CAMPUR ADUK

Saturday, December 29, 2018

ISTERI PEMBERIAN IBU

Dua tahun sudah berjalan, setelah jadi perundingan Hanafi dengan ibunya tentang beristri itu. Sebelum ia membenarkan kata ibunya, ia pun sudah  dinikahkan dengan Rapiah isteri pilihan ibunya.

Di dalam peralatan itu hampir-hampir pernikahan dibatalkan, karena timbul perselisihan antara pihak kaum perempuan dengan kaum laki-laki. 

Pangkalnya dari Hanafi juga. Ia berkata "kaum muda". Pakaian mempelai secara yang masih dilazimkan  sekarang di negerinya, yaitu pakaian secara jaman dahulu, disebutkannya "anak komidi Stambul." Jika ia dipaksa memakai secara itu, sukalah ia urung 'saja. demikian katanya dengan pendek. Setelah timbul pertengkaran di dalam keluarga pihaknya sendiri, akibatnya diterimalah, bahwa ia memakai 'smoking' , yaitu jas hitam, celana hitam dengan berompi dan berdasi putih. Tapi waktu hendak menutup kepalanya sudah berselisih pula. Dengan kekerasan ia menolak pakaian destar saluk, yaitu pakaian orang Minangkabau. Bertangisan sekalian perempuan, meminta supaya ia jangan menolak tanda keminangkabau yang satu itu, yaitu selama beralat saja. Jika peralatan sudah selesai, bolehlah ia memakai sekehendak hatinya pula.

Hanafi tetap menolak kehendak orang, ia tidak hendak menutup kepala, karena lebih gila pula dan komidi, bila memakai destar, saluk dengan baju smoking dan dasi.

Setelah ibunya sendiri hilang sabarnya dan memukul-mukul dada di muka anak yang 'terpelajar" itu, barulah Hanafi menurutkan kehendak orang banyak, sambil mengeluh dan teringat akan badannya yang sudah ...'tergadai'.

Untunglah ia menurutkan hal menutup kepada itu, karena sekalian pengantar dan pasumandan (pengiring bangsa perempuan), sudah berkata bahwa mereka tak sudi mengiringkan 'mempelai didong' .

Belum puas Hanafi bertingkah dengan pakaiannya sendiri, ke pihak perempuan ia ada pula menyampaikan permintaan, supaya pengantin perempuan janga pula 'digilakan' dengan 'anafic joget' yang 'berumbai-rumbai' itu, melainkan dimintanya supaya pengantin perempuan itu ke luar dengan pakaian sederhana saja, yaitu berbaju pendek gunting Priangan, sedang sanggul rambutnya tidak boleh dihiasi sesuatu apa, lain daripada sisir hiasan dari kulit penyu atau sesuatu tusuk kundai yang amat sederhana saja.

Mendengar permintaan yang demikian, bukan buatan gembarnya di pihak perempuan. Sebagai lazim terjadi di dalam peralatan orang Minangkabau, maka bukanlah keluarga yang karib pada pengantin yang membuat gaduh lebih dahulu, melainkan orang-orang lain, yang ada berhubung-hubung sedikit dengan ahli rumah itu; dan dalam peralatan itu disebutkan 'si pangkal' , yang 'sangat perasa angin' Oleh mereka itulah yang sejengkal jadi sedepa, yang sebuah jadi sepuluh. Yang punya alat sendiri memang banyak kesabaran dan banyak timbangan, karena jika alat itu sudah gaduh, ia sendiri yang akan menanggungnya. Dan gaduh itu mudah benarlah datangnya. Beberapa hari sebelum peralatan, masing-masing sudah membanting tulang, kebanyakan tidak tidur sekejap juga, jadi seluruh urat saraf sedang terganggu. Dan jika perempuan sudah berkumpul-kumpul serupa itu, tidaklah pula kurang kucindan, tidak ketinggalan sindir-sindiran, hingga sepatah saja kata tajam boleh menyalahkan api yang senantiasa dikandung di dalam dada masing-masing.

Permintaan Hanafi yang berupa itu tentulah menimbulkan gempar. Yang punya alat harus memulangkan segala sesuatu pada 'si pangkal' itu, karena jika tidak demikian, akan merasa hati pulalah mereka. Serambut pun janganlah orang ketinggalan pada adat, mereka minta perindah benar-benar. Jika ada yang berkekurangan, maulah mereka itu memecah peralatan sama sekali.

Waktu orang datang membawa permintaan Hanafi itu, beberapa orang perempuan sedang menghiasi anak data sambil mencemooh-cemoohkan perangai Hanafi tentang memakai itu, karena mereka sudah pula mendengar hal tingkah mempelai yang 'kebelanda-belandaan' itu. Kata seorang. "Jika ia banyak bicara sesampai ke mari, kita hendak perlihatkan siapa kita."
.......................................................................................................................

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK