Hasil bertani beserta ikan hasil memancing ia masak untuk dijadikan lauk makanannya sementara sisanya ia jual di pasar. Selama ini mudah saja baginya mendapatkan ikan dari sungai yang berair jernih tersebut. Suatu sore, sepulangnya dari ladang, si pemuda miskin pergi memancing di sungai. Setelah sekian lama memancing, ia tak kunjung mendapatkan ikan. Kejadian seperti ini belum pernah dialaminya. Akhirnya ia menarik pancingnya kemudian memutuskan pulang ke rumah.
Namun anehnya ketika pancing ditarik, seekor ikan tiba-tiba menyambarnya. Hatinya senang ketika melihat seekor ikan mas cantik tergantung di ujung tali pancingnya. Sisik ikan mas tersebut sangat indah berwarna kuning keemasan. Seumur hidupnya belum pernah dilihatnya ikan seperti itu.
“Aduhai, cantiknya ikan mas yang ku dapat. Sayangnya, hanya ikan mas ini hasil tangkapanku hari ini. Aku akan membawanya pulang untuk dimasak.” ujar Toba.
Segera si pemuda bergegas pulang ke rumah untuk memasak ikan hasil tangkapannya. Setibanya di rumah, si pemuda menaruh ikan mas di sebuah wadah. Ia segera menyiapkan kayu bakar untuk memasak. Ternyata kayu bakar yang dimiliki si pemuda telah habis. Dia pun keluar untuk mengambil kayu bakar di belakang rumahnya. Setelah mengambil beberapa potong kayu bakar dia kembali ke dapur untuk memasak.
Betapa terkejutnya si pemuda, sesampainya di dapur ia mendapati ikan mas telah hilang. Namun anehnya di dekat tempat ikan mas tersebut terhampar beberapa keping uang mas. Toba terheran-heran melihat keanehan tersebut. Ia hanya melongo melihat koin emas di atas meja. Karena kebingungan, Toba kemudian masuk ke dalam kamarnya. Betapa terkejutnya pemuda tersebut ketika melihat seorang wanita cantik di dalam kamarnya.
"Siapakah engkau hai wanita cantik? Darimana asalmu? Kenapa engkau ada di dalam rumahku?" Tanya si pemuda keheranan.
"Aku adalah ikan mas hasil tangkapanmu tadi, sedangkan uang emas di atas meja adalah penjelmaan dari sisik tubuhku." jawab wanita cantik tersebut.
“Namaku Putri. Aku pernah melanggar larangan Dewata hingga akhirnya Dewa memberi kutukan bahwa Aku akan berubah menjadi seekor ikan. Kutukan akan hilang dengan sendirinya jika ada manusia yang menyentuhku. Karena Engkau menyentuhku, maka Aku pun terbebas dari kutukan. Terima kasih Engkau telah membebaskanku.”
Tak pelak Toba merasa gembira bercampur bingung. Ia tak mengira ikan mas cantik yang diperolehnya menjelma menjadi seorang wanita cantik jelita. Setelah memperkenalkan dirinya, tanpa berpikir panjang, Toba meminta si wanita cantik untuk menjadi istrinya.
"Oh begitu rupanya. Aku adalah seorang petani. Namaku Toba. Maukah engkau menjadi istriku hai wanita cantik?" tanya si pemuda malu-malu.
Si wanita menunduk dan terdiam sejenak, kemudian berkata "Baiklah aku bersedia menjadi istrimu tapi dengan satu syarat engkau tak boleh mengungkit-ungkit asal usulku, bahwa Aku adalah penjelmaan ikan. Jika Engkau mengungkit masa laluku, maka akan terjadi bencana besar." jawab si wanita cantik.
"Tentu saja Aku tidak perduli dengan asal usulmu. Aku menyanggupi syaratmu." ujar si pemuda sambil mengganggukkan kepala.
Tak lama kemudian merekapun menikah. Walaupun mereka berdua hidup sangat sederhana namun, waktu berlalu begitu cepat bagi sepasang suami istri yang berbahagia tersebut. Toba pun bekerja lebih giat lagi guna membahagiakan istrinya. Karena ketekunannya, kehidupan mereka berdua menjadi semakin baik. Penduduk desa menjadi gempar dengan kehadiran wanita cantik yang tidak jelas asal-usulnya. Mereka sering bertanya kepada Toba perihal asal-usul istrinya yang cantik. Namun Toba tidak pernah memperdulikan penduduk desa. Perubahan kehidupan Toba yang mulanya seorang pemuda miskin menjadi mapan membuat penduduk desa mengira Toba memelihara mahluk halus. Namun Toba tak pernah memperdulikan gunjingan penduduk desa.
Tanpa terasa Toba dan Putri akhirnya dikaruniai seorang anak laki-laki yang mereka beri nama Samo. Samo tumbuh menjadi anak yang sehat. Ibunya sangat memanjakan Samo. Apapun yang diminta Samo akan dipenuhi oleh ibunya. Akibatnya setelah berumur 6 tahun, Samo berubah menjadi anak sangat nakal dan sulit untuk di nasehati.
Samo lebih senang bermain dan bermalas-malasan daripada membantu kedua orang tuanya. Ibunya sering menyuruhnya mengantarkan nasi untuk ayahnya di ladang, tapi Samo selalu menolaknya. Ibunya terpaksa mengantarkan sendiri nasi untuk suaminya ke ladang.
Suatu hari, seperti biasanya, Samo disuruh ibunya mengantarkan nasi untuk ayahnya di ladang. Awalnya ia tidak mau, tapi karena ibunya terus memaksa akhirnya ia pun pergi ke ladang mengantarkan bungkusan nasi untuk ayahnya. Sang ibu memberikan bungkusan berisi nasi dengan lauk ikan. Di tengah perjalanan ke ladang, Samo merasa lapar.
“Aduh perutku keroncongan setelah lama bermain tadi. Ya sudah Aku makan saja bungkusan nasi ini.”
Samo kemudian memakan nasi untuk ayahnya hingga habis. Samo hanya menyisakan tulang ikan. Ia kemudian membungkusnya kembali. Sesampainya di ladang, Samo memberikan bungkusan nasi pada ayahnya. Karena sudah sangat lapar, ayah Samo langsung membuka bungkusan nasi tersebut. Ia terkejut saat mengetahui isi bungkusan hanya berisi tulang ikan. Si ayah kemudian memarahi Samo. Toba Melanggar Sumpahnya
"Hai Samo!, apa yang kamu lakukan? Kenapa di dalam bungkusan hanya berisi tulang ikan? Kau kah yang memakannya?" teriak ayahnya pada Samo.
"Maaf ayah, di jalan perut saya terasa lapar, jadi saya makan nasi punya ayah." kata Samo ketakutan.
Si ayah marah besar kemudian menampar pipi anaknya sambil berkata bahwa anaknya adalah anak ikan.
“Memang benar-benar kamu ini keterlaluan!. Tak bisakah Kau membantu orang tuamu. Kenapa kamu sulit sekali diatur? Mungkin karena kamu anak ikan!"
Samo menangis karena di tampar ayahnya. Ia berlari pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, Samo mengadu pada ibunya bahwa ayahnya telah memukulinya sambil mengatainya sebagai anak ikan. Samo bertanya pada ibunya apakah ia memang benar anak ikan.
"Ibu...benarkah apa yang dikatakan ayah bahwa aku anaknya ikan?"
Sang ibu kaget mendengar pertanyaan anaknya. Sambil menangis ia memeluk Samo. Sang ibu berkata bahwa ayahnya telah melanggar sumpah.
"Anakku, Ibu memang seorang ikan yang berubah menjadi manusia. Tetapi, Ayahmu telah melangar sumpahnya. Ia bersumpah tak akan mengungkit asal-usul ibu. Engkau pergilah ke atas bukit, naiklah pohon yang tinggi untuk menyelamatkan dirimu. Sedangkan ibu harus kembali ke alam ibu."
Samo segera menuruti perintah ibunya dengan pergi menyelamatkan diri ke atas bukit. Setelah tampak olehnya Samo menaiki pohon tinggi di atas bukit, Ibu Samo segera berlari menuju sungai. Saat itu terdengar petir menyambar-nyambar di susul hujan deras. Tiba-tiba saja langit berubah menjadi gelap.
Ibu Samo kembali berubah menjadi seekor ikan dan kemudian menghilang entah kemana, sedangkan dari bekas telapak kakinya keluar air sangat deras. Tidak lama kemudian tempat tersebut tergenang air membentuk sebuah danau. Sementara si ayah tidak bisa menyelamatkan dirinya. Dia mati terseret arus air yang deras. Masyarakat kemudian menyebut danau tersebut dengan nama Danau Toba.
***
Bonar mengentikan baca bukunya.
"Cerita yang bagus asal dari Sumatra Utara," kata Bonar.
Bonar melanjutkan baca bukunya.
Isi lanjutan buku yang di baca Bonar :
Hingga kini tidak ada yang mengetahui keberadaan Samo namun, bukit tempat menghilangnya samo yang terletak di tengah danau, disebut dengan nama pulau Samosir (Samo yang diusir). Kata Toba memiliki arti tidak tahu balas budi. Seiring waktu, masyarakat lambat laun menyebut Danau tersebut dengan nama Danau Toba. Danau Toba merupakan danau terbesar di Indonesia yang terletak di Provinsi Sumatera Utara. Di tengah danau terdapat sebuah pulau bernama pulau Samosir. Sekitar 74ribu tahun lalu, terjadi letusan dahsyat sebuah gunung api super. Sebagai hasilnya, terbentuk sebuah kaldera yang kemudian terisi oleh air dan menjadi sebuah danau. Sementara sisa magma yang belum keluar menekan ke atas bagian tengah kaldera hingga menjadi sebuah pulau, yaitu pulau Samosir.
Bonar menyelesaikan baca bukunya, ya buku di tutup dan juga di taruh di meja dengan baik banget.
No comments:
Post a Comment