Ada dua sahabat hidup bersama di sebuah desa. Mereka telah bersahabat sejak kecil. Dua sahabat ini bernama Luu Binh dan Duong Le. Luu Binh lahir dari keluarga kaya raya yang sangat terkenal di desanya. Sedangkan Duong Le berasal dari keluarga miskin. Akan tetapi, hal ini tidak menghalangi persahabatan mereka. Ketika Luu Binh dan Duong Le beranjak dewasa, orang tua Luu Binh mengajak Duong Le untuk tinggal bersama agar mereka bisa bersekolah bersama-sama. Keduanya pun semakin akrab setelah tinggal bersama. Duong Le selalu belajar dengan rajin karena tidak ingin mengecewakan keluarga Luu Binh. Selain itu Duong Le juga membantu pekerjaan orang tua Luu Binh di rumah sebagai ungkapan rasa terima kasih. Ia mengerjakan semua pekerjaan rumah dengan senang hati. Ia juga membantu pekerjaan ibu Luu Binh setiap sebelum dan sesudah belajar.
Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Duong Le lalu belajar atau bermain bersama Luu Binh. Setelah tinggal bersama, Duong Le baru menyadari bahwa meskipun Luu Binh baik hati namun ia sangat malas. Luu Binh selalu merasa bahwa dia tidak perlu bekerja keras karena orang tuanya kaya raya. Ketika ia menginginkan sesuatu, ia hanya perlu meminta kepada orang tuanya, dan ia akan mendapatkan semuanya. Selain itu, Luu Binh pun malas belajar dan enggan membantu pekerjaan orang tuanya. Setiap hari ia hanya bersantai dan pergi bermain. Oleh karena mengetahui perbedaan sifat kedua anak ini, ibu Luu Binh meminta bantuan kepada Duong Le agar membantu dan memberikan nasihat pada Luu Binh. Duong Le pun berusaha keras untuk membuat Luu Binh mau belajar seperti dirinya dan tidak menghabiskan waktunya untuk bermain.
Namun usaha Duong Le untuk menasihati Luu Binh gagal. Luu Binh tidak mau mendengarkan nasihat sahabatnya itu. Ia tetap menghabiskan waktunya untuk bermain dan ia pun semakin malas belajar. Akhirnya waktu ujian tiba. Duong Le merasa sangat siap menghadapi ujian karena ia telah mempersiapkan diri dengan baik. Sedangkan Luu Binh hanya bisa pasrah dan tetap bersikap santai seperti biasa. Hasilnya, Duong Le lulus dengan hasil yang sangat memuaskan dan Luu Binh gagal serta harus mengulang. Prestasi Duong Lee yang cemerlang membuatnya mendapat pekerjaan yang bagus di kota. Kepintaran dan kerajinan Duong Lee membuatnya menjadi orang yang kaya raya dan terpandang di kota setelah beberapa tahun kemudian. Ia pun mampu membeli rumah yang sangat megah dan hidup berkecukupan. Di desanya, Luu Binh yang pemalas masih berusaha untuk lulus dalam ujian karena ia selalu gagal.
Orang tuanya yang kaya raya sudah meninggal dunia. Harta warisan pun telah habis untuk bersenang-senang. Kini, kehidupan Luu Binh amat sengsara. Ia lalu teringat pada sahabatnya, Duong Le. Ia banyak mendengar cerita bahwa sahabatnya itu telah berhasil menjadi orang yang kaya raya di kota. Suatu hari Luu Binh memutuskan untuk pergi ke kota mencari Duong Le. Ia sangat terkejut ketika melihat rumah sahabatnya yang sangat megah. Rumah itu sangat besar, berlantai keramik yang sangat mahal, dan dijaga oleh beberapa orang. Tanpa segan Luu Binh segera mengatakan kepada penjaga bahwa ia adalah sahabat lama Duong Le. Tak lama kemudian Duong Le keluar menemui Luu Binh. Ia sudah mendengar tentang Luu Binh yang jatuh miskin. Ia pun sudah menduga jika Luu Binh akan datang menemuinya dan meminta bantuan. Namun Duong Le sangat mengenal sifat Luu Binh. Duong Le tahu jika ia membantu Luu Binh begitu saja, Luu Binh tak akan pernah berusaha sendiri dan belajar mandiri. Maka Duong Le memilih untuk membantu sahabatnya dengan cara berbeda.
“Duong Le, ini aku Luu Binh! Bagaimana kabarmu?” sapa Luu Binh ketika ia melihat Duong Le keluar rumah.
“Huh! Siapa kamu? Semua temanku adalah orang-orang kaya terhormat. Aku tidak mempunyai teman miskin seperti kamu,” jawab Duong Le ketus.
Luu Binh sangat terkejut mendengar jawaban Duong Le yang kasar.
“Bawa orang ini keluar dari sini! Aku tidak mengenalnya sama sekali!” Duong Le memerintahkan para penjaga rumahnya untuk mengusir Luu Binh.
Ia kemudian masuk ke dalam rumah tanpa mengacuhkan Luu Binh sedikit pun. Saat kembali ke desa, Luu Binh merasa sakit hati dan kecewa dengan perlakuan sahabatnya. Ia tidak menyangka bahwa sahabat yang dulu ditolong oleh keluarganya telah melupakan dirinya. Perasaan geram Luu Binh membuatnya bertekad untuk menyelesaikan ujian dan segera bekerja, agar ia menjadi kaya raya dan bisa membalas sakit hatinya kepada Duong Le. Di rumahnya Duong Le menyusun strategi untuk membantu Luu Binh. Ia memerintahkan Chau Long, salah seorang pekerja di rumahnya, untuk menyamar menjadi pedagang kain sutera dan berdagang di desa, tempat Luu Binh tinggal.
Pada hari yang direncanakan, Chau Long pergi ke desa Luu Binh. Ia berpura-pura menawarkan kain sutera pada Luu Binh. Ia mengatakan bahwa ia datang dari tempat yang sangat jauh dan tidak mempunyai tempat tinggal. Ia pun meminta bantuan Luu Binh untuk dapat tinggal di rumahnya. Ia berjanji akan membantu Luu Binh mengurus rumah dan bersedia menjadi istrinya apabila ia mampu menyelesaikan ujian. Kecantikan Chau Long membuat Luu Binh menyetujui permintaannya. Sejak saat itu, setiap hari Chau Long dan Luu Bhin saling membantu satu sama lain. Luu Binh membantu Chau Long menjual kain sutera. Sedangkan Chau Long membantu Luu Binh belajar dan memberikan semangat kepadanya untuk menyelesaikan ujian dengan baik. Lambat laun sifat Luu Binh yang pemalas mulai berkurang. Luu Binh pun semakin bersemangat dan bertekad untuk menyelesaikan ujian agar tidak mengecewakan Chau Long.
Akhirnya Luu Binh berhasil menyelesaikan ujian dengan sangat memuaskan. Bahkan ia mendapatkan pekerjaan di kota tempat Duong Le berada. Ia pun segera pulang untuk memberitahu Chau Long. Namun ketika ia sampai di rumah, ia mendapati rumahnya kosong dan Chau Long telah meninggalkan rumah. Luu Binh sangat kecewa dan tiba-tiba teringat kembali pada Duong Le. Ia ingat bahwa ia pernah bertekad untuk menjadi kaya raya seperti Duong Le agar bisa membalas sakit hatinya. Ia pun segera melupakan kekecewaannya terhadap Chau Long dan mulai merencanakan masa depannya. Beberapa hari kemudian Luu Binh meninggalkan desanya dan mulai bekerja di kota. Di tempat barunya, Luu Binh berusaha untuk mengubah kebiasan dan sifat buruknya. Ia tidak lagi menjadi pemalas dan selalu bekerja keras setiap hari. Setelah berusaha dengan keras, keinginan Luu Binh tercapai. Ia telah menjadi orang yang sangat kaya raya dan terpandang di kota itu. Ia mampu membeli rumah mewah seperti Duong Le, bahkan rumahnya lebih besar dari rumah Duong Le.
Ketika ia telah merasa siap untuk membalas sakit hatinya terhadap Duong Lee, Luu Binh pun bergegas menuju rumahnya. Sebenarnya Duong Le telah mengetahui jika Luu Binh sudah menjadi kaya raya. Ia pun sudah mengira bahwa Luu Binh akan mencarinya lagi. Hari itu pun tiba. Pagi itu, dari dalam rumah, Duong Lee melihat Luu Binh berjalan menuju rumahnya. Kali ini Duong Le menyambut Luu Binh dengan senyum dan wajah berseri-seri. Keramahan Duong Lee tidak bisa menghapus rasa sakit hati Luu Binh. Maka Luu Binh pun meluapkan kemarahannya kepada Duong Le. Duong Le mendengarkan kemarahan sahabatnya dengan sikap tenang. Ia menunggu Luu Binh puas melampiaskan kemarahannya. Setelah Luu Binh tenang, Duong Le menjelaskan bahwa dulu ia tidak langsung memberikan bantuan kepada Luu Binh karena semua itu akan membuatnya tetap menjadi pemalas.
Duong Le pun berpura-pura tidak mengenal Luu Binh dan mengusirnya agar Luu Binh mau berusaha untuk memperbaiki kehidupannya. Tak lama kemudian Chau Long keluar menyuguhkan minum kepada Luu Binh. Luu Binh pun semakin terkejut. Duong Le akhirnya menceritakan bahwa ia mengirim Chau Long untuk membantu Luu Binh. Kejujuran Duong Lee membuat Luu Binh semakin yakin bahwa Duong Le melakukan semuanya demi kebaikan dan persahabatan mereka berdua. Persahabatan Duong Lee dan Luu Binh pun semakin erat dan terjalin sampai mereka tua.
***
Aisyah selesai membaca bukunya.
"Cerita yang bagus dari asal cerita....Vietnam," kata Aisyah.
Aisyah menutup bukunya dan menaruh bukunya di meja.
"Assalamualikum," kata Tuti.
Aisyah mendengar salamnya Tuti, ya menjawabnya "Waalaikumsalam."
Tuti dateng ke rumah Aisyah, ya main sih. Aisyah dan Tuti ngobrol di teras depan rumah sekedar obrolan cewek saja sih seperti biasanya.
No comments:
Post a Comment