CAMPUR ADUK

Tuesday, February 5, 2019

ANAK SIAPA SEBENARNYA

"Bukan! Ini anakku sendiri!" sahut yang seorang sambil mempertahankan anak yang dipangkunya. Mereka berdua dari pagi telah bertengkar. Anak bayi yang mereka perebutkan pun sudah lama sekali menagis dan menjerit-jerit kelaparan. Pokok bayi itu sudah basah kuyup tetapi tidak sempat diganti.

Tetapi salah seorang dari mereka kalah kuat. Dirampasanya bayi itu dan dibawanya lari cepat-cepat. "Ini anak saya. Anak yang mati itulah anakmu!" .katanya sambil mencibirkan bibirnya.

Perempuan yang kalah kuat itu mengejarnya dari belakang dengan sia-sia. Tapi teriakan-teriakannya cukup keras sehingga keduanya mendekat kepala seorang serdadu.

"Jangan tahan saya. Ini anakku!"

"Bukan. Itu anak saya!"

Serdadu itu bingung. "Mengapa anak itu dibawa lari dan dibiarkan menangis terus menerus? Tanyanya.

"Inik anakku!"

"Bukan, yang mati itulah anakmu!"

Kedua wanita itu sekarang bertengkar. Serdadu sama sekali memahami persoalannya. Sejenak ditatapnya saja mereka yang saling memperebutkan anak bayi itu. Tetapi sekali-sekali ia menutup matanya, tidak sampai hati melihat anak bayi itu ditarik ke sana ditarik ke sini. Masing-masing mengaku bahwa anak itu adalah bayinya.

"Hai! Hentikan itu! Kalau kalian tidak berhenti bertengkar nanti saya bawa menghadap raja!" teriaknya.

Kedua perempuan itu berhenti bertengkar. Walaupun demikian, mata mereka saling menatap dengan tatapan marah. Mendengar nama raja saja mereka sudah takut. Namun salah seorang dari mereka dengan pasrah berkata, "Bawa saja kepada raja. Saya setuju!" Mereka dengar bahwa raja seorang yang adil.

"Betul?' serdadu itu menatap wajah mereka berganti-ganti.

"Ya." Keduanya mengangguk.

Mereka pun menuju ke istana raja. Bayi yang sekarang sudah digendong serdadu sudah diam. Bayi itu terlena di pangkuannya. Tidak lama kemudian mereka sampai di istana raja. Mereka hendak menghadap Raja Sulaiman yang sudah terkenal ke segenap penjuru dunia. Terkenal sebab kepintaran dan kebijaksanaannya.

"Baginda, raja yang adil dan mulis," kata serdadu itu sambil berlutut. "Ketika hamba bertemu dengan dua orang ini, mereka sedang bertengkar. Mereka memperebutkan bayi ini. Masing-masing mereka mengaku, ini anak mereka. Hamba tidak mengerti paduka."

Raja Sulaiman mengangguk. Dipersilakannya kedua perempuan itu menerangkan kejadian yang sebenarnya mulai dari awal.

"Kalau begitu," raja mulai berkata, "Letakkanlah bayi itu di atas sebuah meja." Ia berhenti sejenak dan menatap pedang yang tergantung di dinding. Kedua perempuan itu memperhatikan dengan penuh tanda tanya.

"Ambil pedang itu. Supaya kedua perempuan ini merasa adil kita potong dua saja bayi ini, masing-masing memperoleh sebagian tubuh bayi ini."

Serdadu yang mengawal raja mengambil sebuah meja dan pedang yang tergantung di dinding. Mereka meletakkan bayi itu di atas meja. Pedang itu berkilau-kilau ditimpa sinar. Raja menerima pedang itu. Tangan raja diangkat dan pedang mulai menyibak udara. Ketika pedang mengambang di udara, seorang di antara kedua perempuan itu berteriak, "Paduka yang mulia, hamba mohon janganlah bayi itu dibunuh. Berikanlah bayi itu kepadanya asal ia hidup."

Dengan wajah tenang raja menatapnya, dan menatap yang seorang lagi.

"Tidak! Jangankan keadilan, ya Tuanku Paduka Raja!" teriak perempuan yang satu lagi. Hening sejenak. Semua wajah orang yang menyaksikan peristiwa di ruangan raja itu menjadi tegang.

Tiba-tiba raja menurunkan pedangnya dan menyerahkan pedang itu kepada pengawalnya. Kemudian dengan tenang diangkatnya bayi itu dan diserahkan kepada perempuan yang mengatakan bahwa sebaiknya anak itu diserahkan saja asal dia dapat hidup. Ialah ibunya yang sejati, yang sayang kepada anaknya, pikir raja yang bijaksana itu. Ibu yang sayang merasa kasihan dan sayang kepada anaknya itu memperoleh kembali anaknya. Adapun perempuan yang mengaku-ngaku sebagai ibu bayi itu mendapat hukuman karena telah berbohong di hadapan raja.

Yang hadir dalam istana pun merasa amat lega.

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK