Budi merupakan seorang karyawan swasta. Suatu saat dia mendapatkan pesan misterius dari seseorang yang mengaku teman SD-nya. Orang itu mengaku bernama Fahra, seorang gadis yang tiba-tiba menghubungi Budi. Fahra menghubungi Budi untuk sebuah keperluan. Dia mengaku kalau saat ini sedang mengalami krisis finansial dan meminta Budi untuk mengembalikan sejumlah uang beberapa ratus ribu yang dahulu pernah dipinjam oleh Budi semasa SD.
Budi yang merasa kaget dengan hal tersebut langsung menyangkal bahwa dia tidak pernah meminjam uang kepada Fahra sampai beratus-ratus ribu. Apalagi pada saat SD uang sakunya tidak seberapa dan tidak sampai beratus-ratus ribu. Fahra kemudian menambahkan bahwa ia ingat dulu semasa SD Budi adalah siswa yang nakal. Budi merupakan siswa SD yang tidak bertanggung jawab dengan uang sekolah yang diberikan orangtuanya untuk membayar sekolah. Dia menggunakan uang biaya sekolah bulanan tersebut untuk keperluan lain seperti membeli mainan dan bermain game.
Dia berbohong kepada orangtuanya dengan mengatakan bahwa uang tersebut hilang ataupun telah dirampas oleh preman di dekat sekolahnya yang gemar melakukan tindakan pemalakan. Sampai ketika ia tidak bisa berbohong lagi kepada orangtuanya, Budi yang kelakuan nakalnya sudah sangat parah tersebut meminta dengan paksa uang sekolah dari teman-temannya dan menghasut teman-temannya supaya berkata pada orangtuanya bahwa uang tersebut hilang juga sehingga orangtuanya mengganti uang pembayaran sekolah dengan yang baru.
Pada awalnya teman-teman Budi menolak apa yang dihasutkan Budi tersebut, namun Budi dengan kemampuan mempengaruhi yang sudah cukup cakap pada masa kecilnya tersebut memberikan ancaman akan membuat hidup teman-temannya di sekolah tidak tenang dan akan terus mengganggu ketika di sekolah. Budi yang pandai dalam menghasut juga menawarkan bagian dari uang tersebut untuk teman-temannya yang menyerahkan uang pembayaran sekolah tersebut supaya bisa dinikmati secara pribadi juga. Dengan siasat tersebut akhirnya Budi memperoleh uang dan tetap bisa melakukan kegiatan nakalnya dalam bermain game.
Perbuatan tersebut juga tidak luput mengenai Fahra ketika masih SD. Fahra yang pada saat itu masih polos juga merasa ketakutan dengan ancaman Budi dan akhirnya dia menuruti apa yang direncanakan oleh Budi. Fahra yang merupakan anak dari orangtua yang kaya juga merasa santai dengan menyerahkan uang pembayaran biaya sekolah tersebut karena menganggap orangtuanya akan cepat mengganti uang tersebut dengan mudah tanpa banyak bertanya yang aneh-aneh.
Kejadian di masa kecil tersebut menjadi sebuah pengingat bagi Budi di masa dewasanya sekarang yang hidup sebagai karyawan swasta yang tiba-tiba dikejutkan dengan pesan chat dari Fahra yang menagih hutang di masa kecilnya berupa uang beberapa ratus ribu. Fahra mengaku sedang mengalami krisis keuangan hingga dia harus menjual beberapa barang pribadinya dan akhirnya dia juga menagih beberapa hutang dari teman-temannya yang pernah berhutang kepadanya. Hingga Fahra menagih hutang semasa dia kecil kepada Budi. Fahra juga mengingatkan betapa hutang akan dikenai pertanggungjawaban di akhirat nanti yang akhirnya menyebabkan Budi menjadi setengah takut dan akhirnya mengiyakan untuk memberikan uangnya kepada Fahra.
Setelah mengiyakan permintaan melunasi hutang tersebut, akhirnya chat dengan Fahra dihentikan sementara oleh Budi. Dia mengingat-ingat kembali apakah ada teman SD-nya yang bernama Fahra. Dia merasa asing untuk mengenali seseorang yang bernama Fahra di antara teman SD-nya. “Siapa yaa Fahra itu? Apa di antara teman-teman SD-ku ada teman yang bernama Fahra?” Budi bergumam dalam hati. Lalu ia kembali mengecek hapenya untuk melihat di grup chat linenya dia.
Dia sampai pada grup line SD-nya dan langsung menanyakan apakah di antara teman-temannya tersebut mengenal yang bernama Fahra. Setelah menunggu selama beberapa menit ternyata chatnya disambut dengan beberapa chat yang masuk ke dalam grup tersebut. Teman-teman yang menanggapi chat grup Budi tersebut rata-rata menyatakan bahwa mereka tidak mengenal yang bernama Fahra di antara teman SD. Ada yang bilang bahwa mungkin Fahra hanya seseorang yang mengada-ada menjadi teman SD Budi dan mencoba menipu Budi dengan menjelaskan bahwa Budi mempunyai hutang di masa lalu meskipun kenyataannya memang Budi merupakan anak yang sangat bandel dan nakal pada masa kecilnya. Budi kemudian menanggapi dengan mengatakan bahwa si Fahra ini mengetahui dengan detail perihal masa kecil Budi yang sangat nakal sampai-sampai menggunakan uang jatah pembayaran sekolah untuk keperluan yang lain dan sampai mempergunakan uang sekolah dari teman-teman SD-nya.
Akhirnya terdapat satu orang yang muncul menanggapi Budi dan merasa sepaham dengan kejadian yang dialami Budi barusan. Dia adalah Muchtar. Muchtar mengatakan bahwa apa yang menimpa Budi barusan juga dialaminya, yakni ditagih hutang pada masa kecil karena pada saat itu Muchtar merupakan teman se-genk Budi yang juga sama nakalnya dengan Budi dan melakukan tindakan pengambilan uang pembayaran sekolah juga kepada teman-teman SD-nya. Muchtar juga mengaku barusan dikirimi oleh pesan chat dari Fahra yang isinya sama persis dengan apa yang dialami Budi. Pesan chat yang hampir sama yang dialami oleh Budi dan Muchtar tersebut akhirnya mengundang kemunculan dari penghuni grup line SD tersebut. Mereka menjadi mempertanyakan identitas Fahra yang sebenarnya karena dia mengetahui masa lalu Budi dan Muchtar namun sosok tersebut benar-benar asing di mata teman-teman SD Budi. Ada yang beranggapan bahwa Fahra mungkin kakak angkatan yang bisa saja se-SD dan mengetahui cerita-cerita tersebut dari bapak ibu guru. Atau mungkin Fahra bukan siapa-siapa yang mencoba melakukan tindak kejahatan dengan melakukan pemerasan kepada orang lain dengan memanfaatkan kejahatan di masa lalu. Spekulasi-spekulasi tersebut akhirnya mengundang ide-ide penyelesaian masalah dari berbagai pihak.
Akhirnya solusi yang ditawarkan adalah Budi dapat menyerahkan uang permintaan dari Fahra asalkan cara penyerahannya adalah secara langsung dan tidak melalui transfer karena pada mulanya Fahra menyarankan sistem transfer yang pada saat ini dianggap lebih praktis dan cepat. Namun Budi menegosiasikan cara pengiriman uangnya dengan bertemu secara langsung di sebuah tempat. Pada mulanya Fahra menolak dengan mengatakan bahwa dia sekarang tidak tinggal dalam satu kota dengan Budi. Budi kemudian mengatakan kepada Fahra bahwa tidak menjadi masalah tentang kota bila Fahra benar-benar menginginkan uang yang dapat membantu krisis finansialnya. Akhirnya Fahra mengiyakan rencana pertemuan tersebut yakni bertemu di sebuah cafe yang terletak di dekat SD yang merupakan sekolah mereka dulu.
Rencana pertemuan dengan Fahra tersebut dibahas oleh Budi di grup line SD-nya dan kembali mendapat tanggapan dari teman-teman SD-nya. Banyak yang merasa penasaran dengan sosok Fahra yang mengaku-ngaku merupakan teman SD mereka. Karena banyak yang merasa penasaran maka banyak pula yang ingin ikut dalam acara pertemuan dengan Fahra tersebut. Sehingga hampir semua penduduk grup tersebut muncul dan kira-kira 70% dari isi grup tersebut menyatakan akan hadir karena jadwal pertemuan dengan Fahra tersebut bertepatan juga dengan periode libur panjang atau long weekend. Teman-teman SD Budi yang masih tinggal dalam satu kota kebanyakan menyatakan kesediaannya untuk datang dalam pertemuan bersama teman misterius masa lalu tersebut. Begitu juga dengan beberapa teman SD Budi yang tinggal di kota-kota lain di dekat kota dimana SD tersebut berada. Betapa rasa penasaran mereka benar-benar membuat mereka ingin turut serta. Diketahui bahwa pada saat ini, teman SD Budi rata-rata juga merupakan orang-orang yang sibuk dengan pekerjaan masing-masing seperti dokter, pengusaha, insinyur, teknisi, programmer, tentara sampai pekerjaan-pekerjaan di bidang lainnya. Rasa penasaran mereka akan kasus yang menimpa Budi dan Muchtar akhirnya menjadikan mereka sejenak meninggalkan rutinitas pekerjaannya.
Sampai tiba pada hari pertemuan itu dengan si Fahra, Budi sudah menunggu sejak lebih awal dari jam pertemuan yang telah disepakati. Budi menunggu di cafe tersebut dengan memesan meja untuk dua orang. Satu-persatu teman-teman SD yang berada di chat grup line berkata akan datang menuju ke cafe tersebut hingga akhirnya satu meja yang dipesan oleh Budi terus bertambah menjadi satu meja besar yang dapat menampung sekitar puluhan orang. Kira-kira sekitar satu jam menunggu kedatangan Fahra, akhirnya handphone Budi berdering nada chat masuk dan ternyata si Fahra mengatakan bahwa ia sedang dalam perjalanan menuju ke cafe tersebut dan berkata bahwa sudah dekat. Selang beberapa menit akhirnya Fahra datang. Dandannya terlihat stylish dan tidak menunjukkan bahwa dia merupakan seseorang yang mengalami krisis finansial. Fahra datang dengan menggunakan kendaraan pribadi berupa sepeda motor. Kedatangannya sudah ditunggu oleh puluhan orang anak-anak alumni SDN Plumpangsari V alumni tahun 2000. Budi yang duduk di sebelah Muchtar akhirnya takjub melihat Fahra yang datang menghampirinya. Sosok Fahra yang menjadi perbincangan hangat di grup chat alumni SD Budi akhirnya tampak nyata mendatangi Budi dan teman-teman SD-nya yang sedang bercengkerama. Namun, sebuah hal yang mengharukan akhirnya terjadi.
Fahra yang awalnya diduga sebagai orang asing yang menyamar untuk memeras Budi karena hutang kejahatan masa lalu Budi tersebut ternyata merupakan sosok yang menyamar. Fahra bukanlah Fahra yang melakukan pemerasan terhadap Budi. Fahra sesungguhnya merupakan nama lain dari seorang teman SD Budi juga. Fahra hanya nama samaran dari nama asli yaitu Yunita. Dan Yunita sebenarnya juga dikenal oleh teman-teman SD Budi yang lain. Betapa terkejut dan terperangahnya para alumni SDN Plumpangsari V alumni tahun 2000 yang sedang berkumpul di cafe tersebut saat mereka akhirnya mengetahui bahwa sosok yang selama ini dibahas oleh Budi di dalam chat grup line aslinya adalah Yunita, salah satu teman SD mereka juga. Fahra atau Yunita akhirnya mendatangi teman-teman SD-nya dan berkata, “Assalamu`alaikum teman-teman lama, masih ingat denganku kan? Aku Fahra, ehh.. Yunita maksudku. Dulu biasanya duduk sendirian sih.. Cuma kadang-kadang juga nongkrong bareng Budi dan Muchtar ini. Dan biasanya juga mereka yang sering maen bareng aku..” Orang-orang menanggapinya “Wa`alaikumsalam”. Lalu salah seorang di antara teman SD tersebut menanggapi, “lhoo kamu Yunita, kok kamu ngaku-ngaku Farah. Jadi sebenarnya…” Yunita langsung menanggapi, “iyaa, sebenarnya aku adalah sosok Fahra yang kalian obrolkan di grup SD itu. Aku sengaja belum masuk grup dan menciptakan sosok misterius bersama Budi dan Muchtar. Yaa emang sengaja gitu. Tujuannya yaa ini sebenernya untuk ngumpulin kalian disini.” Budi langsung memperkuat apa yang dikatakan oleh Yunita. “Iya teman-teman, maafkan aku yang awalnya menyebarkan berita penodongan hutang masa lalu yang misterius ini hingga membuat waktu kalian juga tersita untuk memikirkan apa yang kurasakan. Sebenarnya tujuanku membuat kekisruhan yang menimpaku ini yaa untuk mempertemukan kalian semua ini.” Salah satu teman mereka yaitu Andi menanggapi, “Wah broo, sial kau. Pantesan aja anak-anak pada keheranan denger nama yang asing di antara temen-temen kita. Ehh ternyata emang beneran fiktif tuh nama.” Muchtar yang merupakan sahabat kental Budi semasa SD pun menambah apa yang telah dikatakan oleh Budi, “Iyaa guys, sorry sorry soal kebingungannya, aku sama Budi juga Fahra, ehh Yunita maksudnya.. ngelakuin ini semua karena kami yang sedari SD sudah dekat ini merasa ingin mengumpulkan kalian pada pertemuan di dunia nyata yang sesungguhnya setelah sekian lama kita jarang ketemu, apalagi kalian juga punya pekerjaan masing-masing yang mana menyita banyak waktu kalian. Bahkan sampai kemunculan kalian di grup pun bisa jarang banget kan? Nah, aku nyoba bikin beginian dengan maksud memancing kalian buat muncul di grup terus pengen aja gitu kita berinteraksi lagi. Bercanda-canda di sela-sela kesibukan. Biar gak aku sama Budi aja yang terus muncul. Yaa gitu deh akhirnya rencana kami pun berhasil. Yeeyy” Muchtar, Budi dan Farah melakukan tosss tanda rencana mereka berhasil membuat teman-teman SD mereka berinteraksi kembali sampai akhirnya melakukan sebuah pertemuan berhasil.
Teman-teman Budi akhirnya merasa simpati dengan apa yang dilakukan Budi, Muchtar, dan Yunita. Mereka kemudian kembali bercengkerama mengingat masa-masa kecil mereka yang indah dahulu kala. Yang mana untuk sekali pertemuan tersebut harus menunggu waktu yang lama dan merupakan pertemuan langka di kala kesibukan sudah menghinggapi orang-orang yang sudah menapaki kehidupan dewasa. Budi, Muchtar dan Yunita yang masih memiliki jiwa menjalin silaturrahim yang tinggi akhirnya berhasil mempertemukan teman-teman lamanya lewat sebuah kasus yang dirancang oleh mereka.
Setelah kira-kira tiga jam canda tawa teman-teman Budi di cafe tersebut, terdapat seorang wanita yang berdandan dengan pakaian yang agak nyentrik mendatangi Budi. Dia kemudian menyebutkan bahwa dia adalah Fahra, yang menagih hutang uang pembayaran biaya sekolah kepada Budi. Budi yang tidak menyangka akan didatangi oleh Fahra tersebut mendadak terkejut. Dia tidak menyangka bahwa sosok Fahra tersebut benar-benar ada. Dan Fahra secara mengejutkan dapat mengingat dengan detail peristiwa-peristiwa masa SD yang dahulu pernah dilakukan oleh Budi bersama teman-temannya. Sampai pada peristiwa pemalakan yang dilakukan oleh Budi kepadanya di masa lalu, Fahra mengingatnya dengan betul. Budi menjadi terpojok dan akhirnya kembali mengecek hapenya untuk melihat chat yang masuk ke line-nya. Ternyata memang benar terdapat nama Fahra, dan Fahra yang satu ini bukan Yunita yang awalnya bersandiwara untuk membuat kasus palsu untuk mempersatukan teman-teman SD-nya.
Selesai
Cerpen Karangan: Aldino Kamaruddin Santoso
Budi merupakan seorang karyawan swasta. Suatu saat dia mendapatkan pesan misterius dari seseorang yang mengaku teman SD-nya. Orang itu mengaku bernama Fahra, seorang gadis yang tiba-tiba menghubungi Budi. Fahra menghubungi Budi untuk sebuah keperluan. Dia mengaku kalau saat ini sedang mengalami krisis finansial dan meminta Budi untuk mengembalikan sejumlah uang beberapa ratus ribu yang dahulu pernah dipinjam oleh Budi semasa SD. Budi yang merasa kaget dengan hal tersebut langsung menyangkal bahwa dia tidak pernah meminjam uang kepada Fahra sampai beratus-ratus ribu. Apalagi pada saat SD uang sakunya tidak seberapa dan tidak sampai beratus-ratus ribu. Fahra kemudian menambahkan bahwa ia ingat dulu semasa SD Budi adalah siswa yang nakal. Budi merupakan siswa SD yang tidak bertanggung jawab dengan uang sekolah yang diberikan orangtuanya untuk membayar sekolah. Dia menggunakan uang biaya sekolah bulanan tersebut untuk keperluan lain seperti membeli mainan dan bermain game. Dia berbohong kepada orangtuanya dengan mengatakan bahwa uang tersebut hilang ataupun telah dirampas oleh preman di dekat sekolahnya yang gemar melakukan tindakan pemalakan. Sampai ketika ia tidak bisa berbohong lagi kepada orangtuanya, Budi yang kelakuan nakalnya sudah sangat parah tersebut meminta dengan paksa uang sekolah dari teman-temannya dan menghasut teman-temannya supaya berkata pada orangtuanya bahwa uang tersebut hilang juga sehingga orangtuanya mengganti uang pembayaran sekolah dengan yang baru. Pada awalnya teman-teman Budi menolak apa yang dihasutkan Budi tersebut, namun Budi dengan kemampuan mempengaruhi yang sudah cukup cakap pada masa kecilnya tersebut memberikan ancaman akan membuat hidup teman-temannya di sekolah tidak tenang dan akan terus mengganggu ketika di sekolah. Budi yang pandai dalam menghasut juga menawarkan bagian dari uang tersebut untuk teman-temannya yang menyerahkan uang pembayaran sekolah tersebut supaya bisa dinikmati secara pribadi juga. Dengan siasat tersebut akhirnya Budi memperoleh uang dan tetap bisa melakukan kegiatan nakalnya dalam bermain game.
Perbuatan tersebut juga tidak luput mengenai Fahra ketika masih SD. Fahra yang pada saat itu masih polos juga merasa ketakutan dengan ancaman Budi dan akhirnya dia menuruti apa yang direncanakan oleh Budi. Fahra yang merupakan anak dari orangtua yang kaya juga merasa santai dengan menyerahkan uang pembayaran biaya sekolah tersebut karena menganggap orangtuanya akan cepat mengganti uang tersebut dengan mudah tanpa banyak bertanya yang aneh-aneh.
Kejadian di masa kecil tersebut menjadi sebuah pengingat bagi Budi di masa dewasanya sekarang yang hidup sebagai karyawan swasta yang tiba-tiba dikejutkan dengan pesan chat dari Fahra yang menagih hutang di masa kecilnya berupa uang beberapa ratus ribu. Fahra mengaku sedang mengalami krisis keuangan hingga dia harus menjual beberapa barang pribadinya dan akhirnya dia juga menagih beberapa hutang dari teman-temannya yang pernah berhutang kepadanya. Hingga Fahra menagih hutang semasa dia kecil kepada Budi. Fahra juga mengingatkan betapa hutang akan dikenai pertanggungjawaban di akhirat nanti yang akhirnya menyebabkan Budi menjadi setengah takut dan akhirnya mengiyakan untuk memberikan uangnya kepada Fahra.
Setelah mengiyakan permintaan melunasi hutang tersebut, akhirnya chat dengan Fahra dihentikan sementara oleh Budi. Dia mengingat-ingat kembali apakah ada teman SD-nya yang bernama Fahra. Dia merasa asing untuk mengenali seseorang yang bernama Fahra di antara teman SD-nya. “Siapa yaa Fahra itu? Apa di antara teman-teman SD-ku ada teman yang bernama Fahra?” Budi bergumam dalam hati. Lalu ia kembali mengecek hapenya untuk melihat di grup chat linenya dia.
Dia sampai pada grup line SD-nya dan langsung menanyakan apakah di antara teman-temannya tersebut mengenal yang bernama Fahra. Setelah menunggu selama beberapa menit ternyata chatnya disambut dengan beberapa chat yang masuk ke dalam grup tersebut. Teman-teman yang menanggapi chat grup Budi tersebut rata-rata menyatakan bahwa mereka tidak mengenal yang bernama Fahra di antara teman SD. Ada yang bilang bahwa mungkin Fahra hanya seseorang yang mengada-ada menjadi teman SD Budi dan mencoba menipu Budi dengan menjelaskan bahwa Budi mempunyai hutang di masa lalu meskipun kenyataannya memang Budi merupakan anak yang sangat bandel dan nakal pada masa kecilnya. Budi kemudian menanggapi dengan mengatakan bahwa si Fahra ini mengetahui dengan detail perihal masa kecil Budi yang sangat nakal sampai-sampai menggunakan uang jatah pembayaran sekolah untuk keperluan yang lain dan sampai mempergunakan uang sekolah dari teman-teman SD-nya.
Akhirnya terdapat satu orang yang muncul menanggapi Budi dan merasa sepaham dengan kejadian yang dialami Budi barusan. Dia adalah Muchtar. Muchtar mengatakan bahwa apa yang menimpa Budi barusan juga dialaminya, yakni ditagih hutang pada masa kecil karena pada saat itu Muchtar merupakan teman se-genk Budi yang juga sama nakalnya dengan Budi dan melakukan tindakan pengambilan uang pembayaran sekolah juga kepada teman-teman SD-nya. Muchtar juga mengaku barusan dikirimi oleh pesan chat dari Fahra yang isinya sama persis dengan apa yang dialami Budi. Pesan chat yang hampir sama yang dialami oleh Budi dan Muchtar tersebut akhirnya mengundang kemunculan dari penghuni grup line SD tersebut. Mereka menjadi mempertanyakan identitas Fahra yang sebenarnya karena dia mengetahui masa lalu Budi dan Muchtar namun sosok tersebut benar-benar asing di mata teman-teman SD Budi. Ada yang beranggapan bahwa Fahra mungkin kakak angkatan yang bisa saja se-SD dan mengetahui cerita-cerita tersebut dari bapak ibu guru. Atau mungkin Fahra bukan siapa-siapa yang mencoba melakukan tindak kejahatan dengan melakukan pemerasan kepada orang lain dengan memanfaatkan kejahatan di masa lalu. Spekulasi-spekulasi tersebut akhirnya mengundang ide-ide penyelesaian masalah dari berbagai pihak.
Akhirnya solusi yang ditawarkan adalah Budi dapat menyerahkan uang permintaan dari Fahra asalkan cara penyerahannya adalah secara langsung dan tidak melalui transfer karena pada mulanya Fahra menyarankan sistem transfer yang pada saat ini dianggap lebih praktis dan cepat. Namun Budi menegosiasikan cara pengiriman uangnya dengan bertemu secara langsung di sebuah tempat. Pada mulanya Fahra menolak dengan mengatakan bahwa dia sekarang tidak tinggal dalam satu kota dengan Budi. Budi kemudian mengatakan kepada Fahra bahwa tidak menjadi masalah tentang kota bila Fahra benar-benar menginginkan uang yang dapat membantu krisis finansialnya. Akhirnya Fahra mengiyakan rencana pertemuan tersebut yakni bertemu di sebuah cafe yang terletak di dekat SD yang merupakan sekolah mereka dulu.
Rencana pertemuan dengan Fahra tersebut dibahas oleh Budi di grup line SD-nya dan kembali mendapat tanggapan dari teman-teman SD-nya. Banyak yang merasa penasaran dengan sosok Fahra yang mengaku-ngaku merupakan teman SD mereka. Karena banyak yang merasa penasaran maka banyak pula yang ingin ikut dalam acara pertemuan dengan Fahra tersebut. Sehingga hampir semua penduduk grup tersebut muncul dan kira-kira 70% dari isi grup tersebut menyatakan akan hadir karena jadwal pertemuan dengan Fahra tersebut bertepatan juga dengan periode libur panjang atau long weekend. Teman-teman SD Budi yang masih tinggal dalam satu kota kebanyakan menyatakan kesediaannya untuk datang dalam pertemuan bersama teman misterius masa lalu tersebut. Begitu juga dengan beberapa teman SD Budi yang tinggal di kota-kota lain di dekat kota dimana SD tersebut berada. Betapa rasa penasaran mereka benar-benar membuat mereka ingin turut serta. Diketahui bahwa pada saat ini, teman SD Budi rata-rata juga merupakan orang-orang yang sibuk dengan pekerjaan masing-masing seperti dokter, pengusaha, insinyur, teknisi, programmer, tentara sampai pekerjaan-pekerjaan di bidang lainnya. Rasa penasaran mereka akan kasus yang menimpa Budi dan Muchtar akhirnya menjadikan mereka sejenak meninggalkan rutinitas pekerjaannya.
Sampai tiba pada hari pertemuan itu dengan si Fahra, Budi sudah menunggu sejak lebih awal dari jam pertemuan yang telah disepakati. Budi menunggu di cafe tersebut dengan memesan meja untuk dua orang. Satu-persatu teman-teman SD yang berada di chat grup line berkata akan datang menuju ke cafe tersebut hingga akhirnya satu meja yang dipesan oleh Budi terus bertambah menjadi satu meja besar yang dapat menampung sekitar puluhan orang. Kira-kira sekitar satu jam menunggu kedatangan Fahra, akhirnya handphone Budi berdering nada chat masuk dan ternyata si Fahra mengatakan bahwa ia sedang dalam perjalanan menuju ke cafe tersebut dan berkata bahwa sudah dekat. Selang beberapa menit akhirnya Fahra datang. Dandannya terlihat stylish dan tidak menunjukkan bahwa dia merupakan seseorang yang mengalami krisis finansial. Fahra datang dengan menggunakan kendaraan pribadi berupa sepeda motor. Kedatangannya sudah ditunggu oleh puluhan orang anak-anak alumni SDN Plumpangsari V alumni tahun 2000. Budi yang duduk di sebelah Muchtar akhirnya takjub melihat Fahra yang datang menghampirinya. Sosok Fahra yang menjadi perbincangan hangat di grup chat alumni SD Budi akhirnya tampak nyata mendatangi Budi dan teman-teman SD-nya yang sedang bercengkerama. Namun, sebuah hal yang mengharukan akhirnya terjadi.
Fahra yang awalnya diduga sebagai orang asing yang menyamar untuk memeras Budi karena hutang kejahatan masa lalu Budi tersebut ternyata merupakan sosok yang menyamar. Fahra bukanlah Fahra yang melakukan pemerasan terhadap Budi. Fahra sesungguhnya merupakan nama lain dari seorang teman SD Budi juga. Fahra hanya nama samaran dari nama asli yaitu Yunita. Dan Yunita sebenarnya juga dikenal oleh teman-teman SD Budi yang lain. Betapa terkejut dan terperangahnya para alumni SDN Plumpangsari V alumni tahun 2000 yang sedang berkumpul di cafe tersebut saat mereka akhirnya mengetahui bahwa sosok yang selama ini dibahas oleh Budi di dalam chat grup line aslinya adalah Yunita, salah satu teman SD mereka juga. Fahra atau Yunita akhirnya mendatangi teman-teman SD-nya dan berkata, “Assalamu`alaikum teman-teman lama, masih ingat denganku kan? Aku Fahra, ehh.. Yunita maksudku. Dulu biasanya duduk sendirian sih.. Cuma kadang-kadang juga nongkrong bareng Budi dan Muchtar ini. Dan biasanya juga mereka yang sering maen bareng aku..” Orang-orang menanggapinya “Wa`alaikumsalam”. Lalu salah seorang di antara teman SD tersebut menanggapi, “lhoo kamu Yunita, kok kamu ngaku-ngaku Farah. Jadi sebenarnya…” Yunita langsung menanggapi, “iyaa, sebenarnya aku adalah sosok Fahra yang kalian obrolkan di grup SD itu. Aku sengaja belum masuk grup dan menciptakan sosok misterius bersama Budi dan Muchtar. Yaa emang sengaja gitu. Tujuannya yaa ini sebenernya untuk ngumpulin kalian disini.” Budi langsung memperkuat apa yang dikatakan oleh Yunita. “Iya teman-teman, maafkan aku yang awalnya menyebarkan berita penodongan hutang masa lalu yang misterius ini hingga membuat waktu kalian juga tersita untuk memikirkan apa yang kurasakan. Sebenarnya tujuanku membuat kekisruhan yang menimpaku ini yaa untuk mempertemukan kalian semua ini.” Salah satu teman mereka yaitu Andi menanggapi, “Wah broo, sial kau. Pantesan aja anak-anak pada keheranan denger nama yang asing di antara temen-temen kita. Ehh ternyata emang beneran fiktif tuh nama.” Muchtar yang merupakan sahabat kental Budi semasa SD pun menambah apa yang telah dikatakan oleh Budi, “Iyaa guys, sorry sorry soal kebingungannya, aku sama Budi juga Fahra, ehh Yunita maksudnya.. ngelakuin ini semua karena kami yang sedari SD sudah dekat ini merasa ingin mengumpulkan kalian pada pertemuan di dunia nyata yang sesungguhnya setelah sekian lama kita jarang ketemu, apalagi kalian juga punya pekerjaan masing-masing yang mana menyita banyak waktu kalian. Bahkan sampai kemunculan kalian di grup pun bisa jarang banget kan? Nah, aku nyoba bikin beginian dengan maksud memancing kalian buat muncul di grup terus pengen aja gitu kita berinteraksi lagi. Bercanda-canda di sela-sela kesibukan. Biar gak aku sama Budi aja yang terus muncul. Yaa gitu deh akhirnya rencana kami pun berhasil. Yeeyy” Muchtar, Budi dan Farah melakukan tosss tanda rencana mereka berhasil membuat teman-teman SD mereka berinteraksi kembali sampai akhirnya melakukan sebuah pertemuan berhasil.
Teman-teman Budi akhirnya merasa simpati dengan apa yang dilakukan Budi, Muchtar, dan Yunita. Mereka kemudian kembali bercengkerama mengingat masa-masa kecil mereka yang indah dahulu kala. Yang mana untuk sekali pertemuan tersebut harus menunggu waktu yang lama dan merupakan pertemuan langka di kala kesibukan sudah menghinggapi orang-orang yang sudah menapaki kehidupan dewasa. Budi, Muchtar dan Yunita yang masih memiliki jiwa menjalin silaturrahim yang tinggi akhirnya berhasil mempertemukan teman-teman lamanya lewat sebuah kasus yang dirancang oleh mereka.
Setelah kira-kira tiga jam canda tawa teman-teman Budi di cafe tersebut, terdapat seorang wanita yang berdandan dengan pakaian yang agak nyentrik mendatangi Budi. Dia kemudian menyebutkan bahwa dia adalah Fahra, yang menagih hutang uang pembayaran biaya sekolah kepada Budi. Budi yang tidak menyangka akan didatangi oleh Fahra tersebut mendadak terkejut. Dia tidak menyangka bahwa sosok Fahra tersebut benar-benar ada. Dan Fahra secara mengejutkan dapat mengingat dengan detail peristiwa-peristiwa masa SD yang dahulu pernah dilakukan oleh Budi bersama teman-temannya. Sampai pada peristiwa pemalakan yang dilakukan oleh Budi kepadanya di masa lalu, Fahra mengingatnya dengan betul. Budi menjadi terpojok dan akhirnya kembali mengecek hapenya untuk melihat chat yang masuk ke line-nya. Ternyata memang benar terdapat nama Fahra, dan Fahra yang satu ini bukan Yunita yang awalnya bersandiwara untuk membuat kasus palsu untuk mempersatukan teman-teman SD-nya.
Selesai
Karya : Aldino Kamaruddin Santoso
Budi yang merasa kaget dengan hal tersebut langsung menyangkal bahwa dia tidak pernah meminjam uang kepada Fahra sampai beratus-ratus ribu. Apalagi pada saat SD uang sakunya tidak seberapa dan tidak sampai beratus-ratus ribu. Fahra kemudian menambahkan bahwa ia ingat dulu semasa SD Budi adalah siswa yang nakal. Budi merupakan siswa SD yang tidak bertanggung jawab dengan uang sekolah yang diberikan orangtuanya untuk membayar sekolah. Dia menggunakan uang biaya sekolah bulanan tersebut untuk keperluan lain seperti membeli mainan dan bermain game.
Dia berbohong kepada orangtuanya dengan mengatakan bahwa uang tersebut hilang ataupun telah dirampas oleh preman di dekat sekolahnya yang gemar melakukan tindakan pemalakan. Sampai ketika ia tidak bisa berbohong lagi kepada orangtuanya, Budi yang kelakuan nakalnya sudah sangat parah tersebut meminta dengan paksa uang sekolah dari teman-temannya dan menghasut teman-temannya supaya berkata pada orangtuanya bahwa uang tersebut hilang juga sehingga orangtuanya mengganti uang pembayaran sekolah dengan yang baru.
Pada awalnya teman-teman Budi menolak apa yang dihasutkan Budi tersebut, namun Budi dengan kemampuan mempengaruhi yang sudah cukup cakap pada masa kecilnya tersebut memberikan ancaman akan membuat hidup teman-temannya di sekolah tidak tenang dan akan terus mengganggu ketika di sekolah. Budi yang pandai dalam menghasut juga menawarkan bagian dari uang tersebut untuk teman-temannya yang menyerahkan uang pembayaran sekolah tersebut supaya bisa dinikmati secara pribadi juga. Dengan siasat tersebut akhirnya Budi memperoleh uang dan tetap bisa melakukan kegiatan nakalnya dalam bermain game.
Perbuatan tersebut juga tidak luput mengenai Fahra ketika masih SD. Fahra yang pada saat itu masih polos juga merasa ketakutan dengan ancaman Budi dan akhirnya dia menuruti apa yang direncanakan oleh Budi. Fahra yang merupakan anak dari orangtua yang kaya juga merasa santai dengan menyerahkan uang pembayaran biaya sekolah tersebut karena menganggap orangtuanya akan cepat mengganti uang tersebut dengan mudah tanpa banyak bertanya yang aneh-aneh.
Kejadian di masa kecil tersebut menjadi sebuah pengingat bagi Budi di masa dewasanya sekarang yang hidup sebagai karyawan swasta yang tiba-tiba dikejutkan dengan pesan chat dari Fahra yang menagih hutang di masa kecilnya berupa uang beberapa ratus ribu. Fahra mengaku sedang mengalami krisis keuangan hingga dia harus menjual beberapa barang pribadinya dan akhirnya dia juga menagih beberapa hutang dari teman-temannya yang pernah berhutang kepadanya. Hingga Fahra menagih hutang semasa dia kecil kepada Budi. Fahra juga mengingatkan betapa hutang akan dikenai pertanggungjawaban di akhirat nanti yang akhirnya menyebabkan Budi menjadi setengah takut dan akhirnya mengiyakan untuk memberikan uangnya kepada Fahra.
Setelah mengiyakan permintaan melunasi hutang tersebut, akhirnya chat dengan Fahra dihentikan sementara oleh Budi. Dia mengingat-ingat kembali apakah ada teman SD-nya yang bernama Fahra. Dia merasa asing untuk mengenali seseorang yang bernama Fahra di antara teman SD-nya. “Siapa yaa Fahra itu? Apa di antara teman-teman SD-ku ada teman yang bernama Fahra?” Budi bergumam dalam hati. Lalu ia kembali mengecek hapenya untuk melihat di grup chat linenya dia.
Dia sampai pada grup line SD-nya dan langsung menanyakan apakah di antara teman-temannya tersebut mengenal yang bernama Fahra. Setelah menunggu selama beberapa menit ternyata chatnya disambut dengan beberapa chat yang masuk ke dalam grup tersebut. Teman-teman yang menanggapi chat grup Budi tersebut rata-rata menyatakan bahwa mereka tidak mengenal yang bernama Fahra di antara teman SD. Ada yang bilang bahwa mungkin Fahra hanya seseorang yang mengada-ada menjadi teman SD Budi dan mencoba menipu Budi dengan menjelaskan bahwa Budi mempunyai hutang di masa lalu meskipun kenyataannya memang Budi merupakan anak yang sangat bandel dan nakal pada masa kecilnya. Budi kemudian menanggapi dengan mengatakan bahwa si Fahra ini mengetahui dengan detail perihal masa kecil Budi yang sangat nakal sampai-sampai menggunakan uang jatah pembayaran sekolah untuk keperluan yang lain dan sampai mempergunakan uang sekolah dari teman-teman SD-nya.
Akhirnya terdapat satu orang yang muncul menanggapi Budi dan merasa sepaham dengan kejadian yang dialami Budi barusan. Dia adalah Muchtar. Muchtar mengatakan bahwa apa yang menimpa Budi barusan juga dialaminya, yakni ditagih hutang pada masa kecil karena pada saat itu Muchtar merupakan teman se-genk Budi yang juga sama nakalnya dengan Budi dan melakukan tindakan pengambilan uang pembayaran sekolah juga kepada teman-teman SD-nya. Muchtar juga mengaku barusan dikirimi oleh pesan chat dari Fahra yang isinya sama persis dengan apa yang dialami Budi. Pesan chat yang hampir sama yang dialami oleh Budi dan Muchtar tersebut akhirnya mengundang kemunculan dari penghuni grup line SD tersebut. Mereka menjadi mempertanyakan identitas Fahra yang sebenarnya karena dia mengetahui masa lalu Budi dan Muchtar namun sosok tersebut benar-benar asing di mata teman-teman SD Budi. Ada yang beranggapan bahwa Fahra mungkin kakak angkatan yang bisa saja se-SD dan mengetahui cerita-cerita tersebut dari bapak ibu guru. Atau mungkin Fahra bukan siapa-siapa yang mencoba melakukan tindak kejahatan dengan melakukan pemerasan kepada orang lain dengan memanfaatkan kejahatan di masa lalu. Spekulasi-spekulasi tersebut akhirnya mengundang ide-ide penyelesaian masalah dari berbagai pihak.
Akhirnya solusi yang ditawarkan adalah Budi dapat menyerahkan uang permintaan dari Fahra asalkan cara penyerahannya adalah secara langsung dan tidak melalui transfer karena pada mulanya Fahra menyarankan sistem transfer yang pada saat ini dianggap lebih praktis dan cepat. Namun Budi menegosiasikan cara pengiriman uangnya dengan bertemu secara langsung di sebuah tempat. Pada mulanya Fahra menolak dengan mengatakan bahwa dia sekarang tidak tinggal dalam satu kota dengan Budi. Budi kemudian mengatakan kepada Fahra bahwa tidak menjadi masalah tentang kota bila Fahra benar-benar menginginkan uang yang dapat membantu krisis finansialnya. Akhirnya Fahra mengiyakan rencana pertemuan tersebut yakni bertemu di sebuah cafe yang terletak di dekat SD yang merupakan sekolah mereka dulu.
Rencana pertemuan dengan Fahra tersebut dibahas oleh Budi di grup line SD-nya dan kembali mendapat tanggapan dari teman-teman SD-nya. Banyak yang merasa penasaran dengan sosok Fahra yang mengaku-ngaku merupakan teman SD mereka. Karena banyak yang merasa penasaran maka banyak pula yang ingin ikut dalam acara pertemuan dengan Fahra tersebut. Sehingga hampir semua penduduk grup tersebut muncul dan kira-kira 70% dari isi grup tersebut menyatakan akan hadir karena jadwal pertemuan dengan Fahra tersebut bertepatan juga dengan periode libur panjang atau long weekend. Teman-teman SD Budi yang masih tinggal dalam satu kota kebanyakan menyatakan kesediaannya untuk datang dalam pertemuan bersama teman misterius masa lalu tersebut. Begitu juga dengan beberapa teman SD Budi yang tinggal di kota-kota lain di dekat kota dimana SD tersebut berada. Betapa rasa penasaran mereka benar-benar membuat mereka ingin turut serta. Diketahui bahwa pada saat ini, teman SD Budi rata-rata juga merupakan orang-orang yang sibuk dengan pekerjaan masing-masing seperti dokter, pengusaha, insinyur, teknisi, programmer, tentara sampai pekerjaan-pekerjaan di bidang lainnya. Rasa penasaran mereka akan kasus yang menimpa Budi dan Muchtar akhirnya menjadikan mereka sejenak meninggalkan rutinitas pekerjaannya.
Sampai tiba pada hari pertemuan itu dengan si Fahra, Budi sudah menunggu sejak lebih awal dari jam pertemuan yang telah disepakati. Budi menunggu di cafe tersebut dengan memesan meja untuk dua orang. Satu-persatu teman-teman SD yang berada di chat grup line berkata akan datang menuju ke cafe tersebut hingga akhirnya satu meja yang dipesan oleh Budi terus bertambah menjadi satu meja besar yang dapat menampung sekitar puluhan orang. Kira-kira sekitar satu jam menunggu kedatangan Fahra, akhirnya handphone Budi berdering nada chat masuk dan ternyata si Fahra mengatakan bahwa ia sedang dalam perjalanan menuju ke cafe tersebut dan berkata bahwa sudah dekat. Selang beberapa menit akhirnya Fahra datang. Dandannya terlihat stylish dan tidak menunjukkan bahwa dia merupakan seseorang yang mengalami krisis finansial. Fahra datang dengan menggunakan kendaraan pribadi berupa sepeda motor. Kedatangannya sudah ditunggu oleh puluhan orang anak-anak alumni SDN Plumpangsari V alumni tahun 2000. Budi yang duduk di sebelah Muchtar akhirnya takjub melihat Fahra yang datang menghampirinya. Sosok Fahra yang menjadi perbincangan hangat di grup chat alumni SD Budi akhirnya tampak nyata mendatangi Budi dan teman-teman SD-nya yang sedang bercengkerama. Namun, sebuah hal yang mengharukan akhirnya terjadi.
Fahra yang awalnya diduga sebagai orang asing yang menyamar untuk memeras Budi karena hutang kejahatan masa lalu Budi tersebut ternyata merupakan sosok yang menyamar. Fahra bukanlah Fahra yang melakukan pemerasan terhadap Budi. Fahra sesungguhnya merupakan nama lain dari seorang teman SD Budi juga. Fahra hanya nama samaran dari nama asli yaitu Yunita. Dan Yunita sebenarnya juga dikenal oleh teman-teman SD Budi yang lain. Betapa terkejut dan terperangahnya para alumni SDN Plumpangsari V alumni tahun 2000 yang sedang berkumpul di cafe tersebut saat mereka akhirnya mengetahui bahwa sosok yang selama ini dibahas oleh Budi di dalam chat grup line aslinya adalah Yunita, salah satu teman SD mereka juga. Fahra atau Yunita akhirnya mendatangi teman-teman SD-nya dan berkata, “Assalamu`alaikum teman-teman lama, masih ingat denganku kan? Aku Fahra, ehh.. Yunita maksudku. Dulu biasanya duduk sendirian sih.. Cuma kadang-kadang juga nongkrong bareng Budi dan Muchtar ini. Dan biasanya juga mereka yang sering maen bareng aku..” Orang-orang menanggapinya “Wa`alaikumsalam”. Lalu salah seorang di antara teman SD tersebut menanggapi, “lhoo kamu Yunita, kok kamu ngaku-ngaku Farah. Jadi sebenarnya…” Yunita langsung menanggapi, “iyaa, sebenarnya aku adalah sosok Fahra yang kalian obrolkan di grup SD itu. Aku sengaja belum masuk grup dan menciptakan sosok misterius bersama Budi dan Muchtar. Yaa emang sengaja gitu. Tujuannya yaa ini sebenernya untuk ngumpulin kalian disini.” Budi langsung memperkuat apa yang dikatakan oleh Yunita. “Iya teman-teman, maafkan aku yang awalnya menyebarkan berita penodongan hutang masa lalu yang misterius ini hingga membuat waktu kalian juga tersita untuk memikirkan apa yang kurasakan. Sebenarnya tujuanku membuat kekisruhan yang menimpaku ini yaa untuk mempertemukan kalian semua ini.” Salah satu teman mereka yaitu Andi menanggapi, “Wah broo, sial kau. Pantesan aja anak-anak pada keheranan denger nama yang asing di antara temen-temen kita. Ehh ternyata emang beneran fiktif tuh nama.” Muchtar yang merupakan sahabat kental Budi semasa SD pun menambah apa yang telah dikatakan oleh Budi, “Iyaa guys, sorry sorry soal kebingungannya, aku sama Budi juga Fahra, ehh Yunita maksudnya.. ngelakuin ini semua karena kami yang sedari SD sudah dekat ini merasa ingin mengumpulkan kalian pada pertemuan di dunia nyata yang sesungguhnya setelah sekian lama kita jarang ketemu, apalagi kalian juga punya pekerjaan masing-masing yang mana menyita banyak waktu kalian. Bahkan sampai kemunculan kalian di grup pun bisa jarang banget kan? Nah, aku nyoba bikin beginian dengan maksud memancing kalian buat muncul di grup terus pengen aja gitu kita berinteraksi lagi. Bercanda-canda di sela-sela kesibukan. Biar gak aku sama Budi aja yang terus muncul. Yaa gitu deh akhirnya rencana kami pun berhasil. Yeeyy” Muchtar, Budi dan Farah melakukan tosss tanda rencana mereka berhasil membuat teman-teman SD mereka berinteraksi kembali sampai akhirnya melakukan sebuah pertemuan berhasil.
Teman-teman Budi akhirnya merasa simpati dengan apa yang dilakukan Budi, Muchtar, dan Yunita. Mereka kemudian kembali bercengkerama mengingat masa-masa kecil mereka yang indah dahulu kala. Yang mana untuk sekali pertemuan tersebut harus menunggu waktu yang lama dan merupakan pertemuan langka di kala kesibukan sudah menghinggapi orang-orang yang sudah menapaki kehidupan dewasa. Budi, Muchtar dan Yunita yang masih memiliki jiwa menjalin silaturrahim yang tinggi akhirnya berhasil mempertemukan teman-teman lamanya lewat sebuah kasus yang dirancang oleh mereka.
Setelah kira-kira tiga jam canda tawa teman-teman Budi di cafe tersebut, terdapat seorang wanita yang berdandan dengan pakaian yang agak nyentrik mendatangi Budi. Dia kemudian menyebutkan bahwa dia adalah Fahra, yang menagih hutang uang pembayaran biaya sekolah kepada Budi. Budi yang tidak menyangka akan didatangi oleh Fahra tersebut mendadak terkejut. Dia tidak menyangka bahwa sosok Fahra tersebut benar-benar ada. Dan Fahra secara mengejutkan dapat mengingat dengan detail peristiwa-peristiwa masa SD yang dahulu pernah dilakukan oleh Budi bersama teman-temannya. Sampai pada peristiwa pemalakan yang dilakukan oleh Budi kepadanya di masa lalu, Fahra mengingatnya dengan betul. Budi menjadi terpojok dan akhirnya kembali mengecek hapenya untuk melihat chat yang masuk ke line-nya. Ternyata memang benar terdapat nama Fahra, dan Fahra yang satu ini bukan Yunita yang awalnya bersandiwara untuk membuat kasus palsu untuk mempersatukan teman-teman SD-nya.
Selesai
Cerpen Karangan: Aldino Kamaruddin Santoso
Budi merupakan seorang karyawan swasta. Suatu saat dia mendapatkan pesan misterius dari seseorang yang mengaku teman SD-nya. Orang itu mengaku bernama Fahra, seorang gadis yang tiba-tiba menghubungi Budi. Fahra menghubungi Budi untuk sebuah keperluan. Dia mengaku kalau saat ini sedang mengalami krisis finansial dan meminta Budi untuk mengembalikan sejumlah uang beberapa ratus ribu yang dahulu pernah dipinjam oleh Budi semasa SD. Budi yang merasa kaget dengan hal tersebut langsung menyangkal bahwa dia tidak pernah meminjam uang kepada Fahra sampai beratus-ratus ribu. Apalagi pada saat SD uang sakunya tidak seberapa dan tidak sampai beratus-ratus ribu. Fahra kemudian menambahkan bahwa ia ingat dulu semasa SD Budi adalah siswa yang nakal. Budi merupakan siswa SD yang tidak bertanggung jawab dengan uang sekolah yang diberikan orangtuanya untuk membayar sekolah. Dia menggunakan uang biaya sekolah bulanan tersebut untuk keperluan lain seperti membeli mainan dan bermain game. Dia berbohong kepada orangtuanya dengan mengatakan bahwa uang tersebut hilang ataupun telah dirampas oleh preman di dekat sekolahnya yang gemar melakukan tindakan pemalakan. Sampai ketika ia tidak bisa berbohong lagi kepada orangtuanya, Budi yang kelakuan nakalnya sudah sangat parah tersebut meminta dengan paksa uang sekolah dari teman-temannya dan menghasut teman-temannya supaya berkata pada orangtuanya bahwa uang tersebut hilang juga sehingga orangtuanya mengganti uang pembayaran sekolah dengan yang baru. Pada awalnya teman-teman Budi menolak apa yang dihasutkan Budi tersebut, namun Budi dengan kemampuan mempengaruhi yang sudah cukup cakap pada masa kecilnya tersebut memberikan ancaman akan membuat hidup teman-temannya di sekolah tidak tenang dan akan terus mengganggu ketika di sekolah. Budi yang pandai dalam menghasut juga menawarkan bagian dari uang tersebut untuk teman-temannya yang menyerahkan uang pembayaran sekolah tersebut supaya bisa dinikmati secara pribadi juga. Dengan siasat tersebut akhirnya Budi memperoleh uang dan tetap bisa melakukan kegiatan nakalnya dalam bermain game.
Perbuatan tersebut juga tidak luput mengenai Fahra ketika masih SD. Fahra yang pada saat itu masih polos juga merasa ketakutan dengan ancaman Budi dan akhirnya dia menuruti apa yang direncanakan oleh Budi. Fahra yang merupakan anak dari orangtua yang kaya juga merasa santai dengan menyerahkan uang pembayaran biaya sekolah tersebut karena menganggap orangtuanya akan cepat mengganti uang tersebut dengan mudah tanpa banyak bertanya yang aneh-aneh.
Kejadian di masa kecil tersebut menjadi sebuah pengingat bagi Budi di masa dewasanya sekarang yang hidup sebagai karyawan swasta yang tiba-tiba dikejutkan dengan pesan chat dari Fahra yang menagih hutang di masa kecilnya berupa uang beberapa ratus ribu. Fahra mengaku sedang mengalami krisis keuangan hingga dia harus menjual beberapa barang pribadinya dan akhirnya dia juga menagih beberapa hutang dari teman-temannya yang pernah berhutang kepadanya. Hingga Fahra menagih hutang semasa dia kecil kepada Budi. Fahra juga mengingatkan betapa hutang akan dikenai pertanggungjawaban di akhirat nanti yang akhirnya menyebabkan Budi menjadi setengah takut dan akhirnya mengiyakan untuk memberikan uangnya kepada Fahra.
Setelah mengiyakan permintaan melunasi hutang tersebut, akhirnya chat dengan Fahra dihentikan sementara oleh Budi. Dia mengingat-ingat kembali apakah ada teman SD-nya yang bernama Fahra. Dia merasa asing untuk mengenali seseorang yang bernama Fahra di antara teman SD-nya. “Siapa yaa Fahra itu? Apa di antara teman-teman SD-ku ada teman yang bernama Fahra?” Budi bergumam dalam hati. Lalu ia kembali mengecek hapenya untuk melihat di grup chat linenya dia.
Dia sampai pada grup line SD-nya dan langsung menanyakan apakah di antara teman-temannya tersebut mengenal yang bernama Fahra. Setelah menunggu selama beberapa menit ternyata chatnya disambut dengan beberapa chat yang masuk ke dalam grup tersebut. Teman-teman yang menanggapi chat grup Budi tersebut rata-rata menyatakan bahwa mereka tidak mengenal yang bernama Fahra di antara teman SD. Ada yang bilang bahwa mungkin Fahra hanya seseorang yang mengada-ada menjadi teman SD Budi dan mencoba menipu Budi dengan menjelaskan bahwa Budi mempunyai hutang di masa lalu meskipun kenyataannya memang Budi merupakan anak yang sangat bandel dan nakal pada masa kecilnya. Budi kemudian menanggapi dengan mengatakan bahwa si Fahra ini mengetahui dengan detail perihal masa kecil Budi yang sangat nakal sampai-sampai menggunakan uang jatah pembayaran sekolah untuk keperluan yang lain dan sampai mempergunakan uang sekolah dari teman-teman SD-nya.
Akhirnya terdapat satu orang yang muncul menanggapi Budi dan merasa sepaham dengan kejadian yang dialami Budi barusan. Dia adalah Muchtar. Muchtar mengatakan bahwa apa yang menimpa Budi barusan juga dialaminya, yakni ditagih hutang pada masa kecil karena pada saat itu Muchtar merupakan teman se-genk Budi yang juga sama nakalnya dengan Budi dan melakukan tindakan pengambilan uang pembayaran sekolah juga kepada teman-teman SD-nya. Muchtar juga mengaku barusan dikirimi oleh pesan chat dari Fahra yang isinya sama persis dengan apa yang dialami Budi. Pesan chat yang hampir sama yang dialami oleh Budi dan Muchtar tersebut akhirnya mengundang kemunculan dari penghuni grup line SD tersebut. Mereka menjadi mempertanyakan identitas Fahra yang sebenarnya karena dia mengetahui masa lalu Budi dan Muchtar namun sosok tersebut benar-benar asing di mata teman-teman SD Budi. Ada yang beranggapan bahwa Fahra mungkin kakak angkatan yang bisa saja se-SD dan mengetahui cerita-cerita tersebut dari bapak ibu guru. Atau mungkin Fahra bukan siapa-siapa yang mencoba melakukan tindak kejahatan dengan melakukan pemerasan kepada orang lain dengan memanfaatkan kejahatan di masa lalu. Spekulasi-spekulasi tersebut akhirnya mengundang ide-ide penyelesaian masalah dari berbagai pihak.
Akhirnya solusi yang ditawarkan adalah Budi dapat menyerahkan uang permintaan dari Fahra asalkan cara penyerahannya adalah secara langsung dan tidak melalui transfer karena pada mulanya Fahra menyarankan sistem transfer yang pada saat ini dianggap lebih praktis dan cepat. Namun Budi menegosiasikan cara pengiriman uangnya dengan bertemu secara langsung di sebuah tempat. Pada mulanya Fahra menolak dengan mengatakan bahwa dia sekarang tidak tinggal dalam satu kota dengan Budi. Budi kemudian mengatakan kepada Fahra bahwa tidak menjadi masalah tentang kota bila Fahra benar-benar menginginkan uang yang dapat membantu krisis finansialnya. Akhirnya Fahra mengiyakan rencana pertemuan tersebut yakni bertemu di sebuah cafe yang terletak di dekat SD yang merupakan sekolah mereka dulu.
Rencana pertemuan dengan Fahra tersebut dibahas oleh Budi di grup line SD-nya dan kembali mendapat tanggapan dari teman-teman SD-nya. Banyak yang merasa penasaran dengan sosok Fahra yang mengaku-ngaku merupakan teman SD mereka. Karena banyak yang merasa penasaran maka banyak pula yang ingin ikut dalam acara pertemuan dengan Fahra tersebut. Sehingga hampir semua penduduk grup tersebut muncul dan kira-kira 70% dari isi grup tersebut menyatakan akan hadir karena jadwal pertemuan dengan Fahra tersebut bertepatan juga dengan periode libur panjang atau long weekend. Teman-teman SD Budi yang masih tinggal dalam satu kota kebanyakan menyatakan kesediaannya untuk datang dalam pertemuan bersama teman misterius masa lalu tersebut. Begitu juga dengan beberapa teman SD Budi yang tinggal di kota-kota lain di dekat kota dimana SD tersebut berada. Betapa rasa penasaran mereka benar-benar membuat mereka ingin turut serta. Diketahui bahwa pada saat ini, teman SD Budi rata-rata juga merupakan orang-orang yang sibuk dengan pekerjaan masing-masing seperti dokter, pengusaha, insinyur, teknisi, programmer, tentara sampai pekerjaan-pekerjaan di bidang lainnya. Rasa penasaran mereka akan kasus yang menimpa Budi dan Muchtar akhirnya menjadikan mereka sejenak meninggalkan rutinitas pekerjaannya.
Sampai tiba pada hari pertemuan itu dengan si Fahra, Budi sudah menunggu sejak lebih awal dari jam pertemuan yang telah disepakati. Budi menunggu di cafe tersebut dengan memesan meja untuk dua orang. Satu-persatu teman-teman SD yang berada di chat grup line berkata akan datang menuju ke cafe tersebut hingga akhirnya satu meja yang dipesan oleh Budi terus bertambah menjadi satu meja besar yang dapat menampung sekitar puluhan orang. Kira-kira sekitar satu jam menunggu kedatangan Fahra, akhirnya handphone Budi berdering nada chat masuk dan ternyata si Fahra mengatakan bahwa ia sedang dalam perjalanan menuju ke cafe tersebut dan berkata bahwa sudah dekat. Selang beberapa menit akhirnya Fahra datang. Dandannya terlihat stylish dan tidak menunjukkan bahwa dia merupakan seseorang yang mengalami krisis finansial. Fahra datang dengan menggunakan kendaraan pribadi berupa sepeda motor. Kedatangannya sudah ditunggu oleh puluhan orang anak-anak alumni SDN Plumpangsari V alumni tahun 2000. Budi yang duduk di sebelah Muchtar akhirnya takjub melihat Fahra yang datang menghampirinya. Sosok Fahra yang menjadi perbincangan hangat di grup chat alumni SD Budi akhirnya tampak nyata mendatangi Budi dan teman-teman SD-nya yang sedang bercengkerama. Namun, sebuah hal yang mengharukan akhirnya terjadi.
Fahra yang awalnya diduga sebagai orang asing yang menyamar untuk memeras Budi karena hutang kejahatan masa lalu Budi tersebut ternyata merupakan sosok yang menyamar. Fahra bukanlah Fahra yang melakukan pemerasan terhadap Budi. Fahra sesungguhnya merupakan nama lain dari seorang teman SD Budi juga. Fahra hanya nama samaran dari nama asli yaitu Yunita. Dan Yunita sebenarnya juga dikenal oleh teman-teman SD Budi yang lain. Betapa terkejut dan terperangahnya para alumni SDN Plumpangsari V alumni tahun 2000 yang sedang berkumpul di cafe tersebut saat mereka akhirnya mengetahui bahwa sosok yang selama ini dibahas oleh Budi di dalam chat grup line aslinya adalah Yunita, salah satu teman SD mereka juga. Fahra atau Yunita akhirnya mendatangi teman-teman SD-nya dan berkata, “Assalamu`alaikum teman-teman lama, masih ingat denganku kan? Aku Fahra, ehh.. Yunita maksudku. Dulu biasanya duduk sendirian sih.. Cuma kadang-kadang juga nongkrong bareng Budi dan Muchtar ini. Dan biasanya juga mereka yang sering maen bareng aku..” Orang-orang menanggapinya “Wa`alaikumsalam”. Lalu salah seorang di antara teman SD tersebut menanggapi, “lhoo kamu Yunita, kok kamu ngaku-ngaku Farah. Jadi sebenarnya…” Yunita langsung menanggapi, “iyaa, sebenarnya aku adalah sosok Fahra yang kalian obrolkan di grup SD itu. Aku sengaja belum masuk grup dan menciptakan sosok misterius bersama Budi dan Muchtar. Yaa emang sengaja gitu. Tujuannya yaa ini sebenernya untuk ngumpulin kalian disini.” Budi langsung memperkuat apa yang dikatakan oleh Yunita. “Iya teman-teman, maafkan aku yang awalnya menyebarkan berita penodongan hutang masa lalu yang misterius ini hingga membuat waktu kalian juga tersita untuk memikirkan apa yang kurasakan. Sebenarnya tujuanku membuat kekisruhan yang menimpaku ini yaa untuk mempertemukan kalian semua ini.” Salah satu teman mereka yaitu Andi menanggapi, “Wah broo, sial kau. Pantesan aja anak-anak pada keheranan denger nama yang asing di antara temen-temen kita. Ehh ternyata emang beneran fiktif tuh nama.” Muchtar yang merupakan sahabat kental Budi semasa SD pun menambah apa yang telah dikatakan oleh Budi, “Iyaa guys, sorry sorry soal kebingungannya, aku sama Budi juga Fahra, ehh Yunita maksudnya.. ngelakuin ini semua karena kami yang sedari SD sudah dekat ini merasa ingin mengumpulkan kalian pada pertemuan di dunia nyata yang sesungguhnya setelah sekian lama kita jarang ketemu, apalagi kalian juga punya pekerjaan masing-masing yang mana menyita banyak waktu kalian. Bahkan sampai kemunculan kalian di grup pun bisa jarang banget kan? Nah, aku nyoba bikin beginian dengan maksud memancing kalian buat muncul di grup terus pengen aja gitu kita berinteraksi lagi. Bercanda-canda di sela-sela kesibukan. Biar gak aku sama Budi aja yang terus muncul. Yaa gitu deh akhirnya rencana kami pun berhasil. Yeeyy” Muchtar, Budi dan Farah melakukan tosss tanda rencana mereka berhasil membuat teman-teman SD mereka berinteraksi kembali sampai akhirnya melakukan sebuah pertemuan berhasil.
Teman-teman Budi akhirnya merasa simpati dengan apa yang dilakukan Budi, Muchtar, dan Yunita. Mereka kemudian kembali bercengkerama mengingat masa-masa kecil mereka yang indah dahulu kala. Yang mana untuk sekali pertemuan tersebut harus menunggu waktu yang lama dan merupakan pertemuan langka di kala kesibukan sudah menghinggapi orang-orang yang sudah menapaki kehidupan dewasa. Budi, Muchtar dan Yunita yang masih memiliki jiwa menjalin silaturrahim yang tinggi akhirnya berhasil mempertemukan teman-teman lamanya lewat sebuah kasus yang dirancang oleh mereka.
Setelah kira-kira tiga jam canda tawa teman-teman Budi di cafe tersebut, terdapat seorang wanita yang berdandan dengan pakaian yang agak nyentrik mendatangi Budi. Dia kemudian menyebutkan bahwa dia adalah Fahra, yang menagih hutang uang pembayaran biaya sekolah kepada Budi. Budi yang tidak menyangka akan didatangi oleh Fahra tersebut mendadak terkejut. Dia tidak menyangka bahwa sosok Fahra tersebut benar-benar ada. Dan Fahra secara mengejutkan dapat mengingat dengan detail peristiwa-peristiwa masa SD yang dahulu pernah dilakukan oleh Budi bersama teman-temannya. Sampai pada peristiwa pemalakan yang dilakukan oleh Budi kepadanya di masa lalu, Fahra mengingatnya dengan betul. Budi menjadi terpojok dan akhirnya kembali mengecek hapenya untuk melihat chat yang masuk ke line-nya. Ternyata memang benar terdapat nama Fahra, dan Fahra yang satu ini bukan Yunita yang awalnya bersandiwara untuk membuat kasus palsu untuk mempersatukan teman-teman SD-nya.
Selesai
Karya : Aldino Kamaruddin Santoso
No comments:
Post a Comment