”
Aku pun langsung menuju ruang depan dengan kaki basah, lalu aku membuka pintu dan ternyata yang datang adalah temanku Zaffa. Yah dia lagi dia lagi.
“Hai Zaff ada apa?”
“Ehm, maaf ya aku ganggu, aku cuma mau tanya yang tadi,”
“Kamu masih ingat itu,”
“Ya iyalah, masa nggak,”
“Aku mau tanya asal usul kelas kosong itu, kan kamu udah banyak tahu tentang kelas itu, kamu kan osis di sekolah,”
“Ya udah, aku ceritain tapi di kamar aja ya, nggak enak di sini malu sama orang,”
“Okelah di kamar kamu aja,” Kami pun masuk ke kamarku yang berada di lantai dua. Setelah kami sampai, aku membuka pintu dan Zaffa pun segera memasuki kamarku. Kami pun duduk di atas kasur. Aku memegang boneka kesayanganku dan Zaffa duduk bersila di atas kasur.
“Ayo sekarang kamu ceritain!” pinta Zaffa.
“Waktu itu ada seorang cewek yang selalu diejek oleh teman sekelasnya karena dia adalah anak yang penyakitan, dia selalu diejek sampai-sampai dia merasa sangat benci terhadap teman-temannya. Cewek itu bernama Dinda. Singkat cerita dia akhirnya meninggal di rumah sakit setelah dia lama menderita sakitnya itu. Sebelum dia meninggal dia bersumpah agar teman teman yang sudah mengejeknya akan meninggal seperti dia. Dan setelah bersumpah akhirnya si Dinda ini meninggal pada pukul 12 malam pas,” Ceritaku.
“Kasihan banget ya si Dinda itu, ngomong-ngomong cerita singkat tapi kok kamu malah cerita di sini kenapa nggak tadi aja di kelas kan nggak bikin aku penasaran,”
“Iya tapi aku takut si Dinda nanti denger lalu dia mengutuk aku sama kamu meninggal, kamu mau?”
“Ya enggak sih, siapa yang mau mati,” jawab Zaffa.
“Ya sudah kamu kan udah denger ceritanya, jadi kamu pulang oke,”
“Kenapa Kay?” tanya Zaffa.
“Aku mau istirahat, memangnya kamu nggak mau istirahat ya kan?” tanyaku.
“Okelah aku mau pulang, dah,” sambil melambaikan tangan.
“Dah juga,”
Aku pun langsung pergi ke kamar dan langsung istirahat. Tak terasa setelah aku bangun, jam menunjukkan pukul 19.00 WIB. Aku pun segera menuju dapur untuk mengambil buah-buahan di kulkas. Pada saat di dapur kebetulan ada Bibi di sana, lalu aku pun bertanya.
“Bi Bunda belum dateng ya?”
“Belum Non Kayla mungkin nanti jam 10 malam Non,”
“Heh..” aku menghela napas, “Ya udah lah Bi,”
Aku pun langsung menuju ruang keluarga untuk menonton TV. Saat aku menyalakan TV tiba-tiba mati lampu. Aku pun serentak berteriak karena aku kaget banget. Lalu aku pun memanggil Bibi, Bibi pun datang dengan membawa lilin kecil.
“Non Kayla, Non Kayla di mana?”
“Iya Bi Kayla di sini,”
“Aduh Non, maafin Bibi ya, bibi masih cari lilin,”
“Gak apa-apa kok Bi, ya sudah kita mau ke mana ini Bi,”
“Ehm kita ke ruang tamu aja non, Non ke ruang tamu dulu bibi mau ke dapur dulu, bibi mau ngambil lilin lain takutnya lilin ini akan habis nantinya Non,”
“Ya udah deh Bi tapi jangan lama-lama ya Bi, soalnya Kayla takut Bi,”
“Iya Non tenang aja,”
Kami pun berpisah, aku ke ruang tamu dengan membawa lilin sedangkan bibi ke dapur dengan membawa senter. Aku pun berjalan dengan hati-hati sampai ke ruang tamu. Tiba-tiba.. Seperti ada yang lewat di depanku dan angin yang berhembus panas pun terasa. “Bi, Bibi Kayla takut Bi, Bibi cepetan,” Suara hening tak ada balasan dari bibi. Aku semakin takut dan merinding karena aku teringat misteri dari kelas kosong itu, aku takut kalau arwah Dinda yang meninggal itu ke sini karena aku membicarakannya. Tiba-tiba HP-ku berdering di antara saku celanaku. Aku serentak kaget. Ternyata Dino menelepon aku. Aku segera mengangkatnya.
“Hallo, ini Dino,”
Tak ada balasan dari panggilan Dino.
“Hallo, Dino jangan bercanda ini lagi mati lampu, kamu bersuara sedikit gitu,”
“Hallloooo Kayyylaaa.” dengan suara sedikit serak, dan suaranya perempuan.
“Siapa ini?”
“Aaaku Diiiinda,”
“Hahahaha..”
Aku melempar hp-ku ke sofa.
Aku berlari tak tentu arah dan aku tak sengaja bertemu Pak satpam di ruang tengah yang lagi memegang senter.
“Non Kayla, kenapa teriak-teriak, Bapak pikir ada maling,”
“Pak, Kayla takut Bibi mana?”
“Bibi.. tadi sih dia bilang mau beli sesuatu di toko,”
“Kapan?” tanya Kayla
“Sebelum mati lampu lah,”
“Apa.. terus yang tadi bawa lilin kecil siapa kalau bukan Bibi?”
“Maksud Non?”
“Jadi yang tadi itu bukan Bibi tapi apa dong?”
Aku semakin ketakutan dan terasa aku berkeringat dingin dan bulu kudukku berdiri semua.
“Jangan-jangan pak satpam ini juga bukan pak satpam,”
“Memang iya, saya bukan pak satpam saya adalah hantu rumah ini,”
“Pak satpam jangan bercanda, please,”
“Iya-iya non, Bapak minta maaf ya sudah non Kayla di kamar aja biar pak satpam ambilin lampu minyak ya, biar gak cepet habis dan lebih terang,”
“Tapi Kayla ikut ya,”
“Ya sudah ayo,”
Aku dan pak satpam pun pergi ke dapur, setelah mengambil lampu minyak aku diantar pergi ke kamar. Dan pak satpam menaruhnya di dekat kasur. Ya setidaknya sudah sedikit terang dari yang tadi. Aku mencoba memejamkan mataku agar rasa takut yang terus mengitariku lama kelamaan akan hilang. Tak lama kemudian aku pun tertidur. Di tengah tidurku ada sosok yang menarik selimutku, lalu aku memberanikan diri untuk melihat. Tiba-tiba saat aku akan melihat di bawah ranjang tempat tidurku, Lampu minyak yang ku pakai meredup dan mati. Aku pun terdiam dan tak dapat berkata apa-apa. Lalu aku melanjutkan untuk memasang selimut dan menutupinya ke seluruh tubuhku tak terkecuali wajahku.
Cerpen Karangan: Chudzaifiyah
Konon dahulu di kelas itu ada banyak siswa tetapi di antara siswa itu ada satu orang siswa perempuan yang memiliki penyakit ganas ya kayak kanker gitu. Dan siswa perempuan itu meninggal setelah lama mengidap penyakit kanker mematikan itu. Siswa perempuan itu adalah salah satu siswa yang selalu diejek, dikerjain oleh temannya. Sebelum siswa perempuan itu meninggal dia bersumpah agar semua teman-teman yang sudah selama ini mengejeknya dan semua siswa yang akan menempati kelas itu akan meninggal sama seperti dia. Dan kebetulan siswa yang selalu mengejeknya adalah teman sekelasnya sendiri.
Setelah bersumpah dia meninggal di rumah sakit pada jam 00.00. Setelah semua temannya tahu mereka tidak berbela sungkawa tetapi malah menertetawakan siswa perempuan itu, “Kasihan banget sih Dinda, udah penyakitan eh akhirnya meninggal juga, hahaha,” Dan setelah kejadian itu semua siswa yang ada di kelas itu meninggal secara bergantian, setiap satu hari pasti ada siswa yang meninggal.
Akhirnya dalam waktu satu bulan semua siswa yang ada di kelas itu habis dan hanya tersisa kursi dan mejanya saja. Guru-Guru yang mengajar di sana pun keheranan mengapa semua siswa yang ada di kelas itu meninggal semua. Akhirnya para Guru mencari murid baru yang akan menempati kelas itu, setelah mendapat siswa yang berjumlah 30 anak itu, mereka pun mengikuti jejak kematian seperti yang lain. Dalam waktu satu bulan mereka habis, semua siswa baru itu meninggal. Setelah kejadian itu tidak ada lagi yang mau menempati kelas itu dan sampai sekarang kelas itu dibiarkan kosong agar tidak ada korban lagi.
“Kayla, baju kamu basah ya,” tanya Zaffa.
“Iya nih Zaf, kena hujan tadi,” Balasku.
“Ya sudah kamu duduk aja, biar gak kedinginan,”
“Iya Zaf,”
Bel masuk pun berbunyi teng teng teng. Semua siswa masuk ke kelasnya tanpa berbaris karena di luar hujan. Setelah 10 menit akhirnya guru kelas kami pun masuk.
“Selamat pagi anak-anak,” sapa Bu Natta.
“Pagi Bu,” jawab kami serentak.
“Anak-anak hari ini hujannya deras ya, sampai-sampai Ibu aja kedinginan,”
“Iya Bu.. kami juga kedinginan,” jawab salah satu dari kami.
“Anak-anak sekarang ada kabar gembira loh,”
“Apa Bu?” jawab kami dengan gembira.
“Sekarang kalian jam kosong dan tidak ada kegiatan KBM hari ini, tapi tugas kalian hari ini adalah bersih-bersih kelas,”
“Oke Bu,”
“Jangan seneng dulu, tugas kalian adalah bersih-bersih kelas kalian dan kelas sebelah,”
“Hah kelas kosong itu Bu?” tanya Rina.
“Iya Rin kenapa?”
“Itu kan kelasnya angker Bu, apalagi sudah kotor banget kenapa nggak kelas lain aja yang bersihin,”
“Kelas lain juga kebagian yang lain Rina, sudah cepat kalian bersihin, nanti jam 10.00 kalian bisa meninggalkan sekolah,”
“Iya Bu, terima kasih ya,” balas kami.
Kami masih deg-degan kalau harus bersihkan kelas itu. Tapi ya gimana lagi itu sudah menjadi tugas kami. Kami pun langsung menuju kelas kosong itu, dengan perasaan berdebar-debar kami masuk ke kelas kosong itu. Ternyata kelas itu kotor, dan semuanya pun berantakan. Kursinya pun ada yang terbelah, terjungkir dan lain-lain. Dan lebih mistisnya kelas itu berbau wangi bunga kenanga padahal tidak ada yang memberi wewangian di sana, karena memang sudah 5 tahun kelas itu tak berpenghuni.
“Zaf, kamu mau bersihin yang mana?” tanya Dino si ketua kelas.
“Aku menyapu aja deh, kan lebih ringan,” jawab Zaffa.
“Ihh enak kalau begitu,” balas Rina.
“Ya sudah kalau kalian saling iri, aku tentukan saja ya,” seru Dino.
“Ya itu lebih baik,” jawabku -Kayla.
Dino pun segera membagi tugas kepada kami. Dan kami pun segera melaksanakannya, kebetulan tugasku menyapu kelas besama 3 teman yang lain sedangkan Zaffa tugasnya merapikan buku di lemari belakang yang sudah penuh dengan sarang laba-laba dan debu kotor. Sesudah membersihkan kami pun segera kembali ke rumah. Di tengah perjalanan menuju ke luar sekolah Zaffa masih bertanya-tanya tentang kelas kosong itu. Tetapi aku cuma menjawabnya nanti aku ceritain. Setelah aku dan Zaffa sampai di luar sekolah, ternyata aku sudah dijemput oleh sopir mobil Ayahku. Dan aku pun langsung masuk karena Zaffa juga sudah dijemput.
Sesampainya di rumah aku langsung menaruh tasku dan langsung mandi. Setelah mandi dan berpakaian aku langsung menuju ruang makan yang sudah penuh dengan makanan. Ya itu semua yang masak pembantu di rumahku. Karena Ayah dan Ibuku selalu sibuk. Ayah bekerja di kantor sedangkan Ibuku bekerja di rumah sakit karena ibuku adalah seorang dokter mata. Aku pun makan dan setelah itu aku pergi masuk ke kamar dan langsung mengambil laptop yang ada di tasku. Aku langsung membukanya dan mendengarkan lagu, bermain game, dan lama kelamaan aku pun mulai merasa bosan dan aku pun menutup laptopku. Aku langsung menuju halaman belakang rumahku yang di sana ada kolam renang dan taman kecil. Aku duduk di pinggir kolam renang dan sambil memasukkan kakiku ke dalam air kolam.
“Hmm rasanya sepi ya, kalau nggak punya saudara. Percuma aja punya rumah mewah kalau setiap hari sepi begini,” ucapku. Memang rumahku selalu sepi, cuma ada pembantu, sopir, satpam, dan tukang kebun. Ibuku selalu pulang jam 5 sore dan Ayahku selalu pulang jam 7 malam ya jika nggak ada tugas lembur. Jika ada tugas lembur biasanya Ayahku pulang jam 9 hingga 10 malam.
“Non Kayla, ada yang nyari non,” ucap pembantu rumahku.
“Siapa Bi?”
“Kayaknya temen Non Kayla,”
“Ya sudah Bi terima kasih ya,”
Aku pun langsung menuju ruang depan dengan kaki basah, lalu aku membuka pintu dan ternyata yang datang adalah temanku Zaffa. Yah dia lagi dia lagi.
“Hai Zaff ada apa?”
“Ehm, maaf ya aku ganggu, aku cuma mau tanya yang tadi,”
“Kamu masih ingat itu,”
“Ya iyalah, masa nggak,”
“Aku mau tanya asal usul kelas kosong itu, kan kamu udah banyak tahu tentang kelas itu, kamu kan osis di sekolah,”
“Ya udah, aku ceritain tapi di kamar aja ya, nggak enak di sini malu sama orang,”
“Okelah di kamar kamu aja,” Kami pun masuk ke kamarku yang berada di lantai dua. Setelah kami sampai, aku membuka pintu dan Zaffa pun segera memasuki kamarku. Kami pun duduk di atas kasur. Aku memegang boneka kesayanganku dan Zaffa duduk bersila di atas kasur.
“Ayo sekarang kamu ceritain!” pinta Zaffa.
“Waktu itu ada seorang cewek yang selalu diejek oleh teman sekelasnya karena dia adalah anak yang penyakitan, dia selalu diejek sampai-sampai dia merasa sangat benci terhadap teman-temannya. Cewek itu bernama Dinda. Singkat cerita dia akhirnya meninggal di rumah sakit setelah dia lama menderita sakitnya itu. Sebelum dia meninggal dia bersumpah agar teman teman yang sudah mengejeknya akan meninggal seperti dia. Dan setelah bersumpah akhirnya si Dinda ini meninggal pada pukul 12 malam pas,” Ceritaku.
“Kasihan banget ya si Dinda itu, ngomong-ngomong cerita singkat tapi kok kamu malah cerita di sini kenapa nggak tadi aja di kelas kan nggak bikin aku penasaran,”
“Iya tapi aku takut si Dinda nanti denger lalu dia mengutuk aku sama kamu meninggal, kamu mau?”
“Ya enggak sih, siapa yang mau mati,” jawab Zaffa.
“Ya sudah kamu kan udah denger ceritanya, jadi kamu pulang oke,”
“Kenapa Kay?” tanya Zaffa.
“Aku mau istirahat, memangnya kamu nggak mau istirahat ya kan?” tanyaku.
“Okelah aku mau pulang, dah,” sambil melambaikan tangan.
“Dah juga,”
Aku pun langsung pergi ke kamar dan langsung istirahat. Tak terasa setelah aku bangun, jam menunjukkan pukul 19.00 WIB. Aku pun segera menuju dapur untuk mengambil buah-buahan di kulkas. Pada saat di dapur kebetulan ada Bibi di sana, lalu aku pun bertanya.
“Bi Bunda belum dateng ya?”
“Belum Non Kayla mungkin nanti jam 10 malam Non,”
“Heh..” aku menghela napas, “Ya udah lah Bi,”
Aku pun langsung menuju ruang keluarga untuk menonton TV. Saat aku menyalakan TV tiba-tiba mati lampu. Aku pun serentak berteriak karena aku kaget banget. Lalu aku pun memanggil Bibi, Bibi pun datang dengan membawa lilin kecil.
“Non Kayla, Non Kayla di mana?”
“Iya Bi Kayla di sini,”
“Aduh Non, maafin Bibi ya, bibi masih cari lilin,”
“Gak apa-apa kok Bi, ya sudah kita mau ke mana ini Bi,”
“Ehm kita ke ruang tamu aja non, Non ke ruang tamu dulu bibi mau ke dapur dulu, bibi mau ngambil lilin lain takutnya lilin ini akan habis nantinya Non,”
“Ya udah deh Bi tapi jangan lama-lama ya Bi, soalnya Kayla takut Bi,”
“Iya Non tenang aja,”
Kami pun berpisah, aku ke ruang tamu dengan membawa lilin sedangkan bibi ke dapur dengan membawa senter. Aku pun berjalan dengan hati-hati sampai ke ruang tamu. Tiba-tiba.. Seperti ada yang lewat di depanku dan angin yang berhembus panas pun terasa. “Bi, Bibi Kayla takut Bi, Bibi cepetan,” Suara hening tak ada balasan dari bibi. Aku semakin takut dan merinding karena aku teringat misteri dari kelas kosong itu, aku takut kalau arwah Dinda yang meninggal itu ke sini karena aku membicarakannya. Tiba-tiba HP-ku berdering di antara saku celanaku. Aku serentak kaget. Ternyata Dino menelepon aku. Aku segera mengangkatnya.
“Hallo, ini Dino,”
Tak ada balasan dari panggilan Dino.
“Hallo, Dino jangan bercanda ini lagi mati lampu, kamu bersuara sedikit gitu,”
“Hallloooo Kayyylaaa.” dengan suara sedikit serak, dan suaranya perempuan.
“Siapa ini?”
“Aaaku Diiiinda,”
“Hahahaha..”
Aku melempar hp-ku ke sofa.
Aku berlari tak tentu arah dan aku tak sengaja bertemu Pak satpam di ruang tengah yang lagi memegang senter.
“Non Kayla, kenapa teriak-teriak, Bapak pikir ada maling,”
“Pak, Kayla takut Bibi mana?”
“Bibi.. tadi sih dia bilang mau beli sesuatu di toko,”
“Kapan?” tanya Kayla
“Sebelum mati lampu lah,”
“Apa.. terus yang tadi bawa lilin kecil siapa kalau bukan Bibi?”
“Maksud Non?”
“Jadi yang tadi itu bukan Bibi tapi apa dong?”
Aku semakin ketakutan dan terasa aku berkeringat dingin dan bulu kudukku berdiri semua.
“Jangan-jangan pak satpam ini juga bukan pak satpam,”
“Memang iya, saya bukan pak satpam saya adalah hantu rumah ini,”
“Pak satpam jangan bercanda, please,”
“Iya-iya non, Bapak minta maaf ya sudah non Kayla di kamar aja biar pak satpam ambilin lampu minyak ya, biar gak cepet habis dan lebih terang,”
“Tapi Kayla ikut ya,”
“Ya sudah ayo,”
Aku dan pak satpam pun pergi ke dapur, setelah mengambil lampu minyak aku diantar pergi ke kamar. Dan pak satpam menaruhnya di dekat kasur. Ya setidaknya sudah sedikit terang dari yang tadi. Aku mencoba memejamkan mataku agar rasa takut yang terus mengitariku lama kelamaan akan hilang. Tak lama kemudian aku pun tertidur. Di tengah tidurku ada sosok yang menarik selimutku, lalu aku memberanikan diri untuk melihat. Tiba-tiba saat aku akan melihat di bawah ranjang tempat tidurku, Lampu minyak yang ku pakai meredup dan mati. Aku pun terdiam dan tak dapat berkata apa-apa. Lalu aku melanjutkan untuk memasang selimut dan menutupinya ke seluruh tubuhku tak terkecuali wajahku.
Cerpen Karangan: Chudzaifiyah