CAMPUR ADUK

Tuesday, February 5, 2019

OLIVER MINTA TAMBAH

Ternyata Oliver lebih tidak bahagia di rumah penampungan. Ia harus bekerja, dan merasa lebih sering kelaparan daripada sebelumnya. Ia makan tiga kali hanya dengan sedikit sup setiap harinya. Dalam sup itu hanya terdapat sedikit daging, sebagian besar berupa kuah. Ia mendapat sepotong roti kecil pada hari Minggu.

Ruangan tempat anak-anak tinggal berwujud sebuah bangunan yang luas. Sebuah periuk besar ada di ruangan itu. Jika waktu makan tiba, seorang pelayan mengambilkan sup dari periuk itu untuk anak-anak. Pelayan itu dibantu oleh seorang atau dua orang pembantu wanita.

Setiap anak laki-laki mendapat semangkuk kecil sup, dan tidak boleh lebih. Mangkuk itu tidak pernah dibersihkan, karena memang tidak perlu. Anak-anak membersihkan sup di dalamnya dengan sendok hingga bersih berkilau. Ketika anak-anak sedang memakan supnya, mereka memandang periuk itu dengan tatapan mata penuh nafsu, seakan-akan mereka ingin memakan semua sup yang ada di sana.

Oliver Twist dan teman-temannya merasakan kelaparan seperti itu hampir tiga bulan. Akhirnya mereka berubah menjadi semakin liar, hingga seorang anak yang paling tinggi di antara mereka berkata bahwa dia menginginkan semangkuk sup tambahan setiap hari. Bila dia tidak mendapatkannya, mungkin suatu malam dia akan memangsa anak yang tidur di sampingnya.

Anak yang paling tinggi itu sangat ingin mendapatkan tambahan sup. Matanya menatap kelaparan ke arah sup milik rekan-rekannya, dan anak-anak yang lain percaya terhadap apa yang dikatakannya. Mereka membicarakan hal itu bersama-sama, dan memilih seorang anak untuk mengatakan kepada pelayan bahwa mereka meminta tambahan jatah sup. Anak yang mereka pilih adalah Oliver Twist.

Malam telah tiba dan anak-anak mengambil tempatnya masing-masing. Kepala pelayan berdiri di dekat periuk, seorang pelayan yang lain berdiri di dekatnya, dan sup segera dibagikan.

Sup itu menghilang dengan cepat dari setiap mangkuk. Anak-anak berbisik satu sama lain dan memberi tanda kepada Oliver. Anak yang duduk di samping Oliver mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Walaupun masih anak-anak, tetapi mereka dapat merasakan kelaparan yang melilit. Rasa lapar itu memberi keberanian kepada mereka. 

Oliver bangkit dari mejanya dan menemui pelayan dengan mangkuk dan sendok di tangannya. Walaupun ia juga khawatir dan takut, ia berusaha memberanikan diri. Ia berkata, "Maaf, Pak, saya minta tambah."

Kepala pelayan rumah penampungan sangat gemuk, laki-laki yang sehat, tetapi berwajah sangat pucat. Dia terlihat sangat heran terhadap keberanian anak kecil itu. Wanita pembantunya terdiam keheranan, dan Oliver termangu ketakutan.

"Apa?" tanya kepala pelayan rumah penampungan dengan suara tinggi yang tidak pernah terdengar sebelumnya.

"Maaf, Pak," kata Oliver. "Saya minta sup yang lebih banyak."

Kepala pelayan itu memukul kepala Oliver dengan sendok, kemudian menangkapnya dengan tangan. Oliver berteriak minta tolong. Pak Bumble dan beberapa pengurus rumah penampungan datang tergesa-gesa ke ruangan penampungan datang tergesa-gera ke ruangan itu. Sang kepada pelayan mengatakan kepada mereka apa yang diminta Oliver.

"Dia meminta lebih!" teriak para pembantu rumah penampungan. "Apakah kami dapat memberi dia lebih daripada yang biasa diperolehnya?"

Pengurus rumah penampungan segera percaya pada laporan itu, tanpa menanyakannya kepada Oliver.

"Anak laki-laki itu harus digantung!" teriak salah satu di antara pelayan rumah penampungan. Mereka membawa pergi Oliver dan mengurungnya di dalam ruangan gelap. Pagi berikutnya dipasang pengumuman di  pintu gerbang rumah penampungan. Pengumuman itu menawarkan Oliver Twist dengan harga lima pound kepada siapa saja yang mau membawanya.

"Aku yakin anak itu akan segera di gantung!" teriak salah seorang petugas rumah penampungan.

***

Oliver dikurung di ruang gelap itu selama seminggu. Udaranya sangat dingin. Setiap pagi dia dibawa untuk mandi di halaman dan Pak Bumble memukulnya dengan sebuah tongkat. Pada setiap harinya, dia dibawa ke ruangan tempat anak-anak memperoleh sup mereka, dan Pak Bumble memukul Oliver di hadapan semua orang. Oliver menangis sepanjang hari dan tidak dapat tidur malam harinya.

Tidak seorang pun datang untuk membayar lima pound untuk membawa Oliver Twist. Pak Bumble kemudian memutuskan untuk membawa Oliver Twist ke laut dan bekerja di kapal layar.

Namun, pada suatu hari, di depan pintu. gerbang rumah penampungan, Pak Bumble bertemu dengan Pak Sowerberry. Pak Sowerberry adalah laki-laki tinggi kurus dan berpakaian hitam. Dia adalah seorang pembuat peti mati. Sebagian besar peti mati buatannya digunakan untuk orang-orang miskin yang meninggal di rumah penampungan.

"Aku  sedang menyiapkan peti mati untuk dua wanita yang meninggal tadi malam," kata Pak Sowerberry kepada Pak Bumble.

"Ya, aku tahu, Anda pasti memperoleh banyak uang dari kerja Anda," kata Pak Bumble.

"Anda pikir begitu?" tanya Pak Sowerberry.

"Harga yang diberikan kepadaku terlalu murah, Pak Bumble."

"Namanya juga peti mati," kata Pak Bumble.

Pak Sowerberry sangat geli, sehingga dia tertawa untuk waktu yang lama tanpa berhenti.

"Wah, wah, Pak Bumble," kata Pak Sowerberry. "Makanan yang disantap orang-orang di rumah penampungan sangat sedikit.  Itu membantu saya, karena saya hanya perlu membuat peti mati yang sempit dan kecil. Sayangnya harga kayu sangat mahal. Dan seringkali, orang yang gemuk meninggal terlebih dahulu. Kalau sudah demikian, aku harus membuat peti mati yang lebih besar, dan aku tidak bisa memperoleh keuntungan lebih banyak."

"Ngomong-ngomong," kata Pak Bumble apakah Anda tahu seseorang yang menginginkan anak laki-laki? Yang mau membayar  lima pound untuk anak laki-laki itu?" tanyanya sambil mengangkat tongkatnya dan menunjukkannya ke arah pengumuman di pintu gerbang rumah penampungan.

"Itulah hal peting yang ingin kukatakan kepada Anda," kata Pak Sowerberry. "Aku telah banyak membantu orang-orang miskin, jadi kupikir sah-sah saja jika aku mendapatkan sesuatu dari mereka. Kupikir aku akan mengambil anak laki-laki itu untukku sendiri."

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK