Aku terpaku menatap bayanganku yang alu menatap sebuah tiang bambu, dan kemudian berakhir pada teras depan. Untuk kesekian kalinya aku bertanya-tanya apakah aku bisa bertahan hidup dalam kesederhanaan di sebuah kampung jauh dari rumahku.
Aku mulai mengurai kisah hidupku tanpa kesah betapapun sarat dengan nestapa. Selepas Sekolah Pendidikan Guru (SPG) aku melanjutkan ke PGSMTP (Pendidikan Guru Sekolah Menengah Pertama). Setelah tamat aku kebingungan saat orang tuaku menanyakan pekerjaanku. Aku tahu menjadi PNS memang sulit. Agar aku bisa cepat bekerja, aku ikut merantau dengan kawan-kawanku di Lampung khususnya di daerah terpencil menjadi guru honor di sebuah SD. Walaupun honor yang kudapatkan sebulan hanya cukup untuk makan satu minggu, namun aku masih punya harapan untuk menjadi pegawai negeri.
Hari demi hari kulalui bersama mimpi untuk bisa menjadi PNS. Kutatap selalu bintang di langit. Aku ingin suatu ketika sinarnya sampai di sanubariku. Dalam setiap renunganku, kupikir di sana masih ada bulan yang memberikan secercah harapan untuk mengayuh samudera di tengah samudera luas. Secercah harapan memang pernah kudapatkan ketika aku mengikuti tes calon pegawai negeri, namun harapanku ternyata kembali hampa ketika aku belum diterima.
Aku kembali menekuni profesiku sebagai guru honor. Hidup tanpa harapan di perantauan selalu membayang di benakku. Satu-satunya kebahagianku adalah ketika aku bersama-sama muridku yang sederhana di desa. Laun aku mulai menyayangi murid-muridku tanpa harus mendapatkan pekerjaan sebagai pegawai negeri.
Di tengah lamunanku di teras rumah yang sederhana, datang kepada sekolah dan Pak Lurah. Assalamualaikum, Waalaikumsalam wb.wb. Silakan masuk Pak! Bagaimana kabar Pak Irsyat? Berkat Puji Tuhan dan doa Bapak, saya merasa senang hidup di sini Pak? Pak Irsyat, ini saya membawa amanat dari masyarakat bahwa desa kita akan mendirikan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Masyarakat sudah lama menginginkan hal itu. Untuk mengelola sekolah ini, kami tokoh masyarakat membentuk yayasan dan menunjuk Bapak sebagai kepada sekolah. Mohon Pak Irsyat menerima amanah ini.
Aku diam sejenak seakan tak percaya. Lalu aku berkata, Pak Lurah, mungkin saya bukan orang yang tepat mendapat kepercayaan ini sebab banyak guru yang sudah senior dan berpengalaman. Kepala SD tempatku mengajar yang sejak tadi duduk di samping pak lurah, dengan cepat menyela, "Pak Irsyat, saya tahu betul kemampuan Bapak. Pak Irsyat telah berhasil memikat anak-anak di sini untuk sekolah. Pak Irsyat juga memiliki kemampuan dalam bidang seni, olah raga, dan kepemimpinan. Jadi, kami tidak ragu lagi memilih Bapak untuk menjadi kepada SMP. Kami mohon Pak Irsyat bisa menerima kepercayaan ini! Aku semakin bingung.
Di saat aku memikirkan untuk pulang kampung, pekerjaan dan kepercayaan besar telah datang padaku. Aku mulai yakin bahwa inilah saatnya aku harus mulai merenda kehidupan yang telah lama tercabik-cabik dalam bayang tak menentu. Aku tahu bahwa pekerjaan menjadi kepala SMP bukanlah hal ringan, tapi dengan kesabaran, ketekunan, dan kerja keras aku yakin keberhasilan akan datang.
Selesai.
No comments:
Post a Comment