Panas terik matahari menyengat tubuhku ditambah asap debu kendaraan membuat sesak dada. Hari ini adalah hari pertama aku pergi jauh dari kedua orangtuaku, karena aku harus melanjutkan pendidikanku ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu ke salah satu universitas di pulau jawa. Tepat pukul 12.00 aku turun dari pesawatku, dan aku pun langsung mencari bus untuk melanjutkan perjalananku untuk mencari kos-kosan untuk tempat tinggalku nanti. Setelah sampai ke tempat yang ku tuju aku pun turun dan membayar ongkosku. Lalu aku pun melanjutkan dengan berjalan kaki untuk mencari kos-kosan yang masih kosong. Karena aku merasa lapar aku pun membeli makanan ke salah satu rumah makan yang ada di sana, sesampai di depan rumah makan itu aku pun segera memesan satu porsi makanan dengan teh manis sambil menunggu makanan dihidangkan aku pun bertanya ke salah satu pelanggan yang berada di dekatku.
“Pak boleh nanya nggak?” tanyaku.
“Boleh, emang mau nanya apa Dek?” jawab bapak itu.
“Di deket sini ada kos-kosan nggak Pak, yang masih kosong?”
“Wah, kalau sekarang mah kos-kosan udah pada penuh Dek, tapi kalau Adek mau, ada sih kata orang di ujung jalan ini terus belok kanan, nah di situ ada tuh,”
“Oh terima kasih ya Pak atas petunjuknya,”
Setelah aku makan aku pun melanjutkan perjalananku, tapi sekarang aku memutuskan untuk naik ojek karena menurut keterangan bapak tadi. Kos-kosan itu agak jauh dari tempat aku makan tadi. Sesampainya di kos-kosan yang ditunjukkan bapak itu aku pun masuk ke perkarangan rumah itu. Rumah itu terlihat bersih dan agak rindang, lalu aku mengetuk pintu rumah itu, dan keluarlah dari rumah itu seorang nenek-nenek yang sudah lanjut usia. Dan sepertinya nenek itu sudah mengetahui tujuanku, karena secara langsung nenek itu mempersilahkan aku masuk dan menyerahkan kunci kamar dan lalu menunjukkan kamarnya tanpa bicara. Awalnya aku merasa aneh tentang kos-kosan itu, tapi karena aku capek aku pun segera membuka pintu kamarku dan aku merebahkan diri dan merebahkan diri dan langsung terlelap.
Setelah terbangun aku mulai menyadari keanehan itu. Yaitu di saat aku mau mandi aku melihat ada sekelebat bayangan putih di hadapanku. Aku pun segera menepis pikiranku yang selalu tertuju ke kejadian tadi, lalu aku pun segera menuju kamar mandi untuk mandi akan tetapi saat aku mau memutar kerannya keluar bukanlah air melainkan darah. Aku menjerit keras dan berusaha untuk lari ke kamarku, saat aku akan berlari langkahku pun terasa terhenti ada yang memegang kakiku. Aku pun berusaha untuk melepaskan pegangan itu dan apa yang ku lihat satu potong tangan yang memegang kakiku dengan erat tanpa ada pemiliknya. Tangan itu memiliki kuku yang panjang dan berdarah.
Lalu aku pun berusaha ke luar dari kos-kosan itu dengan kaki yang berdarah lalu karena kepanikanku aku pun berlari pontang-panting tanpa peduli melihat ke belakang. Karena kepanikan itu aku tersungkur ke sebuah balok yang tiba-tiba menimpaku lalu aku pun terjatuh. Dalam keadaan setengah pingsan aku melihat sepotong tangan itu terbang menuju ke arahku. Dengan kukunya yang tajam sambil mencekikku dengan kuat dan dengan sisa tenagaku aku melihat nenek itu berubah menjadi kuntilanak yang memiliki muka setengah utuh. Dan bapak itu rupanya menyerahkanku untuk menuju kos-kosan ini untuk menjadikanku mangsa penghuni kos-kosan kosong ini.
The End
Karya: Rinda Erzitha
“Pak boleh nanya nggak?” tanyaku.
“Boleh, emang mau nanya apa Dek?” jawab bapak itu.
“Di deket sini ada kos-kosan nggak Pak, yang masih kosong?”
“Wah, kalau sekarang mah kos-kosan udah pada penuh Dek, tapi kalau Adek mau, ada sih kata orang di ujung jalan ini terus belok kanan, nah di situ ada tuh,”
“Oh terima kasih ya Pak atas petunjuknya,”
Setelah aku makan aku pun melanjutkan perjalananku, tapi sekarang aku memutuskan untuk naik ojek karena menurut keterangan bapak tadi. Kos-kosan itu agak jauh dari tempat aku makan tadi. Sesampainya di kos-kosan yang ditunjukkan bapak itu aku pun masuk ke perkarangan rumah itu. Rumah itu terlihat bersih dan agak rindang, lalu aku mengetuk pintu rumah itu, dan keluarlah dari rumah itu seorang nenek-nenek yang sudah lanjut usia. Dan sepertinya nenek itu sudah mengetahui tujuanku, karena secara langsung nenek itu mempersilahkan aku masuk dan menyerahkan kunci kamar dan lalu menunjukkan kamarnya tanpa bicara. Awalnya aku merasa aneh tentang kos-kosan itu, tapi karena aku capek aku pun segera membuka pintu kamarku dan aku merebahkan diri dan merebahkan diri dan langsung terlelap.
Setelah terbangun aku mulai menyadari keanehan itu. Yaitu di saat aku mau mandi aku melihat ada sekelebat bayangan putih di hadapanku. Aku pun segera menepis pikiranku yang selalu tertuju ke kejadian tadi, lalu aku pun segera menuju kamar mandi untuk mandi akan tetapi saat aku mau memutar kerannya keluar bukanlah air melainkan darah. Aku menjerit keras dan berusaha untuk lari ke kamarku, saat aku akan berlari langkahku pun terasa terhenti ada yang memegang kakiku. Aku pun berusaha untuk melepaskan pegangan itu dan apa yang ku lihat satu potong tangan yang memegang kakiku dengan erat tanpa ada pemiliknya. Tangan itu memiliki kuku yang panjang dan berdarah.
Lalu aku pun berusaha ke luar dari kos-kosan itu dengan kaki yang berdarah lalu karena kepanikanku aku pun berlari pontang-panting tanpa peduli melihat ke belakang. Karena kepanikan itu aku tersungkur ke sebuah balok yang tiba-tiba menimpaku lalu aku pun terjatuh. Dalam keadaan setengah pingsan aku melihat sepotong tangan itu terbang menuju ke arahku. Dengan kukunya yang tajam sambil mencekikku dengan kuat dan dengan sisa tenagaku aku melihat nenek itu berubah menjadi kuntilanak yang memiliki muka setengah utuh. Dan bapak itu rupanya menyerahkanku untuk menuju kos-kosan ini untuk menjadikanku mangsa penghuni kos-kosan kosong ini.
The End
Karya: Rinda Erzitha
No comments:
Post a Comment