CAMPUR ADUK

Thursday, November 2, 2023

RADHE SHYAM

Budi duduk di depan rumahnya. 

"Main mobilan saja!" kata Budi. 

Budi mengambil mainan mobilan pemadam kebakaran di bawah meja dan juga rel kereta api, ya di taruh di meja. Mainan mobilan pemadam kebakaran buatan Budi, ya terbuat dari kardus, ya begitu juga rel kereta api yang terbuat dari kardus. Ya rel kereta api di susun dengan rapih menjadi lingkaran gitu. Mainan mobilan pemadam kebakaran, ya rodanya telah buat dengan baik, ya di sesuaikan dengan baik untuk berjalan di jalur kereta api. Mobilan pemadam kebakaran di hidupkan dan di taruh di jalur kereta api, ya jadi berjalan dengan baik banget, ya muter-muter. 

"Senangnya mainan mobilan buatan aku dari kardus," kata Budi. 

Budi terus melihat dengan baik, ya mainan mobilan pemadam kebakaran berjalan dengan baik di jalur kereta api. 

"Suasana seperti masa anak-anak," kata Budi. 

Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus. 

"Baca cerpen saja!" kata Budi. 

Budi mengambil buku di bawah meja, ya buku di buka dengan baik, ya cerpen di baca dengan baik karena ceritanya menarik banget, ya sambil menikmati minum kopi dan makan singkong rebus.

Isi cerita yang di baca Budi :

Di Italia tahun 1978 Vikramaditya alias Aditya adalah seorang peramal muda terkenal di dunia. Setelah membaca telapak tangan Perdana Menteri Indira Gandhi dan menyebutkan tentang Keadaan Darurat (India), dia lari ke Roma. Dijuluki sebagai "Einstein seni ramal tapak tangan", dia adalah murid santo Paramahamsa. Aditya tidak percaya pada hubungan romantis, tapi langsung jatuh cinta pada Dr. Prerana, seorang dokter muda yang cantik dan canggung. Mereka bertemu di kereta tetapi berpisah setelahnya. Suatu hari, Vikramaditya membaca telapak tangan Anand Rajput, seorang calon politisi dan pengusaha. Ketika Aditya meramalkan bahwa Rajput tidak bisa menjadi politisi, anak buah Rajput mengejarnya yang mengakibatkan dia mengalami kecelakaan. Dia dirawat di rumah sakit tempat Prerana bekerja dan dirawat di sana. Setelah sembuh, Aditya melamar Prerana untuk menggodanya. Namun Prerana merasa terhina dan meninggalkan kota tetapi Aditya mengikutinya sepanjang jalan. Dia menerima lamarannya dan mereka mulai berkencan. Namun, paman Prerana, Dean Chakravarthy, memintanya untuk tidak mengembangkan perasaan mendalam apa pun terhadap Aditya.

Saat Aditya dan Prerana sedang bepergian dengan kereta, orang asing memintanya untuk membaca telapak tangan putrinya, Tara, seorang calon pemanah. Dia memperkirakan bahwa dia tidak memiliki masa depan di bidang olahraga, dan dia harus fokus pada pendidikan. Kagum dengan kepiawaian Aditya, semua orang di dalam pelatih menanyakan prediksi dengan menunjukkan telapak tangannya namun Aditya ragu-ragu turun bersama Prerana. Namun, dia menyadari bahwa semua orang di kereta ditakdirkan untuk segera mati. Dia mengejar kereta untuk menghentikannya tetapi sia-sia. Sore harinya, kereta mengalami kecelakaan yang mengakibatkan beberapa korban jiwa. Prerana yang mulai percaya pada seni ramal tapak tangan meminta Aditya membaca telapak tangannya. Dia meramalkan bahwa dia akan memiliki umur panjang dengan masa depan cerah tapi dia langsung pingsan karena hidung berdarah. Prerana dirawat di rumah sakit di mana pamannya, yang juga seorang dokter, mengungkapkan bahwa dia menderita tumor yang tidak dapat disembuhkan dan mungkin meninggal dalam beberapa bulan. Aditya tidak setuju karena dia memperkirakan sebaliknya tetapi dikeluarkan dari rumah sakit.

Prerana sekarang penuh harapan akan hidupnya. Sebaliknya, pamannya percaya Aditya adalah penipu dan hanya obat yang bisa mengubah nasibnya. Dia menguji Aditya dengan lima telapak tangan orang mati, dan Aditya menyimpulkan semuanya dengan benar. Pamannya berubah pikiran dan mempercayai ramalan Aditya. Ketika obat untuk penyakit Prerana ditemukan, Prerana yang gembira melamar Aditya. Namun, dia menolaknya dengan mengatakan dia tidak bisa mencintainya karena dia tidak memiliki "garis cinta" dan akan segera meninggalkan negara itu. Merasa kecewa, Prerana mencoba bunuh diri namun menemukan buku harian Aditya. Dia mengetahui bahwa Aditya siap mengorbankan hidupnya untuk menyelamatkannya. Sebelum berangkat, Aditya mengajak Prerana ke pesta dansa sesuai keinginannya dan pasangan itu menghabiskan malam dengan mesra. Prerana meninggalkan catatan di buku hariannya bahwa dia akan memilih untuk menyerahkan nyawanya ketika situasi seperti itu muncul. Dia rela mengalami kecelakaan mobil dan dirawat di rumah sakit.

Aditya yang berada di London untuk menghadiri pertunjukan tari ibunya, membaca catatan Prerana di buku hariannya. Dia menelepon rumah sakit dan terkejut mengetahui kondisi Prerana. Dia mendesak Prerana untuk hidup, berjanji untuk segera bertemu dengannya. Saat Aditya dilema dengan ramalannya, ia bertemu dengan Tara yang kehilangan tangannya karena kecelakaan itu. Dia memberi tahu Aditya bahwa karena dia tidak memiliki telapak tangan sekarang, dia dapat menulis takdirnya. Aditya yang kini bergegas menemui Prerana menaiki kapal kargo menuju Italia yang dikapteni oleh orang yang ditemuinya di rumah sakit. Namun, kapal tersebut terjebak oleh badai di laut dan semua orang meninggalkan kapal atas perintah kapten. Namun Aditya terjebak di kapal sendirian. Karena kewalahan oleh kekuatan alam, Aditya berjuang untuk bertahan hidup. Ia mengingat pernyataan gurunya, Paramahamsa, bahwa seni ramal tapak tangan hanya 99% akurat, dan ada 1% orang yang menentukan nasibnya sendiri. Bertekad untuk bertahan hidup, dia menggunakan seluruh kekuatannya untuk mencapai titik tertinggi dan menembakkan pistol suar. Kapten kembali dengan sekoci. Kapal tenggelam namun Aditya yang tenggelam tetap mengapung. Kemudian, Aditya tiba di rumah sakit dan bertemu kembali dengan Prerana yang sudah pulih. Aditya melamar Prerana dan dia menerimanya. Cerita berakhir dengan kemenangan Tara dalam panahan paralimpiade dan pernikahan Aditya dan Prerana.

***
Budi selesai baca cerpen, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja. Yaaa Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus. 

"Nyanyi ah. Menghibur diri. Main gitar!" kata Budi. 

Budi mengambil gitar di samping kursi, ya gitar di mainkan dengan baik dan bernyanyi dengan baik gitu. 

Lirik lagu yang dinyanyikan Budi :

"Mata pernah melihatTelinga pernah mendengarBadan pernah merasaTerekam jelas seakan terjadiBaru saja
Siapakah yang salahSiapa yang tanggung jawabWaktu terus berjalanTerasa salah karenaAda yang belum selesai oh no no
Aku sudah tak marahWalau masih teringatSemua yang terjadi kemarinJadikan aku yang hari ini
Aku sudah tak benciWalau nyatanya merugiTerdengar tidaknya kata maafDada lapang terima semua
Akan ada masa depanBagi semua yang bertahanDuniaku pernah hancurRangkai lagi satu satu
Hu
Tak semua kan pahamDan tak semua katakanMaaf semua harus terjadiPasti rasa sepiKini kau tak sendiri lagiTak pendam lagiAku akan coba pahami
Aku sudah tak marahWalau masih teringatSemua yang terjadi kemarinJadikan ku yang hari ini
Aku sudah tak benciWalau nyatanya merugiTerdengar tidaknya kata maafDada lapang terima semua
Akan ada masa depanBagi semua yang bertahanDuniaku pernah hancurRangkai lagi satu satu
Akan ada masa depanBagi semua yang bertahanDuniaku pernah hancurRangkai lagi satu satu
Akan ada masa depanBagi semua yang bertahanDuniaku pernah hancurRangkai lagi satu satuRangkai lagi satu satuRangkai lagi satu satu"

*** 

Budi selesai menyanyi, ya gitar berhenti di mainkan dan gitar di taruh di samping kursi. Yaaa Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus. Eko datang ke rumah Budi, ya di parkirkan motor di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi. Yaaa di meja Eko melihat dengan baik mobilan pemadam kebakaran berjalan dengan baik di jalur kereta api gitu. 

"Budi. Buat mainan mobilan pemadam kebakaran dari kardus, ya begitu juga rel kereta api?" kata Eko. 

"Iya," kata Budi. 

Mobilan pemadam kebakaran terus berjalan di jalur kereta api dengan baik. 

"Kenapa Budi buat mobilan pemadam kebakaran?" kata Eko. 

"Ya karena. Idenya dari berita Tv. Tentang mobil pemadam kebakaran," kata Budi. 

"Ooooo tentang berita Tv toh. Tentang kebakaran ini dan itu, ya ada petugas pemadam kebakaran dan juga mobilnya," kata Eko.

"Terjadi kebakaran itu. Cenderung konseleting listrik, ya karena pemakaian. Atau ada kemungkinan ulah dari orang-orang, ya karena kebiasaan manusia yang bakar sampah, ya jadinya terjadi kebakaran ini dan itu," kata Budi. 

"Mungkin sih," kata Eko. 

"Atau ada orang membenci gitu. Jadi sengaja membuat kebakaran. Biasa orang-orang buruk," kata Budi. 

"Mungkin sih. Kan ada cerita nyata di masyarakat tentang orang-orang buruk yang bikin ulah ini dan itu," kata Eko. 

"Apalagi cerita kalau terjadi kebakaran hutan. Kalau musim kemarau mungkin terjadi kebakaran, ya kejadian secara alami karena suhu panas. Atau ada orang-orang yang tidak bertanggung jawab yang membuat kebakaran," kata Budi. 

"Hidup ini. Mungkin ini dan itu. Kalau sudah terjadi kebakaran, ya segera di tanggulangi dengan baik. Agar api padam," kata Eko. 

"Memang sih petugas pemadam kebakaran dan masyarakat menanggulangi kebakaran dengan baik, ya agar api padam. Ya berita Tv begitu sih, ya ceritanya," kata Budi. 

"Main mobilan pemadam kebakaran, ya suasananya kaya masa anak-anak, ya kan Budi?" kata Eko. 

"Iya!" kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

"Ngomongin urusan cinta," kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

"Biar cewek memutuskan siapa yang ia sukai?" kata Budi. 

"Memang di biarkan cewek memutuskan siapa cowok yang di sukai?. Kalau ceritanya cewek milih cewek. Gimana Budi?" kata Eko. 

"Maksud....Eko. Lesbian?" kata Budi. 

"Cinta yang salah. Lesbian. Ada ceritanya!" kata Eko. 

"Gimana ya?" kata Budi berpikir panjang. 

"Di butakan keadaan. Cinta yang buta," kata Eko. 

"Dunia sudah rusak," kata Budi. 

"Begitulah isi dunia. Ada ini dan itu, ya isinya," kata Eko. 

"Apa bisa di sadarkan ya?" kata Budi berpikir panjang. 

"Aku tidak tahu?" kata Eko. 

"Sama aku juga tidak tahu?" kata Budi. 

"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Eko. 

"Memang sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

"Yaaa orang-orang yang bergelut di bidang agama yang bisa menyadarkan orang-orang yang tersesat karena di butakan cinta sesama jenis," kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Kalau begitu main kartu remi saja!" kata Eko.

"Okey main kartu remi saja!" kata Budi.

Budi mengambil mainan mobil pemadam kebakaran yang sedang berjalan di jalur kereta api, ya di matikan dan membereskan rel kereta api di bantu Eko. Mainan dan rel kereta api di taruh di bawah meja. Budi mengambil kartu remi di bawah meja, ya kartu remi di kocok dengan baik dan di bagikan dengan baik gitu. Eko dan Budi main kartu remi dengan baik gitu.

"Hidup ini tetap sama, ya kan Eko?" kata Budi.

"Hidup ini tetap sama!" kata Eko.

"Manusia yang menyakini agama masing-masing, ya berusaha dengan baik menunjukkan kebenaran agama masing-masing. Bentuk organisasi agama yang di jalan manusia berdasarkan keyakinan masing-masing," kata Budi.

"Realitanya begitu," kata Eko.

"Benturan tetap terjadi karena perbedaan," kata Budi.

"Tersamar atau terang-terangan," kata Eko.

"Emmm," kata Budi.

Budi dan Eko terus main kartu remi dengan baik gitu. 

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK