Alkisah, hiduplah seorang pemuda yatim piatu di sebuah rumah yang sangat sederhana. Sebelum meninggal dunia, kedua orang tuanya adalah orang yang sangat miskin sehingga tidak meninggalkan harta warisan apa pun, kecuali sebuah rumah kecil. Kini pemuda itu menempati rumah peninggalan kedua orang tuanya. Ia juga bekerja di ladang milik tuan tanah di desanya untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Setiap pagi-pagi buta, pemuda itu sudah berangkat ke ladang. Sore hari, ketika pulang bekerja, ia menyiapkan makan malam seorang diri. Sebenarnya ia sangat bosan dengan kehidupannya. Ia berharap ada seorang gadis yang bersedia menjadi istrinya sehingga hidupnya lebih bahagia.
Namun pemuda itu selalu berpikiran bahwa para orang tua tidak akan rela menikahkan anak gadis mereka dengan dirinya, yang sangat miskin. Oleh karena itu, pemuda itu tidak pernah berharap bisa menikahi seorang gadis. Di sebuah pagi yang cerah, pemuda itu berangkat ke ladang setelah menyelesaikan semua pekerjaan rumah. Seperti biasa ia mengerjakan semua tugasnya di ladang dengan baik. Ia bekerja dengan tekun supaya ia bisa memperbaiki nasibnya suatu saat nanti. Sebelum matahari terbenam ia telah menyelesaikan pekerjaannya dan beranjak pulang. Sesampai di rumah, pemuda itu bergegas menuju dapur untuk menyiapkan makan malamnya. Akan tetapi ia terkejut karena melihat makanan telah siap di meja. Ia menduga bahwa salah satu tetangganya telah mengantarkan makanan untuknya hari ini. Tanpa berpikir panjang, pemuda itu langsung menghabiskan semua makanan di depannya.
Keesokan paginya, pemuda itu melakukan pekerjaannya seperti biasa. Ia pergi ke ladang dan kembali ke rumah saat matahari tenggelam. Saat sampai di rumah, ia kembali melihat makanan yang telah siap di meja. Selain itu rumahnya sudah bersih dan rapi. Ia lalu memeriksa seluruh pintu di rumahnya dan mendapati semua pintu dalam keadaan terkunci. Di tengah kebingungannya, pemuda itu memilih untuk memakan makanan yang sudah terhidang di meja. Kejadian itu berulang-ulang selama beberapa hari. Namun pemuda itu belum menemukan orang yang selalu menghidangkan makanan di mejanya setiap sore. Oleh karena rasa penasaran yang semakin memuncak, pemuda itu pun memutuskan untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Pagi itu, ia bangun seperti biasa dan bersiap untuk pergi ke ladang. Namun setelah berjalan keluar rumah dan mengunci pintu, ia kembali lagi dan melihat ke dalam rumahnya melalui celah di jendela. Pemuda tersebut tercengang saat melihat sosok perempuan keluar dari bingkai foto yang terpasang di dinding rumahnya. Perempuan itu tampak membersihkan rumah setelah beberapa saat keluar dari bingkai foto. Pemuda itu pun tahu siapa yang selalu membersihkan rumahnya setiap hari. Tanpa menunggu waktu lama, ia segera membuka pintu dan menemui perempuan itu.
“Apakah kamu yang selama ini memasak makanan itu?” tanya pemuda itu tiba-tiba.
Wanita itu sangat terkejut dengan kemunculan mendadak pemuda itu.
“Ohhh... Emmm... Ya, aku yang melakukan semua pekerjaan di rumah ini,” jawab perempuan itu terbata-bata.
“Aku minta maaf. Apakah kamu merasa terganggu?” lanjut perempuan itu.
Pemuda itu masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Namun ia segera menguasai keadaan.
“Aku hanya tinggal seorang diri di rumah ini. Orang tuaku sudah lama tiada. Apakah kamu bersedia tinggal dan hidup bersamaku?”
Perempuan itu terlihat bingung lalu berkata, “Kita berasal dari dunia yang berbeda. Kita tidak mungkin hidup bersama.”
Pemuda itu pun segera mengambil bingkai foto yang ada di dinding lalu memasukkannya ke dalam sebuah peti dan menguncinya.
“Lihatlah! Kamu tidak bisa kembali ke asalmu lagi!” seru pemuda itu.
“Tinggallah bersamaku! Aku akan memperlakukanmu dengan baik,” pinta pemuda itu.
Perempuan itu tak kuasa menolak permohonan pemuda di depannya. Sejak saat itu keduanya menikah dan tinggal bersama di rumah itu. Pemuda itu pun bekerja dengan giat hingga ia berhasil mempunyai ladang sendiri. Beberapa tahun kemudian mereka mempunyai tiga anak laki-laki. Pemuda itu menjadi seorang ayah yang sangat bahagia bersama ketiga anaknya. Ketiga anak itu kini telah tumbuh dewasa. Ayah mereka pun telah menjadi tua dan sebagian rambutnya sudah mulai memutih. Namun ibu mereka tidak menjadi tua sedikit pun. Ia masih terlihat sama seperti saat muda dahulu. Rambutnya tidak memutih. Kulit wajahnya pun tidak berkerut. Hal ini membuat para tetangga heran dan curiga. Bahkan, ada yang berpikir bahwa ibu mereka bukanlah manusia pada umumnya. Dalam waktu singkat, kabar tentang ibu mereka yang tidak menjadi tua seperti manusia umumnya segera berembus ke seluruh pelosok desa.
Ketiga anak laki-laki itu mulai khawatir. Mereka ingin menanyakan kebenaran hal tersebut kepada ayah mereka, tapi mereka takut jika ayah mereka tersinggung. Namun karena mereka melihat kejanggalan fisik ibu mereka, salah satu anak memberanikan diri untuk bertanya pada ayahnya. Saat mendengar pertanyaan anaknya tentang asal usul ibu mereka, ayah mereka sangat terkejut. Ia kemudian menjelaskan bahwa ibunya tetap muda karena merawat diri dengan baik. Selain itu ibu mereka adalah perempuan yang sangat baik hati dan mengurus keluarga dengan baik, sehingga Dewa memberikan berkah, berupa fisik yang selalu muda. Ketiga anak laki-laki itu sama sekali tidak puas dengan jawaban ayah mereka.
Suatu hari, anak ketiga mengajak kedua saudara laki-lakinya untuk mencari tahu sendiri asal usul ibu mereka. Mereka mencari benda apa pun di rumah yang bisa memberi gambaran mengenai ibu mereka. Tanpa sepengetahuan ibu dan ayah mereka, ketiga anak laki-laki itu pun mulai membongkar semua benda-benda lama di gudang, yang merupakan bekas rumah mereka terdahulu. Di tempat itulah anak ketiga menemukan sebuah peti usang yang terkunci, sehingga tidak bisa di buka dan di ketahui isinya. Pada hari berikutnya, ketika ayah dan ibu mereka pergi ke rumah salah satu tetangga, mereka bertiga kembali melakukan pencarian di gudang. Mereka sangat penasaran dengan peti yang terkunci itu. Ketiga anak itu segera membongkar seisi rumah untuk bisa menemukan kunci peti usang, sebelum orang tua mereka pulang.
Mereka beruntung! Anak pertama menemukan sebuah kunci yang terlihat sangat usang di kamar kedua orang tuanya. Ketiga anak itu berjongkok, memandangi peti usang di depan mereka. Dengan tangan bergetar, anak pertama mencoba membuka peti usang dengan kunci yang mereka temukan. Kedua saudaranya melihatnya dengan sangat cemas. Mereka tidak berani menduga-duga apa yang ada di dalam peti itu. Ketika peti berhasil di buka, mereka sangat terkejut melihat sebuah bingkai foto dengan gambar seorang wanita yang sangat mirip dengan ibu mereka. Ketiganya memerhatikan foto itu dengan saksama. Saat tengah asyik memerhatikan bingkai foto itu, kedua orang tua mereka pulang. Ayah mereka terkesiap melihat bingkai foto di tangan ketiga anaknya. Ketiga anak itu pun terkejutnya melihat kedatangan kedua orang tua mereka.
“Apa yang kalian lakukan?” tanya sang ayah dengan murka.
“Ayah, kami hanya ingin mencari tahu asal usul Ibu,” jawab anak pertama dengan takut.
Ia tidak pernah melihat ayahnya sangat marah sebelumnya.
“Bukankah Ayah sudah mengatakan kepada kalian untuk tidak bertanya lagi soal itu?” tanya sang ayah lagi.
Ia benar-benar terlihat geram dengan tingkah laku anak-anaknya. Mereka pun bertengkar, saling berdebat. Tiba-tiba ibu mereka mengambil bingkai foto dari tangan anaknya, berusaha melerai pertengkaran itu. Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, ia memasang bingkai foto itu ke tembok.
“Tugas Ibu sudah selesai. Ibu sangat menyayangi kalian.”
Tanpa berbicara lebih banyak, ibu mereka kembali ke dalam bingkai foto. Ketiga anak itu berteriak histeris. Mereka tidak bisa memercayai kejadian yang mereka lihat. Ibu mereka kini kembali menjadi wanita yang ada di bingkai foto itu. Wanita itu terlihat tersenyum bahagia.
“Ibu kembaliiiiiii!” Anak ketiga berteriak, berharap ibunya akan kembali.
Akhirnya ayah mereka menjelaskan peristiwa yang ia alami saat muda dahulu. Ia pun menjelaskan asal usul ibu mereka. Ketiga anaknya percaya bahwa ibu mereka adalah utusan Dewa yang ditugaskan untuk membahagiakan mereka. Mereka pun menggantung bingkai foto itu di dinding rumah agar mereka bisa menatap ibu mereka selamanya.
***
Nur selesai membaca bukunya dengan baik.
"Cerita yang apik dari asalnya Vietnam," kata Nur.
Nur menutup bukunya.
"Belajar ah," kata Nur.
Nur beranjak dari duduknya di ruang tengah ke kamarnya dengan membawa bukunya. Di kamar, ya buku di taruh di rak buku. Nur segera mengambil buku di dalam tasnya dan segera belajar dengan baik, ya mengulas pelajaran yang di berikan guru di bangku sekolah.
No comments:
Post a Comment