CAMPUR ADUK

Tuesday, February 5, 2019

PERTARUNGAN HIDUP

Malam hari di tengah hutan. Yakimaru mengalami kesakitan dengan pendengarannya. Dororo berusaha menenangkan Yakimaru yang kacau. Lalu Dororo menutup telinga Yakimaru dengan sebuah kain.

"Semoga ini bisa mengurang sakit pendengaran kamu" kata Dororo.

Yakimaru hanya diam saja dan merasa baikan dengan pendengarannya. Terdengar suara yang nyaring sekali memekakkan telinga dateng ke arah Dororo dan Yakimaru. Seekor makluk terbang besar langsung menyerang Dororo dan Yakimaru. 

"Siluman...burung," teriak Dororo yang ketakutan.

Yakimaru mencabut pedangnya dan bertarung dengan siluman burung yang besarnya lebih dari ukuran manusia. Yakimaru mencoba menyerang siluman burung dengan pedangnya dan ternyata terpental oleh hempasan sayap yang menciptakan angin. Apalagi siluman burung mengeluarkan gelombang suara yang memekakkan telinga sampai-sampai Yakimaru kesakitan sampai meringkuk di tanah.

Dororo ingin menolong Yakimaru yang dianggap kakaknya tapi tidak ada kemampuan. Siluman burung terus menyerang ke arah Yakimaru. Dateng dengan hebat menyudutkan si siluman burung dengan serangan kakek yang buta pada mata kirinya bernama Tobe. Siluman burung langsung menyerang kembali dengan cepat. Kakek Tobe menggunakan teknik pedang pembunuhnya dan memotong-motong siluman burung menjadi beberapa bagian.

Siluman burung mengucurkan darah dan akhirnya jatuh ke tanah dengan terpotong-potong. Kakek Tobe menyarungkan pedangnya kembali. Dororo langsung menolong Yakimaru, lalu kakek Tobe mendekati mereka berdua.

"Kalian berdua tidak apa-apa?" tanya kakek Tobe.

"Tidak apa-apa Kek!" jawab Dororo.

"Gimana dengan Yakimaru?" tanya kakek Tobe.

"Kakak Yakimaru mengalami kesakitan terus menerus pada telinganya," penjelasan dari Dororo.

"Kalau begitu jaga dia dan lebih banyak istirahat," saran kakek Tobe.

"Iya," saut Dororo.

Dororo menjaga Yakimaru yang kesakitan dan membereskan pedang yang di pakai untuk bertarung. Kakek Tobe yang buta menjaga Dororo dan Yakimaru dengan baik. Waktu pun berganti pagi. Kakek Tobe mencari makanan. Yakimaru terbangun dari tidurnya dan berjalan menuju suatau tempat. Dororo mencoba mengikuti Yakimaru. 

Sampai di aliran sungai ada seorang gadis cantik yang sedang bermain di tengah aliran sungai. Yakimaru bergerak dan mencoba mendekati gadis tersebut. Sang gadis tidak terkejut dengan tindak tanduk dari Yakimaru yang mendekatinya malah senang. Dororo pun melihatnya dari jauh.

"Kamu mau apa?" tanya sang gadis.

Yakimaru hanya diam saja.

"Maaf..kakak teman saya tidak bisa bicara," penjelasan Dororo.

"Oh begitu," saut sang gadis.

Sang gadis keluar dari aliran sungai menuju pulang ke rumah. Yakimaru mengikuti sang gadis. Akhirnya Dororo dan Yakimaru berkenalan dengan sang gadis dan akhirnya mereka tahu nama gadis itu adalah  Yosine. Dengan kebaikan dari Yosine di ajaklah Dororo dan Yakimaru ke rumahnya yang tidak begitu jauh dari tempat berada mereka. Sampai di rumah ternyata Dororo terkejut dengan anak-anak yang di rawat oleh Yosine sampai ada yang cacat tangan dan kakinya. 

Dororo mulai berteman baik dengan anak asuh Yosine begitu dengan Yakimaru. Tetap saja Yakimaru mengalami kesakitan pada telinganya dan terbaring di lantai rumah. Semua orang mengkhatirkan keadaan dari Yakimaru.  Di jaga dengan baik Yakimaru oleh semuanya. Tapi saat tengah malam Yakimaru keluar dari rumah Yosine dengan terburu-buru. Sedangkan Dororo tidak khawatir sama sekali dengan keadaan Yakimaru lain ceritanya dengan anak-anak yang di asuh oleh Yosine.

Ternyata Yosine pergi juga. Dororo yang mengikuti juga Yosine pergi. Sampai di sebuah tempat yang cukup aman ada 2 orang laki-laki yang bermalam di hutan lalu Yosine langsung menawarkan dirinya sebagai barang dagangan. 2 lelaki tersebut menerima tawaran Yosine mulai mereka bersenang-senang di tengah hutan. Dororo menemukan Yosine dengan 2 orang yang mengerubutinya. 

"Astaga....jangan-jangan," celoteh Dororo.

Dororo segera mendekati 2 lelaki yang mulai menikmati tubuh Yosine. Sedang di sisi lain. Yakimaru dengan kakek Tobe bergerak menuju hutan dan menemukan sebuah lubang yang cukup besar. Yakimaru dan kakek Tobe menarik pedangnya untuk bertarung dengan siluman undur-undur. Keluarlah siluman undur-undur dari tanah dan akhirnya pijakan pada Yakimaru dan kakek Tobe longsor dengan segera langsung menyerang dengan pedang mereka ke arah siluman undur-undur. Karena kulit luarnya siluman undur-undur sangat kuat susah untuk di tebas oleh pedang. Yakimaru mencari celah bagian yang lunak untuk di hunuskan pedangnya. Ternyata kaki kanan Yakimaru terkena gigitan siluman undur-undur dan langsung pedang di tancapkan pada bagian yang lunak pada siluman undur-undur. Kakek Tobe mencoba menolong Yakimaru ternyata terlambat kaki Yakimaru putus. 

Berteriak sekuatnya Yakimaru karena menahan sakit yang di deritanya karena kakinya hilang. Siluman undur-undur keluar lagi. Segera kakek Tobe menyerangnya dengan tebasan yang mematikan pada bagian yang dapat di tembus oleh pedang begitu juga Yakimaru. Siluman undur-undur mati. Kakek Tobe membopong Yakimaru dari lubang di buat siluman undur-undur.

Tiba-tiba Yakimaru mengalami fenomena  yang aneh pada dirinya seketika kakinya yang terputus kembali semula. Kakek Tobe pun terkejut sekali dengan menyentuh kakinya Yakimaru yang bagus kembali.

"Ini keajaiban setelah membunuh siluman undur-undur itu. Dewa menolong Yakimaru," kata kakek Tobe.

Sedangkan Dororo mencoba menolong Yosine dengan cara mengambil sebuah kayu dan di pukullah pada 2 orang yang mulai menggagahi Yosine. Seketika 2 orang laki-laki pingsan begitu saja.

"Kakak tidak apa-apa?" tanya Dororo.

"Saya tidak butuh bantuan kamu," kata Yosine membuang mukanya.

"Jangan sok begitu kakak. Saya tahu tujuan kakak berbuat ini menjual diri demi uang dan untuk bisa menghidupkan anak-anak asuh kakak. Apalagi negeri...ini mengalami tekanan ekonomi yang cukup pelik. Rakyatnya mengalami ketidak berdayaan karena kemiskinan. Wajar saja tidak ada kerjaan yang pantes. Lebih baik menjual diri kan," kata Dororo yang berusaha memahami Yosine.

Yosine menunduk malu dengan pekerjaannya. Lalu mengambil uang yang ada pada 2 orang lelaki di balik pakaiannya dan pergi begitu saja meninggalkan Dororo.

"Dasar wanita..selalu saja berpikir pendek dalam menjalankan hidup. Nafsu alasan saja demi menjalankan hidup menutupi kebenaran yang sebenarnya ketidak berdayaan dirinya dalam menjalankan hidup. Pada hal alam memberikan banyak makan," celoteh Dororo.

Dororo pun mengikuti Yosine dari kejauhan dengan menjaga jarak. Sampai di rumah Yosine berdiam diri di kamarnya seperti biasanya. Sedangkan anak-anak asuhnya menyiapkan makan untuk semuanya termasuk untuk Dororo. 


Karya: No

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK