Budi duduk di depan rumahnya.
"Santai," kata Budi.
Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus.
"Emmm. Main!" kata Budi.
Budi mengambil mainan di bawah meja, ya mainan itu berupa mainan robot yang terbuat dari kardus dan juga rel kereta api yang terbuat dari kardus, ya mainan di taruh di meja. Rel kereta api di susun dengan baik, ya menjadi lingkaran. Mainan robot, ya kakinya di buat memakai roda yang telah di sesuaikan dengan baik, ya seperti roda kereta api. Mainan robot di hidupkan dengan baik, ya di taruh di jalur kereta api, ya jadinya mainan robot berjalan dengan baik gitu.
"Suasana seperti masa anak-anak. Main mainan robot," kata Budi.
Budi melihat dengan baik, ya mainan robot berjalan dengan baik di rel kereta api, ya muter-muter gitu.
"Emmm," kata Budi.
Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus.
"Emmm. Baca cerpen saja!" kata Budi.
Budi mengambil buku di bawah meja, ya buku di buka dengan baik, ya cerpen di baca dengan baik karena ceritanya menarik gitu, ya sambil menikmati minum kopi dan makan singkong rebus.
Isi cerita yang di baca Budi :
The begins with Yamuna, a journalist, who is so agitated at her work. She runs away from home to escape a marriage alliance to meet her grandmother Parvathy and stay with her. She goes to stay with Parvathy in the rural area of Tamil Nadu. Meanwhile, Amudhan is investigating a string of deaths that have been happening in the area. Meanwhile, Yamuna, Parvathy, Mani, and Mani's little nephew Babloo start making fake ghost videos on YouTobe, which go viral.
Yamuna is being haunted by a ghost but is unsure who it is. One night, she and her grandmother are attacked by the ghost. Yamuna wakes up in a hospital and learns that her grandmother is alive but in critical condition. She later sees a butterfly in the middle of the night, which leads her out of her room. On the floor, she finds drawings of the butterfly, which leads her to her grandmother's hospital room. She finds her grandmother dead. Amudhan, who is talking to the ghost, Bhavani, tells her that revenge is not important and that she should not kill people. Bhavani says her job is almost done: she just needs to kill Yamuna.
At Parvathy's funeral, Yamuna's parents criticise Mani about his idea of making the fake ghost videos. Yamuna is greeted by Babloo, who says that Bhavani is a good person and that everyone killed her. Babloo's face then turns into ash, revealing that he was never there and he is not Mani's nephew; he was a ghost as well. Yamuna does research on Babloo and Bhavani while Amudhan tries to locate Yamuna to save her. Yamuna's research leads her to Amudhan's house and the two meet. Yamuna also locks the haunted house and goes back to her parents to escape the ghost, but the ghost haunts her there as well. One night, the same butterfly leads Yamuna out of her bedroom and she screams in horror when she sees Bhavani and Babloo's ghosts together. She then hears her parents crying for help, only to find them sleeping. Yamuna sees a drawing of the butterfly on the window and breaks down.
Yamuna decides to interact with the ghost after being so fed up with her haunted visions. She even goes back to the haunted house, now in a dilapidated state and cleans up the house. She and Amudhan meet 2 priests who say that they will do prayers to the god, Bhairava and Amudhan must go to the cemetery, dig up Bhavani's dead body and destroy it with a trident so that Bhavani cannot use her dead body again. Amudhan succeeds and Bhavani appears but in under control by the religious chants.
As Yamuna asks why Bhavani is trying to kill her. Bhavani tells her about her past.
Bhavani's father cries upon realizing his second wife has given birth to another baby girl, when he expected a baby boy from his first marriage itself. As he walks out to inform their relatives, he dies by lightning. This incident causes the villagers to believe that it is because of Bhavani and that she is cursed. Bhavani's own mother and sister hate her. During Bhavani's 16th birthday, her elder sister gives birth to a stillborn baby. Again, people believe it is because of Bhavani's "cursed" nature. Thus, Bhavani faces abuse and humiliation. She meets Amudhan at school and he falls in love with her. After Amudhan's father finds out, he sends him to college in New Dehli. Bhavani is left heartbroken. Bhavani was rejected by boys willing to marry her because of her dark complexion. One night, her brother-in-law tries to sexually assault her. Bhavani's family kicks her out, believing her brother-in-law over her innocence. Bhavani moves to Chennai and does odd jobs at a hotel. She ends up meeting Amudhan again at a restaurant. He proposes to her, and she accepts. Bhavani moves into Amudhan's house. On the day of the marriage, Bhavani finishes her shift and gets ready. Before she leaves, Mohit Agarwal, the owner of a beer company asks her to clean his room and to stay back for the night with him but she disagrees and walks away silently. She tries to take the elevator in which Yamuna is present but Yamuna does not hold the door to let Bhavani in. This delays her arrival at the marriage sub-registrar office in Saidapet, where Amudhan is waiting. She gets into an auto-rickshaw. Along the way, she encounters 2 people who abuse her and steal her ring which was a gift given by Amudhan. The 2 men decide to sell the ring for buying liquor. A police officer arrests Bhavani for no fault of hers. When the police find the real culprit, she is released. She manages to overcome all of them. She also meets Babloo, who asks her to help him cross the street. As they do so, a drunk lorry driver hits them and causes their deaths.
Bhavani reveals that she killed her mother, sister, brother-in-law, Mohit, the police officer, the lorry driver (who killed her and Babloo), the two men who stole her ring and Yamuna's grandmother Parvathy. Yamuna now reimagines how Bhavani's life could have turned out if only she had let her enter the elevator that day. Feeling remorseful, she asks Bhavani's spirit what she wants. Bhavani says that she wants Yamuna's body to live with Amudhan. Yamuna accepts it to pay for her mistake, which contributed to Bhavani's death. On the day of the marriage between Bhavani and Amudhan, Bhavani possesses Yamuna and sits down for her wedding. However, Amudhan refuses to live with Bhavani using Yamuna's body. Hence, he kills himself and tells her, that they now can live together in the afterlife. Bhavani then leaves Yamuna's body. A prophetic vision shows Bhavani and Amudhan getting married at the sub-registrar office. The film ends at the cemetery, with Yamuna at Bhavani and Amudhan's graves, while the same red butterfly from Yamuna's haunted visions, flies by.
***
Budi selesai baca cerpen yang menarik ceritanya, ya jadi baca cerpen yang lain dengan judul Putri Angsa.
Isi cerita yang baca Budi :
Raja Sule dan temannya Ratu Nunung keduanya memiliki seorang anak, ya Nunung memiliki seorang putra bernama Abdul dan Sule memiliki seorang putri bernama Putri. Keduanya ingin anak-anak mereka menikah ketika mereka besar nanti agar bisa menyatukan kedua kerajaan mereka selamanya. Namun, penyihir Ajiz berencana mengambil alih kerajaan Raja Sule untuk dirinya sendiri. Sule mengetahui rencananya dan Ajiz di buang. Ajiz bersumpah akan membalas dendam.
Abdul dan Putri saling membenci saat masih anak-anak, ya tetapi ketika mereka dewasa, mereka jatuh cinta. Namun, ketika Abdul tidak bisa memikirkan apa pun yang dia sukai dari Putri selain kecantikan nyawa, ya dia menolaknya, kecewa. Dalam perjalanan pulang, Putri dan Sule di sergap oleh Ajiz, yang berubah menjadi "Elang yang besar gitu", menculik Putri dan melukai Sule secara fatal. Sule yang sekarat memberi tahu Abdul tentang Elang yang besar dan Putri. Kerajaan berasumsi bahwa Putri sudah mati, tapi Abdul bertekad untuk menemukannya.
Ajiz menahan Putri di danau angsa. Untuk membuatnya tidak bisa pergi, ya Ajiz telah mengucapkan mantra kuat yang mengubah Putri menjadi angsa di siang hari. Putri untuk sementara dapat kembali ke wujud aslinya di malam hari jika Putri berdiri di atas danau saat cahaya bulan menyentuhnya. Tujuan Ajiz adalah menikahi Putri agar Ajiz bisa memerintah kerajaan. Selama penangkarannya, Putri berteman dengan seekor kura-kura bernama Randa, seekor katak bernama Faul, dan seekor burung puffin bernama Hari.
Di hutan, Abdul salah mengira Putri sebagai Elang yang besar dan mencoba membunuhnya. Pengejaran berikutnya membawanya ke danau angsa, ya di mana Abdul menyaksikannya kembali Putri dari angsa menjadi manusia. Putri memberi tahu Abdul bahwa untuk mematahkan mantranya, Abdul harus bersumpah akan cinta abadi. Abdul mengundangnya ke pesta, berharap untuk menyatakan cintanya kepada dunia. Ajiz mengubah sahabat karibnya, Nia, menjadi kembarannya putri untuk membodohi Abdul agar bersumpah kepada wanita yang salah, yang akan membunuh Putri yang asli. Pada malam pesta, Ajiz memenjarakan Putri dan temannya Abdul, ya Budi.
Teman binatang Putri membebaskannya dan Putri yang menjadi angsa terbang ke kastil untuk memperingatkan Abdul, tapi Putri terlambat. Abdul telah bersumpah. Menyadari kesalahannya, Abdul mengikuti Putri kembali ke danau angsa, di mana Putri meninggal dalam pelukannya. Abdul yang patah hati bertempur melawan Ajiz dan dengan bantuan teman binatangnya Budi dan Putri, membunuhnya.
Abdul menyatakan cintanya kepada Putri, menyadari bahwa Putri telah menjadi orang yang Abdul cintai darinya, dan Putri hidup kembali, ya mantra pada dirinya Putri dipatahkan oleh cintanya. Abdul dan Putri menikah, ya bahagia.
***
Budi selesai baca cerpen yang cerita menarik gitu, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja gitu.
"Eko belum datang juga. Kalau begitu baca koran saja!" kata Budi.
Budi mengambil koran di bawah meja, ya koran di baca dengan baik sama Budi. Ya cerita di koran, ya berita memang bagus-bagus untuk di baca, ya cerita menarik gitu. Cukup lama Budi, ya baca koran, ya Eko datang ke rumah Budi. Ya Eko memarkirkan motornya dengan baik di depan rumah Budi. Karena Eko dateng, ya berhenti baca koran dan koran di taruh di meja. Eko duduk dengan baik dekat Budi, ya Eko melihat dengan baik mainan robot yang terbuat dari kardus berjalan di jalur kereta api.
"Budi membuat mainan robot dari kardus, ya berjalan di jalur kereta api, ya kan Budi?" kata Eko.
"Iya. Aku buat mainan," kata Budi.
"Kreatif," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Jangan-jangan idenya....Budi buat mainan robot dari berita Tv tentang robot, ya Budi?" kata Eko.
"Bisa jadi sih. Idenya dari berita Tv gitu!" kata Budi.
"Ikut-ikutan," kata Eko.
"Bisa di bilang begitu sih," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
Eko melihat dengan baik koran di meja, ya ada foto di koran tersebut.
"Cewek cantik," kata Eko, ya sambil menunjuk foto di koran gitu.
Budi melihat apa yang di tunjuk Eko di koran? Ya foto cewek cantik.
"Yaaa memang foto cewek cantik. Artis," kata Budi.
"Artis," kata Eko.
Eko mengambil koran di meja, ya di baca dengan baik artikel tentang artis tersebut. Budi menunggu Eko selesai baca artikel, ya sambil menikmati minum kopi dan makan singkong rebus. Eko dengan teknik baca cepat, ya jadi cepat selesai baca artikelnya.
"Ceritanya bagus," kata Eko.
Eko menaruh koran di meja.
"Emmm," kata Budi.
"Perjalanan karirnya artis. Bagus!" kata Eko.
"Cerita di tulis di artikel tentang perjalanan karir artis," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Yang jadi pertanyaan ku itu?" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Kenapa artis. Selalu menanggapi tentang komentar Netizen, yang buruk ini dan itu?" kata Budi.
"Tujuannya kan menaikin berita," kata Eko.
"Menaiki berita," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Apa sakit hati kalau di komentarin Netizen buruk ini dan itu?" kata Budi.
"Yaaa hidup ini. Mungkin sakit hati di komentarin sama Netizen, ya yang tidak sesuai ini dan itu," kata Eko.
"Mungkin," kata Budi.
"Kalau Budi di komentarin sama Netizen, ya karena tulisan Budi yang di publikasikan internet. Mungkin ada komentar yang buruk. Apakah Budi sakit hati?" kata Eko.
"Yaaa aku sih tidak sakit hati. Terkadang aku males menanggapi komentar ini dan itu. Kalau aku tanggapi, ya karena aku paham ilmu agama jadinya menanggapinya dengan bentuk nasehat dengan baik," kata Budi.
"Tidak sakit hati Budi. Bila di tanggapi, ya di nasehati. Tapikan. Netizen itu, ya agamanya berbeda-beda. Gimana Budi?" kata Eko.
"Ya aku menyesuaikan dengan baiklah bersifat umum saja bentuk nasehatnya," kata Budi.
"Umum. Yaaa kena sih!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Hidup ini tetap sama, ya kan Eko?" kata Budi.
"Hidup ini tetap sama. Manusia masih berlomba-lomba dengan segala kemampuannya, ya kepintarannya untuk meraih mimpinya dengan baik, ya jadi kenyataan. Maka hidup ini terlihat banget antara berhasil dan tidak. Antara kaya dan miskin. Antara baik dan buruk," kata Eko.
"Antara paham agama dan tidak," kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Orang-orang yang jauh dari agama, ya tetap bikin ulah ini dan itu, ya berbuat keburukan demi menjatuhkan atau merugikan orang lain. Terjadinya di lingkungan sana dan sini," kata Budi.
"Yaaa realita terjadi kejadian ini dan itu yang buat orang-orang yang perilaku buruk. Yaaa di butakan dunia ini tentang orang-orang berperilaku buruk. Maka itu, ya jadi hidup ini harus berhati-hati," kata Eko.
"Memang harus hati-hati dalam menjalankan hidup ini!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Aku paham omongan Budi!" kata Eko.
"Main catur saja!" kata Budi.
"Oke. Main catur saja!" kata Eko.
Budi mengambil mainan robot yang sedang berjalan di jalur kereta api, ya mainan di matikan dan jalur kereta api di bereskan dengan baik, ya di bantu Eko dan di taruh mainan di bawah meja begitu juga koran di taruh di bawah meja. Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya papan catur di taruh di atas meja. Eko dan Budi menyusun bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik gitu.
No comments:
Post a Comment