CAMPUR ADUK

Thursday, November 2, 2023

ASOKA

Eko duduk di depan rumahnya. 

"Nyanyi ah. Menghibur diri, ya sambil main gitar!" kata Eko. 

Yaaa Eko mengambil gitar yang di taruh di samping kursi. Yaaa gitar di mainkan Eko dengan baik gitu, ya bernyanyi dengan baik gitu. 

Lirik lagu yang dinyanyiankan Eko :

"Tak ada kisah tentang cintaYang bisa terhindar dari air mataNamun kucoba menerimaHatiku membukaSiap untuk terluka
Cinta tak mungkin berhentiSecepat saat aku jatuh hatiJatuhkan hatiku kepadamuSehingga hidupku pun berarti
Cinta tak mudah bergantiTak mudah berganti jadi benciWalau kini aku harus pergi'Tuk sembuhkan hati
Walau seharusnya bisa sajaDulu aku menghindarDari pahitnya cintaNamun kupilih beginiBiar kuterimaSakit demi jalani cinta
Cinta tak mungkin berhentiSecepat saat aku jatuh hatiJatuhkan hatiku kepadamuSehingga (hingga) hidupku (hidupku) pun berarti
Cinta tak mudah bergantiTak mudah berganti jadi benciWalau kini aku harus pergi'Tuk sembuhkan hati
Hanya kamu yang bisaBisa membuatku relaRela menangis karenamu
Cinta tak mungkin berhentiSecepat saat aku jatuh hatiJatuhkan hatiku kepadamuSehingga hidupku pun berarti
Cinta tak mudah berganti (cinta tak mungkin berganti)Tak mudah berganti jadi benci (tak mudah untuk berganti)Walau kini aku harus pergi
'Tuk sembuhkan hatiBiar aku pergi sembuhkan hati"

***
Selesai nyanyi, ya gitar di taruh di samping kursi sama Eko. Yaaa Eko menikmati minum kopi dan makan gorengan gitu. 

"Baca cerpen saja!" kata Eko. 

Eko mengambil buku di bawah meja, ya buku di buka dengan baik gitu, ya cerpen pun di baca dengan baik gitu. 

Isi cerpen yang di baca Eko :

Cerita ini menceritakan bagian awal kehidupan Kaisar Asoka. Dimulai dengan karirnya sebagai Jenderal di Takshashila dan diakhiri dengan penaklukan berdarah Kalinga. 

Kaisar Chandragupta Maurya, kakek Asoka, dari kekaisaran Maurya, telah memutuskan untuk menganut Jainisme dan turun tahta kekaisaran demi putranya Bindusara. Namun cucunya, Pangeran Asoka, ya mengklaim pedangnya. Kaisar tua menjelaskan bahwa pedang ini jahat, dan pedang itu menuntut darah dan kehancuran.

Beberapa tahun kemudian, Pangeran Asoka, yang kini menjadi pemuda pemberani, berperang melawan pemimpin pemberontak Taxila demi Kaisar dan ayahnya. Dia memperkirakan bahwa kakak tirinya Susima Maurya, yang juga mengincar takhta kekaisaran, sengaja menahan bala bantuan untuk datang, namun tetap mengalahkan musuh. Asoka kembali ke ibu kota dengan kemenangan dan menghadapi Susima. Belakangan, Susima mencoba membunuh Asoka saat dia sedang mandi. Pertarungan antar pangeran membuat Kaisar tidak senang, dan dia memerintahkan Permaisuri Dharma untuk mengendalikan putranya Asoka. Dia memaksa Asoka untuk sementara meninggalkan ibu kota untuk menjalani kehidupan orang biasa. Pangeran kecewa tapi tetap pergi.

Asoka, sendirian dan menyamar sebagai pengelana biasa, berkendara ke selatan. Dalam perjalanannya, dia bertemu dengan seorang gadis cantik, Kaurwaki dan jatuh cinta padanya. Dia juga mengembangkan hubungan baik dengan adik laki-lakinya Arya. Mereka melarikan diri dari Kerajaan Kalinga bersama pelindung setia mereka, Bhima, dan dikejar oleh tentara Kerajaan. Setelah menyelamatkan nyawa mereka, Asoka memperkenalkan dirinya sebagai Pawan, menyembunyikan identitas aslinya. Kaurwaki dan Arya adalah Putri dan Pangeran Kalinga, yang melarikan diri dari kerajaan mereka ketika Perdana Menteri membunuh orang tua mereka dan mengambil alih kekuasaan. Belakangan, Asoka dan Kaurwaki menikah diam-diam.

Segera, Asoka dipanggil oleh ibunya, yang mengirim utusan untuk memberitahunya bahwa dia jatuh sakit dan datang ke ibu kota. Kaisar mengutus Asoka untuk memadamkan pemberontakan di Ujjaini. Sebelum berbaris ke barat, Asoka pergi ke Kalinga untuk menemui Kaurwaki dan Arya. Tidak dapat menemukan mereka, dan tidak mengetahui mereka bersembunyi, dia diberitahu oleh Jenderal Bheema bahwa mereka telah dibantai. Asoka yang patah hati mencoba bunuh diri tetapi diselamatkan oleh Virat, yang kemudian bersumpah untuk melindunginya. Gila karena kesedihan dan kemarahan, Asoka memimpin tindakan keras brutal di Ujjaini. Para pembunuh yang dikirim oleh Susima melukai Asoka dalam pertempuran, dan Virat menyelamatkannya. Dia dibawa ke biara Buddha di Vidisa untuk pulih.

Di sana, ia bertemu dengan seorang gadis Budha, Devi, yang merawatnya. Asoka juga selamat dari upaya pembunuhan lainnya di Vidisa, kali ini dengan bantuan Devi. Asoka menikahi Devi dan kembali ke Pataliputra dengan penuh kemegahan. Susima dan saudara-saudaranya sangat marah karena usaha mereka yang sia-sia untuk melenyapkan Asoka. Kaisar Bindusara, yang lebih menyukai Susima daripada Asoka, jatuh sakit dan meninggal. Dalam serangan main hakim sendiri lainnya, Ratu Dharma ditikam sampai mati oleh pembunuh yang dikirim oleh Susima. Marah, Asoka ingin membunuh Susima tetapi berubah pikiran, dan Susima dibunuh oleh Virat ketika dia mencoba membunuh Asoka di belakang punggungnya dan diangkat menjadi kaisar.

Beberapa bulan kemudian, putri Kaurwaki dan pangeran Arya kembali ke Kalinga bersama Bheema dan mengeksekusi Perdana Menteri karena pengkhianatan. Asoka menyatakan perang terhadap Kalinga, tanpa mengetahui bahwa Kaurwaki masih hidup. Kaurwaki masih belum mengetahui bahwa Asoka adalah Pawan, dan kedua belah pihak bersiap untuk berperang.

Perang yang mengerikan terjadi di Kalinga. Tentara Maurya menimbulkan kekalahan telak di Kalinga. Tidak puas dengan kemenangan belaka, tentara Maurya membantai semua orang yang terlihat. Jenderal Bheema terbunuh setelah gagal membunuh Asoka karena menyadari bahwa dia adalah Pawan dan Kaurwaki terluka. Asoka kemudian mengunjungi medan perang, di mana dia menemukan kudanya, yang seharusnya menjadi milik Kaurwaki. Dengan penuh harapan, dia dengan panik mencari Kaurwaki dan menemukannya. Mereka berbicara dari hati ke hati, dan dia meminta maaf sedalam-dalamnya atas tindakannya. Dia disela oleh Arya, yang sekarat setelah tertusuk panah. Saat Arya sekarat dalam pelukannya, Asoka tiba-tiba menyadari bahwa musuh-musuhnya, keluarganya, dan bahkan Arya, semuanya mati karena dia. Peringatan kakeknya tentang pedang itu benar.

Cerita berakhir dengan Asoka melemparkan pedang ke dalam air di tempat yang sama dengan kakeknya, dan menganut agama Buddha. Narasi terakhir menggambarkan bagaimana Asoka tidak hanya membangun kerajaan besar tetapi juga menyebarkan agama Buddha dan angin perdamaian ke seluruh kekaisaran.

***
Selesai baca cerpen, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja sama Eko. Yaaa Eko menikmati minum kopi dan makan gorengan gitu. Budi datang ke rumah Eko, ya motor di parkirkan dengan baik di depan rumah Eko. Budi duduk dengan baik, ya dekat Eko. 

"Demi hidup ini harus bisa bersaing demi bisa hidup layak dan makan enak," kata Budi. 

"Dengan kepintaraan, ya manusia mendapatkan apa yang diinginkan dengan baik," kata Eko. 

"Hidup ini tetap sama kan Eko?" kata Budi.

"Hidup ini, ya tetap sama!" kata Eko.

"Antara baik dan buruk," kata Budi.

"Emmm," kata Eko.

"Tinggal di kota Batam, ya antara baik dan buruk. Ya antara kaya dan miskin. Antara paham agama dan tidak. Sama aja, ya tinggal di Lampung dan di daerah yang lain," kata Budi.

"Realita hidup ini. Selama masih ada kantor polisi, ya hidup antara baik dan buruk. Selama ada rumah ibadah, ya hidup ini...antara paham agama dan tidak. Karena kelahiran manusia, ya jadinya antara kaya dan miskin," kata Eko.

"Kalau terkena orang-orang buruk. Ujian hidup ini. Harus sabar banget," kata Budi.

"Memang harus sabar dengan ujian bentuk apa pun," kata Eko.

"Emmm," kata Budi.

"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA, ya kan Budi?" kata Eko. 

"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

"Peradabaan di bangun manusia dengan baik dengan tujuan ini dan itu. Di negeri ini atau di negeri lain," kata Budi. 

"Realitanya begitu," kata Eko. 

"Jadi cuma siklus saja peradabaan manusia," kata Budi. 

"Yaaa begitu lah realitanya," kata Eko.

"Peradabaan manusia, ya berselimut kebohongan dengan tujuan ini dan itu," kata Budi. 

"Ketika kejujuran membongkar kebohongan tidak ada gunanya. Karena kebohongan telah berlangsung dengan baik, ya di turunkan dari ke generasi ke generasi," kata Eko. 

"Yang tahu seperti aku dan Eko lebih baik diam saja. Hidup ini tetap menerima keadaan saja," kata Budi. 

"Di terima keadaan hidup ini," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Main catur saja!" kata Eko.

"Oke main catur!" kata Budi.

Eko mengambil papan catur di bawah meja, ya papan catur di taruh di atas meja. Budi dan Eko menyusun bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik gitu.

"Kalau di pikir dengan baik. Jalan pertapa itu baik," kata Budi.

"Emmm," kata Eko.

"Meninggalkan urusan dunia, ya jadi pertapa karena peradabaan manusia berselimut kebohongan," kata Budi.

"Hidup pilihan manusia yang menjalankan hidup ini. Jadi pertapa, ya pilihan manusia," kata Eko.

"Memang hidup ini pilihan manusia," kata Budi.

"Emmm," kata Eko.

Eko dan Budi terus main catur dengan baik gitu. 

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK