Di suatu tempat ketika seluruh murka orang karenanya, ketika hati dan jiwa gemetar karena kesalahannya, suara sorak serentak menuduhnya tidak lain tidak bukan di sebuah persidangan kasus pembunuhan. Perkenalkan namanya aquila ilham hamka dia merupakan pelaku atas kasus itu. Dalam hatinya berkata “Aku sangat menyesal melakukan ini”.
Dia sangat menyesali berat tindakannya. Dia putus asa. Sampai tubuhnya gemetar seolah-olah ingin meninggalkan tubuhnya. Persidangan dimulai suara ketukan pak hakim membuat seluruh orang diam.
“Kita akan mulai persidangan ini. Aku sebagai hakim bersumpah tidak memihak pada siapapun itu orangnya. Jadi para hadirin hargailah keputusanku.”
Seluruh orang disitu tercengang
“Jumat 12 mei kemarin adalah hari tragis bagi keluarga saudara warto dimana hari ini terjadi pembunuhan tak wajar yang dilakukan oleh saudara aquila ilham hamka. Apa benar itu saudara aquila..?”
“Itu benar pak hakim. Saya telah membunuh salah satu keluarga warto..?” dengan berat hati.
“Lalu apa penyebabnya saudara aquila membunuh salah satu keluarga saudara warto..?”
“Untuk masalah itu anda bisa tanyakan pengacara saya bernama siswaryo..!!”
“Baiklah. Saudara siswaryo apa pembelaanmu..?”
“Baiklah pak hakim. Dia berniat membunuh salah satu keluarga warto lantaran permasalahan dendam lama yang tak kunjung reda…?”
“Tolong pak hakim hukum dia seberat mungkin..?” suara salah satu keluarga warto di bangku hadirin.
“Baiklah-baiklah tenang bisa kita selesaikan bersama kasus ini. Untuk kedua bisa dihadirkan saksi mata tersumpah para warga..?”
“Saya-saya, aku melihatnya membunuh giryano keluarga warto langsung dari mataku..?”
Beberapa jam kemudian setelah mengalami perdebatan yang cukup sengit akhirnya hakim memutuskan menjatuhi hukuman pada aquila 15 tahun penjara. Aquila pun tak menolak hukuman itu karena dia sudah kalah dalam persidangan.
Namun keluarganya tak terima melihat keputusan itu dan diam-diam merencanakan membunuh aquila setelah bebas nanti.
Berhari-hari ia jalani di dalam jeruji besi hanya untuk sholat dan membaca al-quran. Dia menyesali perbuatannya setiap doa malamnya hanya untuk berdoa pengampunan. Setiap detik setiap menit.
Seluruh keluarganya tak ada yang mau menjengkuknya. Ia sangat sedih bercampur pasrah dia hanya berharap pada sang ilahi. Di tahanan itu sangat sepi. Beberapa bulan kemudian lebaran datang. Disaat seluruh orang merayakan kemenangan tidak baginya. Dia hanya bisa berimajinasi untuk menenangkan diri.
14 tahun kemudian 1 tahun lagi menjelang pembebasannya dari penjara ada seseorang yang ingin menemuinya. Rupanya dia adalah sahabat lamanya. Bernama topan firmansyah
“Sudah lama ham aku tak berjumpa padamu, aku sangat terkejut kau tersandung kasus ini lalu aku kesini.”
“Maafkan aku pan. Aku tak memberi taumu. Karena aku sangat malu pada diriku.!”
“Hahah. Tak usah dipermasalahkan, ini buatmu. Nasi padang.!” sambil menyerahkan bingkisan.
“Oh jangan repot-repot pan.”
“Ayolah terimalah..”
“Baiklah, terimakasih pan bingkisannya..?”
“Iya sama-sama, oh iya hampir lupa mengatakan sesuatu padamu. Aku baru saja mendapatkan beasiswa s3 di luar negeri. Sudah lama aku memimpikan ini namun sekarang bisa terkabul. Disana aku mengambil gelar doktor ku sebelum menjadi profesor. Yang merupakan ambisi sejak kecilku. Doakan ya ham.?”
“Berapa lama kau berada di luar negeri..?”
“Aku tidak tau betul namun setauku sekitar 5 tahunan mengingat banyaknya persyaratan menjadi doktor dan profesor.?”
“Oh..”
“Kalau begitu aku pamit dulu ham, jaga baik-baik dirimu. Anggap saja masalalu itu adalah pelajaran bagimu dan capailah masa depan sebaik mungkin..?”
“Terima kasih pan. Kau sudah memotivasiku..?”
“Sama-sama aku pergi dulu ham..!!”
“Iya..”
Perpisahan itu sangat menyedihkan bahkan setelah sahabatnya pergi dia merintikan air mata. Bagaimana tidak sahabat sejak masih kanak-kanak hingga dewasa mereka masih bisa bertemu dan saling dukung. Kosong sudah hatinya sekarang.
1 tahun kemudian dia bebas dari penjara. Menghirup udara nan segar dan indah. Berjalan kaki menuju rumahnya yang jaraknya sekitar 10 km dari situ. Namun disaat setibanya disana ia disambut dengan raut wajah tak senang.
“Pergi sana. Cepat pergi ini bukan rumahmu lagi kau mempermalukan seisi rumah ini!!!” Dengan nada keras dan membentak dari orangtuanya.
“Bapak aku mohon maafkan aku.” Sambil bersujud di kaki bapaknya.
“Ingat baik-baik ya kau bukan anakku lagi sekarang cepat pergi.”Dengan menggeret aquila ke jalan rumah. Sontak orang yang lewat jalan itu melihatnya dengan heboh.
“Bapak tolong maafkan aku.”
Bapaknya kemudian menuju pintu depan rumah dan mengunci rapat rumahnya.
“Dok.. Dok.. Dok bapak buka pintunya”
Ia akhirnya meneteskan air mata penuh penyesalan. Tak ada cara lain untuk menyakinkan orangtuanya ini kemudian ia pergi dengan raut wajah sedih. Di jalan ia pasrah melihatnya. Banyak dari warga situ tidak senang melihat kehadiran aquila yang sempat menghebohkan 15 tahun silam.
“Mau apa kau di kampung ini. Cepat pergi sana dasar penganggu.” Suara seseorang yang sedang nongkrong di warung sambil meludahi aquila.
Aquila lebih memilih bersabar ketimbang meladeninya. Lalu meneruskan jalan kakinya.
“Bukankah itu aquila pembunuh itu. Kenapa dia disini. Jangan-jangan dia bikin ulah lagi. Ayo warga kita panggil warto biar tau rasa dia..” Seorang warga yang melihat warto berjalan kaki.
Beberapa lama kemudian warto datang ia sepertinya tak terima aquila hidup. Dia membawa senjata tajam bersama warga.
“Aquila akan kubunuh kau..!!”
Aquila melihat dari kejauhan warto dan warga membawa celurit membuat aquila panik dia pun memutuskan lari. Setelah itu terjadilah kejar-kejaran yang dramastis aquila melihat masjid di ujung sana.
Kemudian dia pun ke masjid itu dan bersembunyi di dalam sana. Seluruh warga dan warto berhenti di depan masjid itu mereka linglung kehilangan jejak aquila. Sementara aquila semakin panik hatinya penuh dengan sholawat karena mereka seperti iblis penyabut nyawa di depan masjid itu.
“Bismillah.. Bismillah.. Bismillah ya allah tolong jaga aku.” Sholawat dalam hatinya. Beberapa menit kemudian ia mulai lega hatinya karena warto dan para warga pergi.
“Kemana anak itu pergi. Coba kita cari kesana para warga.”
“Terima kasih ya allah kau telah menyelamatkanku.” Dalam hati aquila dengan penuh syukur.
Akhirnya diputuskan ia akan bermalam dan berdzikir lama di masjid itu. Setelah itu dia beranjak berwudhu lalu menunaikan sholat dhuha. Di masjid itu sangat sepi sekali tak ada jamaah yang ingin sholat mungkin dunia mendekati kiamat pada jaman itu rasanya. Dia tetap meniatkan dzikirnya itu.
“Breaking news, telah terjadi gempa berkekuatan 8.5 sekala richter di dasar laut.!!” Suara berita setempat
Gempa ini menghebohkan warga aceh dan membuat para warga situ panik karena akan timbul tsunami. Mereka pun memutuskan pergi di daerah tinggi.
Sementara aquila tak mengetahui berita itu masih saja melanjutkan dzikirnya. Tak lama kemudian tsunami pun datang. Seluruh bangunan tersapu derasnya tsunami.
Banyak mobil-mobil terseret bahkan kapal persiar ikut terseret. Berbekal doa dzikirnya malaikat menyertainya bangunan masjid serta dirinya selamat dari bencana ini. Entah ini keajaiban apapun bukan kejadian itu sangat langka bahkan air laut tak sedikitpun masuk ke masjid itu.
Masjid itu seakan-akan mengapung di permukaan air dan menuruti ke arah mana air tsunami itu pergi. Setelah cukup lama tsunami pun reda. Sementara aquila tetap tak sadar ada bencana tsunami dia baru sadar ketika beranjak dari masjid itu mencari makan.
Lalu apa yang terjadi tatapan matanya kosong setelah berada di pintu masjid melihat seluruh daerah itu porak-poranda disertai lumpur yang amat banyak. Dia sangat-sangat terkejut melihat kejadian ini. Kapal-kapal pesiar besar berada disitu membuatnya semakin terkejut. Jantungnya seakan-akan terhenti. Dan mengucapkan “Lailahaillallah laulawalaquatailabila” dia pun kemudian bersujud kepada allah.
“Terimakasih ya allah kau telah menyelamatkanku dari murkamu ini.”
Quote penulis “Senjata terkuat alam semesta ini adalah doa karena doalah penghapus dosa.”
Karya: Muhammad Maulana Yahya
Dia sangat menyesali berat tindakannya. Dia putus asa. Sampai tubuhnya gemetar seolah-olah ingin meninggalkan tubuhnya. Persidangan dimulai suara ketukan pak hakim membuat seluruh orang diam.
“Kita akan mulai persidangan ini. Aku sebagai hakim bersumpah tidak memihak pada siapapun itu orangnya. Jadi para hadirin hargailah keputusanku.”
Seluruh orang disitu tercengang
“Jumat 12 mei kemarin adalah hari tragis bagi keluarga saudara warto dimana hari ini terjadi pembunuhan tak wajar yang dilakukan oleh saudara aquila ilham hamka. Apa benar itu saudara aquila..?”
“Itu benar pak hakim. Saya telah membunuh salah satu keluarga warto..?” dengan berat hati.
“Lalu apa penyebabnya saudara aquila membunuh salah satu keluarga saudara warto..?”
“Untuk masalah itu anda bisa tanyakan pengacara saya bernama siswaryo..!!”
“Baiklah. Saudara siswaryo apa pembelaanmu..?”
“Baiklah pak hakim. Dia berniat membunuh salah satu keluarga warto lantaran permasalahan dendam lama yang tak kunjung reda…?”
“Tolong pak hakim hukum dia seberat mungkin..?” suara salah satu keluarga warto di bangku hadirin.
“Baiklah-baiklah tenang bisa kita selesaikan bersama kasus ini. Untuk kedua bisa dihadirkan saksi mata tersumpah para warga..?”
“Saya-saya, aku melihatnya membunuh giryano keluarga warto langsung dari mataku..?”
Beberapa jam kemudian setelah mengalami perdebatan yang cukup sengit akhirnya hakim memutuskan menjatuhi hukuman pada aquila 15 tahun penjara. Aquila pun tak menolak hukuman itu karena dia sudah kalah dalam persidangan.
Namun keluarganya tak terima melihat keputusan itu dan diam-diam merencanakan membunuh aquila setelah bebas nanti.
Berhari-hari ia jalani di dalam jeruji besi hanya untuk sholat dan membaca al-quran. Dia menyesali perbuatannya setiap doa malamnya hanya untuk berdoa pengampunan. Setiap detik setiap menit.
Seluruh keluarganya tak ada yang mau menjengkuknya. Ia sangat sedih bercampur pasrah dia hanya berharap pada sang ilahi. Di tahanan itu sangat sepi. Beberapa bulan kemudian lebaran datang. Disaat seluruh orang merayakan kemenangan tidak baginya. Dia hanya bisa berimajinasi untuk menenangkan diri.
14 tahun kemudian 1 tahun lagi menjelang pembebasannya dari penjara ada seseorang yang ingin menemuinya. Rupanya dia adalah sahabat lamanya. Bernama topan firmansyah
“Sudah lama ham aku tak berjumpa padamu, aku sangat terkejut kau tersandung kasus ini lalu aku kesini.”
“Maafkan aku pan. Aku tak memberi taumu. Karena aku sangat malu pada diriku.!”
“Hahah. Tak usah dipermasalahkan, ini buatmu. Nasi padang.!” sambil menyerahkan bingkisan.
“Oh jangan repot-repot pan.”
“Ayolah terimalah..”
“Baiklah, terimakasih pan bingkisannya..?”
“Iya sama-sama, oh iya hampir lupa mengatakan sesuatu padamu. Aku baru saja mendapatkan beasiswa s3 di luar negeri. Sudah lama aku memimpikan ini namun sekarang bisa terkabul. Disana aku mengambil gelar doktor ku sebelum menjadi profesor. Yang merupakan ambisi sejak kecilku. Doakan ya ham.?”
“Berapa lama kau berada di luar negeri..?”
“Aku tidak tau betul namun setauku sekitar 5 tahunan mengingat banyaknya persyaratan menjadi doktor dan profesor.?”
“Oh..”
“Kalau begitu aku pamit dulu ham, jaga baik-baik dirimu. Anggap saja masalalu itu adalah pelajaran bagimu dan capailah masa depan sebaik mungkin..?”
“Terima kasih pan. Kau sudah memotivasiku..?”
“Sama-sama aku pergi dulu ham..!!”
“Iya..”
Perpisahan itu sangat menyedihkan bahkan setelah sahabatnya pergi dia merintikan air mata. Bagaimana tidak sahabat sejak masih kanak-kanak hingga dewasa mereka masih bisa bertemu dan saling dukung. Kosong sudah hatinya sekarang.
1 tahun kemudian dia bebas dari penjara. Menghirup udara nan segar dan indah. Berjalan kaki menuju rumahnya yang jaraknya sekitar 10 km dari situ. Namun disaat setibanya disana ia disambut dengan raut wajah tak senang.
“Pergi sana. Cepat pergi ini bukan rumahmu lagi kau mempermalukan seisi rumah ini!!!” Dengan nada keras dan membentak dari orangtuanya.
“Bapak aku mohon maafkan aku.” Sambil bersujud di kaki bapaknya.
“Ingat baik-baik ya kau bukan anakku lagi sekarang cepat pergi.”Dengan menggeret aquila ke jalan rumah. Sontak orang yang lewat jalan itu melihatnya dengan heboh.
“Bapak tolong maafkan aku.”
Bapaknya kemudian menuju pintu depan rumah dan mengunci rapat rumahnya.
“Dok.. Dok.. Dok bapak buka pintunya”
Ia akhirnya meneteskan air mata penuh penyesalan. Tak ada cara lain untuk menyakinkan orangtuanya ini kemudian ia pergi dengan raut wajah sedih. Di jalan ia pasrah melihatnya. Banyak dari warga situ tidak senang melihat kehadiran aquila yang sempat menghebohkan 15 tahun silam.
“Mau apa kau di kampung ini. Cepat pergi sana dasar penganggu.” Suara seseorang yang sedang nongkrong di warung sambil meludahi aquila.
Aquila lebih memilih bersabar ketimbang meladeninya. Lalu meneruskan jalan kakinya.
“Bukankah itu aquila pembunuh itu. Kenapa dia disini. Jangan-jangan dia bikin ulah lagi. Ayo warga kita panggil warto biar tau rasa dia..” Seorang warga yang melihat warto berjalan kaki.
Beberapa lama kemudian warto datang ia sepertinya tak terima aquila hidup. Dia membawa senjata tajam bersama warga.
“Aquila akan kubunuh kau..!!”
Aquila melihat dari kejauhan warto dan warga membawa celurit membuat aquila panik dia pun memutuskan lari. Setelah itu terjadilah kejar-kejaran yang dramastis aquila melihat masjid di ujung sana.
Kemudian dia pun ke masjid itu dan bersembunyi di dalam sana. Seluruh warga dan warto berhenti di depan masjid itu mereka linglung kehilangan jejak aquila. Sementara aquila semakin panik hatinya penuh dengan sholawat karena mereka seperti iblis penyabut nyawa di depan masjid itu.
“Bismillah.. Bismillah.. Bismillah ya allah tolong jaga aku.” Sholawat dalam hatinya. Beberapa menit kemudian ia mulai lega hatinya karena warto dan para warga pergi.
“Kemana anak itu pergi. Coba kita cari kesana para warga.”
“Terima kasih ya allah kau telah menyelamatkanku.” Dalam hati aquila dengan penuh syukur.
Akhirnya diputuskan ia akan bermalam dan berdzikir lama di masjid itu. Setelah itu dia beranjak berwudhu lalu menunaikan sholat dhuha. Di masjid itu sangat sepi sekali tak ada jamaah yang ingin sholat mungkin dunia mendekati kiamat pada jaman itu rasanya. Dia tetap meniatkan dzikirnya itu.
“Breaking news, telah terjadi gempa berkekuatan 8.5 sekala richter di dasar laut.!!” Suara berita setempat
Gempa ini menghebohkan warga aceh dan membuat para warga situ panik karena akan timbul tsunami. Mereka pun memutuskan pergi di daerah tinggi.
Sementara aquila tak mengetahui berita itu masih saja melanjutkan dzikirnya. Tak lama kemudian tsunami pun datang. Seluruh bangunan tersapu derasnya tsunami.
Banyak mobil-mobil terseret bahkan kapal persiar ikut terseret. Berbekal doa dzikirnya malaikat menyertainya bangunan masjid serta dirinya selamat dari bencana ini. Entah ini keajaiban apapun bukan kejadian itu sangat langka bahkan air laut tak sedikitpun masuk ke masjid itu.
Masjid itu seakan-akan mengapung di permukaan air dan menuruti ke arah mana air tsunami itu pergi. Setelah cukup lama tsunami pun reda. Sementara aquila tetap tak sadar ada bencana tsunami dia baru sadar ketika beranjak dari masjid itu mencari makan.
Lalu apa yang terjadi tatapan matanya kosong setelah berada di pintu masjid melihat seluruh daerah itu porak-poranda disertai lumpur yang amat banyak. Dia sangat-sangat terkejut melihat kejadian ini. Kapal-kapal pesiar besar berada disitu membuatnya semakin terkejut. Jantungnya seakan-akan terhenti. Dan mengucapkan “Lailahaillallah laulawalaquatailabila” dia pun kemudian bersujud kepada allah.
“Terimakasih ya allah kau telah menyelamatkanku dari murkamu ini.”
Quote penulis “Senjata terkuat alam semesta ini adalah doa karena doalah penghapus dosa.”
Karya: Muhammad Maulana Yahya
No comments:
Post a Comment