Disinilah aku saat ini, menangis sendirian di sebuah lorong belakang sekolah, mencoba menyendiri dan menenangkan diri. Apa salahku? Mereka selalu saja membullyku, tidak ada yang membelaku sama sekali. Oh iya aku lupa, jangankan dibela, teman saja aku tidak punya sama sekali. Miris bukan?
Tap..
Tap..
Tap..
Aku mendengar suara langkah kaki seseorang yang mendekatiku. Siapa dia? Ini lorong belakang sekolah yang sudah tidak terpakai lagi, akan sangat tidak mungkin jika ada seseorang kemari selain orang aneh sepertiku. Namun tiba-tiba ada seorang laki-laki yang duduk tepat di sampingku. Ohh god, ini orang pertama yang mau berdekatan denganku, selain yang ingin membullyku.
“Ka..kau si..siapa?” tanyaku dengan takut.
“Tenang, kau tidak usah takut Maya. Aku yang akan selalu menjagamu,” ujarnya dengan yakin.
“Dari mana kau tahu namaku?”
“Kau tidak perlu tahu itu, perkenalkan aku Brian.”
Ternyata namanya Brian, jika diperhatikan ia lumayan tampan menurutku, menggunakan seragam sekolah yang sama sepertiku, hanya saja aku tidak pernah melihatnya selama bersekolah disini.
“Aku memang bukan manusia, makanya kau tidak pernah melihatku,” ujarnya tiba-tiba seakan tahu isi dari pikiranku tadi.
“Ja.. jadi kau itu…”
“Aku bukan hantu, tapi aku adalah arwah yang akan selalu menjagamu dimanapun dan kapanpun itu.”
“Benarkah?”
“Tentu Maya.”
Setelah bel pulang sekolah berbunyi, aku pun pulang ke rumah bersama dengan Brian, Brian selalu setia mengikutiku kemanapun aku pergi. Saat sedang melewati sebuah gang sepi, tiba-tiba aku melihat ada Melisa dan kawannya menghadangku. Melisa itu adalah ratunya bully membully di sekolahku. Melihat hal itu sontak aku ketakutan dan menoleh ke arah Brian, dan Brian menanggapinya dengan senyum manisnya.
“Tenang Maya,” ujarnya kepadaku.
Melisa pun mulai mendekat ke arahku. Ia lalu dengan gesitnya menjambak rambutku.
“Aduh.. sakit mel, tolong lepas.”
“Tidak akan, kau itu memang pantas mendapatkan penyiksaan seperti ini!”
Tiba-tiba…
“Lepaskan dia!” terdengar suara lantang dari seseorang. Ketika aku melihat ke arahnya, aku sangat terkejut, karena dia itu Brian. Bukankah Brian itu arwah? Namun mengapa Melisa bisa melihatnya?
“Lepaskan Maya, dia adalah kekasihku.”
“Hey tampan, gadis jelek seperti ini kekasihmu eh?” tanya Melisa dengan wajah tidak percaya.
“Tentu. Sebaiknya sekarang kau pergi atau aku akan berbuat kasar kepadamu!”
“Tampan-tampan begini kau galak juga ya, ok aku akan pergi.”
Setelah kepergian Melisa, Brian lalu mendekatiku yang masih dalam posisi mematung dan pikiran bercampur aduk.
“Aku sudah menepati janjiku kan untuk selalu menjagamu Maya,” ujarnya sambil menggenggam tanganku.
“Kau itu sebenarnya siapa? Mengapa kau bisa…”
“Aku ini arwah yang bisa menjelma menjadi manusia jika aku mau.”
“Aku masih tidak percaya akan hal itu.”
“Baiklah, tunggu sebentar,” ujarnya kepadaku.
Ia lalu mulai menjauh dan tubuhnya tiba-tiba mengeluarkan cahaya putih yang membuat mataku menjadi sangat silau. Sontak aku menutup mataku karena terlalu silau. Namun setelah aku membuka mata, laki-laki itu menghilang dari hadapanku. Aku percaya sekarang bahwa ia adalah arwah, aku sempat merasa takut, namun disatu sisi aku merasa kehilangan karena aku rasa aku mulai mencintainya. Aku menyesal karena tidak percaya kepadanya, andai saja aku percaya mungkin sekarang Brian masih ada di sisiku dan selalu melindungiku.
“Arwah, i love you.”
“I love you to,” jawab seseorang yang jauh berada di dimensi lain.
Selesai.
Karya : Ayu Wahyunia
Tap..
Tap..
Tap..
Aku mendengar suara langkah kaki seseorang yang mendekatiku. Siapa dia? Ini lorong belakang sekolah yang sudah tidak terpakai lagi, akan sangat tidak mungkin jika ada seseorang kemari selain orang aneh sepertiku. Namun tiba-tiba ada seorang laki-laki yang duduk tepat di sampingku. Ohh god, ini orang pertama yang mau berdekatan denganku, selain yang ingin membullyku.
“Ka..kau si..siapa?” tanyaku dengan takut.
“Tenang, kau tidak usah takut Maya. Aku yang akan selalu menjagamu,” ujarnya dengan yakin.
“Dari mana kau tahu namaku?”
“Kau tidak perlu tahu itu, perkenalkan aku Brian.”
Ternyata namanya Brian, jika diperhatikan ia lumayan tampan menurutku, menggunakan seragam sekolah yang sama sepertiku, hanya saja aku tidak pernah melihatnya selama bersekolah disini.
“Aku memang bukan manusia, makanya kau tidak pernah melihatku,” ujarnya tiba-tiba seakan tahu isi dari pikiranku tadi.
“Ja.. jadi kau itu…”
“Aku bukan hantu, tapi aku adalah arwah yang akan selalu menjagamu dimanapun dan kapanpun itu.”
“Benarkah?”
“Tentu Maya.”
Setelah bel pulang sekolah berbunyi, aku pun pulang ke rumah bersama dengan Brian, Brian selalu setia mengikutiku kemanapun aku pergi. Saat sedang melewati sebuah gang sepi, tiba-tiba aku melihat ada Melisa dan kawannya menghadangku. Melisa itu adalah ratunya bully membully di sekolahku. Melihat hal itu sontak aku ketakutan dan menoleh ke arah Brian, dan Brian menanggapinya dengan senyum manisnya.
“Tenang Maya,” ujarnya kepadaku.
Melisa pun mulai mendekat ke arahku. Ia lalu dengan gesitnya menjambak rambutku.
“Aduh.. sakit mel, tolong lepas.”
“Tidak akan, kau itu memang pantas mendapatkan penyiksaan seperti ini!”
Tiba-tiba…
“Lepaskan dia!” terdengar suara lantang dari seseorang. Ketika aku melihat ke arahnya, aku sangat terkejut, karena dia itu Brian. Bukankah Brian itu arwah? Namun mengapa Melisa bisa melihatnya?
“Lepaskan Maya, dia adalah kekasihku.”
“Hey tampan, gadis jelek seperti ini kekasihmu eh?” tanya Melisa dengan wajah tidak percaya.
“Tentu. Sebaiknya sekarang kau pergi atau aku akan berbuat kasar kepadamu!”
“Tampan-tampan begini kau galak juga ya, ok aku akan pergi.”
Setelah kepergian Melisa, Brian lalu mendekatiku yang masih dalam posisi mematung dan pikiran bercampur aduk.
“Aku sudah menepati janjiku kan untuk selalu menjagamu Maya,” ujarnya sambil menggenggam tanganku.
“Kau itu sebenarnya siapa? Mengapa kau bisa…”
“Aku ini arwah yang bisa menjelma menjadi manusia jika aku mau.”
“Aku masih tidak percaya akan hal itu.”
“Baiklah, tunggu sebentar,” ujarnya kepadaku.
Ia lalu mulai menjauh dan tubuhnya tiba-tiba mengeluarkan cahaya putih yang membuat mataku menjadi sangat silau. Sontak aku menutup mataku karena terlalu silau. Namun setelah aku membuka mata, laki-laki itu menghilang dari hadapanku. Aku percaya sekarang bahwa ia adalah arwah, aku sempat merasa takut, namun disatu sisi aku merasa kehilangan karena aku rasa aku mulai mencintainya. Aku menyesal karena tidak percaya kepadanya, andai saja aku percaya mungkin sekarang Brian masih ada di sisiku dan selalu melindungiku.
“Arwah, i love you.”
“I love you to,” jawab seseorang yang jauh berada di dimensi lain.
Selesai.
Karya : Ayu Wahyunia
No comments:
Post a Comment