Budi duduk di depan rumahnya, ya sambil menikmati minum kopi dan singkong rebus.
"Santai," kata Budi.
Budi mengambil mainan mobil Bus di bawah meja, ya beserta rel jalur kereta api di taruh di meja. Yaaa mainan mobil Bus terbuat dari kardus begitu juga dengan rel kereta api. Di susun dengan baik, ya rel kereta api menjadi lingkaran. Mobil bus, ya roda di buat dengan baik seperti roda kereta api, ya agar bisa berjalan di rel dengan baik. Mobil bus di hidupkan Budi di taruh di rel dengan baik, ya jadi berjalan dengan baik.
"Senangnya main mobil bus buatan sendiri dari kardus," kata Budi.
Budi melihat dengan mobil bus berjalan dengan baik, ya muter-muter.
"Suasana memang seperti masa anak-anak," kata Budi.
Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus.
"Emmm. Baca cerpen saja!" kata Budi.
Budi mengambil buku di bawah meja, ya buku di buka dengan baik, ya di baca dengan baik cerpen yang ceritanya menarik banget gitu.
Isi cerita yang di baca Budi :
Samar Anand, seorang mayor di Angkatan Darat India, ya menjinakkan bom tanpa rasa takut atau memperhatikan keselamatannya. Akira Rai, pembuat film Discovery Channel, ya kemudian menyelam ke Danau Pangong di Ladakh dan diselamatkan olehnya. Samar memberinya jaketnya dan pergi sebelum mengambilnya. Akira menemukan buku hariannya di saku jaket dan mulai membaca.
Buku harian itu menceritakan tahun-tahun awal Samar sebagai seorang imigran yang berjuang di London, bekerja sebagai musisi jalanan yang melakukan pekerjaan kasar lainnya untuk menghidupi dirinya dan teman sekamarnya, Zain. Samar bekerja paruh waktu sebagai pelayan ketika dia bertemu Meera di pesta pertunangannya dan tunangannya Roger. Meera tumbuh, tanpa ibu, dalam keluarga kaya India Punjabi; ibunya pergi ke pria lain ketika dia berumur dua belas tahun. Orang yang dominan dalam hidupnya adalah ayahnya, yang perusahaannya dia bekerja. Samar memperhatikan bahwa Meera sering berdoa ketika dia melihatnya di gereja. Samar dan Meera berteman satu sama lain tetapi Meera berjanji kepada Tuhan untuk tidak jatuh cinta pada Samar dan memberitahu Samar tentang hal itu. Seiring berjalannya waktu, Samar dan Meera mulai jatuh cinta setelah semalaman menari jalanan liar. Untuk menghadapi masa lalunya, Samar mengajak Meera mengunjungi ibunya yang terasing dan mereka berdamai. Beberapa hari kemudian Meera memutuskan untuk mengaku kepada ayahnya tentang hubungannya dengan Samar dan memutuskan pertunangannya, Samar mengalami kecelakaan serius di sepeda motornya. Meera membuat janji lain bahwa sejak dia menarik kembali kata-katanya sebelumnya, dia tidak akan pernah melihat Samar lagi, tapi berdoa untuk menyelamatkan nyawanya. Samar pulih dan Meera mengakui sumpahnya padanya. Marah, dia meninggalkan dia dan London. Samar menantang Tuhan untuk membuatnya tetap hidup sementara dia mempertaruhkan nyawanya setiap hari karena dia yakin kematiannya adalah satu-satunya cara untuk membuat Meera kehilangan kepercayaannya kepada Tuhan. Dia pergi ke India dan mendaftar menjadi tentara, menjadi ahli penjinak bom.
Ketika Akira selesai membaca buku harian itu, dia mendapat izin untuk membuat film dokumenter tentang pasukan penjinak bom. Dia meminta bantuan Samar untuk membuat filmnya dan berkenalan dengan dia dan timnya. Akira mulai menyukai Samar; Namun, dia tidak membalasnya karena cintanya yang belum terselesaikan pada Meera. Akira membuat film sukses dan berangkat ke London. Dia ingin Samar mengunjungi kota untuk membantunya mempublikasikan film tersebut; setelah dia dengan enggan setuju untuk datang ke London, dia ditabrak oleh sebuah van.
Samar didiagnosis menderita amnesia retrograde, dan dia hanya mengingat kejadian sebelum kecelakaan pertamanya yang terjadi di London 10 tahun lalu. Prihatin, Akira melacak Meera dan membujuknya untuk membantu pemulihan Samar. Meera setuju, berpura-pura menjadi istri Samar. Sementara itu, Akira menyadari bahwa Mayor Samar hanyalah sebagian dari Samar muda; dia dulunya bahagia dan mudah bergaul tetapi sekarang menjadi getir dan kesepian. Suatu hari Samar menemukan bom ditanam di London Underground dan membantu menjinakkannya. Peristiwa itu mengingatkannya, dan dia menyadari bahwa Meera berbohong padanya. Samar menghadapkan Meera dengan pilihan: bersamanya, atau melihatnya terus mempertaruhkan nyawanya sampai dia mati. Dia kemudian berangkat ke Kashmir, di mana dia terus menjinakkan bom. Selama percakapan dengan Akira, Meera mengatakan kepadanya bahwa dia tidak pernah menikahi tunangannya dan menyadari bahwa keyakinan dan doanya membuat Samar mengalami nasib yang lebih buruk daripada kematian, dan karena Tuhan hanya ingin umat-Nya bahagia dan menyebarkan cinta, dia tidak akan merebutnya. orang-orang yang dicintai rakyatnya karena ingkar janji atau kesepakatan. Meera mengucapkan selamat tinggal pada Akira dan pergi ke Kashmir untuk bertemu kembali dengan Samar. Samar menjinakkan bom terakhirnya dan kemudian melamarnya.
***
"Main catur saja!" kata Eko.
"Oke. Main catur!" kata Budi.
Budi mengambil mainan mobil bus, ya dimatikan dan rel kereta api di bereskan dengan baik, ya di bantu Eko dan di taruh mobil dan rel di bawah meja. Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya papan catur di taruh di atas meja. Eko dan Budi menyusun bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik.
"Hidup ini sama kan Eko?" kata Budi.
"Hidup ini tetap sama!" kata Eko.
"Berarti cewek cantik dan kaya, ya keinginannya tetap sama. Ingin mendapat cowok ganteng dan kaya. Demi hidup ini," kata Budi.
"Realitanya begitu," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Bagi cowok yang berasal dari keadaan miskin, ya sadar diri. Untuk apa menyukai cewek cantik, ya apa lagi kaya? Ya lebih baik menyukai cewek, ya biasa saja!" kata Eko.
"Biasa!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
"Cewek dari keadaan miskin. Ada di umpamakan seperti itik si buruk rupa. Berarti cewek di poles dengan baik, ya cantiknya tidak jauh beda dengan cewek cantik seperti model ini dan itu," kata Budi.
"Yaaa kalau itu sih. Pilih-pilih yang baik dari cantiknya dan juga akhlaknya," kata Eko.
"Harus pandai-pandai memilih!" kata Budi.
"Emmm," kata Eko.
Eko dan Budi terus main catur dengan baik gitu.
No comments:
Post a Comment