Malam itu aku kembali menuju hotel yang berkamar di nomor 706, terdengar olehku suara gemercik air dari kamar 707 seperti ada seseorang yang sedang mandi tapi lampu kamar itu padam. Aku keluar dan mendekat ke pintu kamar itu untuk lebih mendengar suara dari kamar itu.
“Ada disini?” Tanya seorang OB yang cukup mengagetkan aku.
“enggak kok, Pak disini apa ada orangnya?”
“Enggak Dik” jawaban singkat itu terucap dari seorang pria separuh baya berseragam biru itu.
“Tapi pak, saya mendengar suara aneh dari kamar itu”
“Kau mungkin hanya berhalusiasi, sudah jangan mengganggu kerjaku!” kata OB itu sedikit marah kemudian terburu-buru meninggalkan kamar itu.
Dalam hati aku terus bertanya lalu apa yang tadi aku dengar? apakah itu hanya halusinasi, ah sudahlah. Kemudian aku berlalu untuk meninggalkan kamar 707 dan kembali ke kamarku sendiri. Tak beberapa lama kemudian aku mendengar sebuah suara wanita bernyanyi di kamar 707 itu dan aku benar benar yakin bahwa kamar itu memang berpenghuni namun aku urungkan niatku untuk pergi ke kamar itu lagi karena hari sudah menunjukan pukul dua belas malam dan esok aku harus berkerja.
Keesokan harinya aku bertanya kepada manager hotel untuk menanyakan penghuni yang ada di kamar 707 namun tetap dengan jawaban yang sama tidak ada seoarangpun yang ada di kamar itu. Tapi aku berusaha untuk mencari tau tentang siapa yang ada di kamar itu. Setelah pulang berkerja aku segera membersihkan tubuhku dan bergegas untuk menuju lobi hotel karena aku akan menemui rekan kerjaku.
“Dinda..” terdengar suara sayu sayu memanggilku dari arah kamar itu. “Suara lagi?” gumamku. Tapi kali ini berbeda aku dapat dengan jelas mendengar suara itu dan tiba tiba aku menjadi ketakutan karena suara aneh itu tapi aku berusaha untuk tetap tenang dan mengabaikannya. Aku berjalan menuju lobi hotel, dari jauh aku melihat seoarang wanita berpakaian ungu tampak terburu buru, aku tak pernah melihat wanita itu sebelumnya selama aku tinggal di hotel ini. Dia berjalan dengan menundukan kepalanya, rambutnya yang terurai panjang menghalangi wajahnya untuk dapat kulihat.
Setelah semua urusan dengan rekanku selesai aku menuju kamarku untuk beristirahat. Sebelum aku sampai di kamar aku melihat wanita berpakaian ungu yang kulihat di lobi tadi memasuki kamar sebelahku. Ya. kamar 707. “Itu dia orangnya” sentakku spontan.
Aku berusaha menghampiri wanita itu tapi dia tampak terburu buru dan segera masuk ke kamar itu. Tapi keanehan mulai terjadi setelah wanita itu masuk ke kamarnya, aku mendengar jeritan histeris dari kamar itu. Kemudian aku segera berlari untuk mendatangi kamar itu untuk menghampiri jeritan histeris yang melengking itu. Sampai di depan pintu aku tak menemukan apapun selain lampu yang padam dan pintu yang terkunci dari luar.
Malam berikutnya aku mendengar suara wanita dan pria bertengkar di kamar itu dan aku mendengar ada suara jeritan minta tolong dari kamar itu. Kemudian suara itu hilang dan suasana kembali senyap. Aku bergegas keluar dan mengecek keadaan tapi sama seperti malam malam lalu aku hanya mendapatkan sebuah kamar kosong dengan lampu padam.
Aku hanya bisa terbungkam dan ketakutan karena aku tak menemukan apapun selain suara yang kudengar tadi. Aku begitu penasaran dengan apa yang terjadi aku berusaha mencari informasi kepada seluruh perkerja di hotel itu namun semua nihil tak seorang pun yang mau memberitahu. Aku berjalan keluar di gelapnya malam dan menghampiri seorang pedagang nasi goreng yang berjualan di sekitar hotel itu untuk mencari sedikit informasi.
“Dulu di kamar itu pernah terjadi sebuah pembunuhan mbak, pelakunya suaminya sendiri tapi yang saya tau kamar itu sudah terkunci rapat semenjak kejadian itu, pihak hotel tak mau membukakan pintu kamar itu untuk siapapun”
“Apa bapak kenal suaminya?”
“Suaminya adalah OB disitu, mbak”
Aku hanya diam dan mulai mengerti tentang apa yang terjadi.
Karya : Erisca Carolina Tesalonike
“Ada disini?” Tanya seorang OB yang cukup mengagetkan aku.
“enggak kok, Pak disini apa ada orangnya?”
“Enggak Dik” jawaban singkat itu terucap dari seorang pria separuh baya berseragam biru itu.
“Tapi pak, saya mendengar suara aneh dari kamar itu”
“Kau mungkin hanya berhalusiasi, sudah jangan mengganggu kerjaku!” kata OB itu sedikit marah kemudian terburu-buru meninggalkan kamar itu.
Dalam hati aku terus bertanya lalu apa yang tadi aku dengar? apakah itu hanya halusinasi, ah sudahlah. Kemudian aku berlalu untuk meninggalkan kamar 707 dan kembali ke kamarku sendiri. Tak beberapa lama kemudian aku mendengar sebuah suara wanita bernyanyi di kamar 707 itu dan aku benar benar yakin bahwa kamar itu memang berpenghuni namun aku urungkan niatku untuk pergi ke kamar itu lagi karena hari sudah menunjukan pukul dua belas malam dan esok aku harus berkerja.
Keesokan harinya aku bertanya kepada manager hotel untuk menanyakan penghuni yang ada di kamar 707 namun tetap dengan jawaban yang sama tidak ada seoarangpun yang ada di kamar itu. Tapi aku berusaha untuk mencari tau tentang siapa yang ada di kamar itu. Setelah pulang berkerja aku segera membersihkan tubuhku dan bergegas untuk menuju lobi hotel karena aku akan menemui rekan kerjaku.
“Dinda..” terdengar suara sayu sayu memanggilku dari arah kamar itu. “Suara lagi?” gumamku. Tapi kali ini berbeda aku dapat dengan jelas mendengar suara itu dan tiba tiba aku menjadi ketakutan karena suara aneh itu tapi aku berusaha untuk tetap tenang dan mengabaikannya. Aku berjalan menuju lobi hotel, dari jauh aku melihat seoarang wanita berpakaian ungu tampak terburu buru, aku tak pernah melihat wanita itu sebelumnya selama aku tinggal di hotel ini. Dia berjalan dengan menundukan kepalanya, rambutnya yang terurai panjang menghalangi wajahnya untuk dapat kulihat.
Setelah semua urusan dengan rekanku selesai aku menuju kamarku untuk beristirahat. Sebelum aku sampai di kamar aku melihat wanita berpakaian ungu yang kulihat di lobi tadi memasuki kamar sebelahku. Ya. kamar 707. “Itu dia orangnya” sentakku spontan.
Aku berusaha menghampiri wanita itu tapi dia tampak terburu buru dan segera masuk ke kamar itu. Tapi keanehan mulai terjadi setelah wanita itu masuk ke kamarnya, aku mendengar jeritan histeris dari kamar itu. Kemudian aku segera berlari untuk mendatangi kamar itu untuk menghampiri jeritan histeris yang melengking itu. Sampai di depan pintu aku tak menemukan apapun selain lampu yang padam dan pintu yang terkunci dari luar.
Malam berikutnya aku mendengar suara wanita dan pria bertengkar di kamar itu dan aku mendengar ada suara jeritan minta tolong dari kamar itu. Kemudian suara itu hilang dan suasana kembali senyap. Aku bergegas keluar dan mengecek keadaan tapi sama seperti malam malam lalu aku hanya mendapatkan sebuah kamar kosong dengan lampu padam.
Aku hanya bisa terbungkam dan ketakutan karena aku tak menemukan apapun selain suara yang kudengar tadi. Aku begitu penasaran dengan apa yang terjadi aku berusaha mencari informasi kepada seluruh perkerja di hotel itu namun semua nihil tak seorang pun yang mau memberitahu. Aku berjalan keluar di gelapnya malam dan menghampiri seorang pedagang nasi goreng yang berjualan di sekitar hotel itu untuk mencari sedikit informasi.
“Dulu di kamar itu pernah terjadi sebuah pembunuhan mbak, pelakunya suaminya sendiri tapi yang saya tau kamar itu sudah terkunci rapat semenjak kejadian itu, pihak hotel tak mau membukakan pintu kamar itu untuk siapapun”
“Apa bapak kenal suaminya?”
“Suaminya adalah OB disitu, mbak”
Aku hanya diam dan mulai mengerti tentang apa yang terjadi.
Karya : Erisca Carolina Tesalonike
No comments:
Post a Comment