Ramji adalah juru masak desa yang naif dan penurut yang telah mengambil tanggung jawab tunggal untuk menikahkan saudara perempuannya dengan keluarga yang baik, karena mereka adalah yatim piatu. Dia akhirnya menemukan pelamar yang baik untuknya dan kemudian dia harus membayar mahar untuk keluarga mempelai pria - di mana pernikahan diatur dan persiapan dilakukan. Oleh karena itu, Ramji berencana untuk pergi ke London dan bekerja sebagai juru masak untuk keluarga pengusaha India multi-jutawan dolar yang berbasis di London. Pengaturannya adalah Ramji harus mengirimkan sebagian dari gajinya sebagai kompensasi atas mahar yang dia miliki. Sayangnya pada hari Ramji tiba di depan pintu majikan, jutawan yang mempekerjakannya sakit parah, dan akhirnya meninggal dunia sebelum menandatangani dokumen Ramji - membuatnya menganggur. Putus asa untuk tinggal dan mendapatkan (seperti yang dia janjikan mahar saudara perempuannya), dia mulai bekerja secara ilegal (tanpa izin kerja) sebagai koki ahli India di sebuah restoran India milik seorang NRI, Guru, yang memiliki seorang istri dan seorang putra cacat. Akhirnya, karena sikapnya yang baik, keramahan dan keahliannya, dia memenangkan hati keluarga.
Jai Kapoor, teman pengacara Guru yang licik, menjelaskan bahwa satu-satunya jalan keluar adalah menikah dengan warga negara Inggris, dan menyarankan Ramji untuk menikahi pacarnya sendiri, Samira. Guru juga meyakinkan Ramji untuk melakukan 'perkawinan demi kemudahan' agar ia dapat memenangkan kasus ini melawan polisi yang telah mengajukan kasus terhadap bisnis restorannya (mempekerjakan imigran ilegal). Ramji dengan enggan menyetujui pernikahan "palsu" dengan pacar Jai, Samira, dan mereka menikah pada akhir pekan di dalam gereja (agar dokumen lebih cepat). Untuk semua tipu muslihat ini, pengacara mengenakan biaya besar dari Tuan Guru dan menyimpannya di rekening bersama miliknya dengan Samira.
Polisi semakin curiga bahwa ini adalah pernikahan palsu dan merujuk masalah tersebut ke konsulat. Kedutaan mengundang Ramji dan Samira untuk wawancara yang mereka mulai persiapkan dengan lebih mengenal satu sama lain. Saat ini, Ramji mengetahui lebih banyak tentang karakter Jai (pengacara) yang cerdik dan licik dalam pertemuan kebetulan di halte bus dengan mantan istri Jai. Wanita itu menjelaskan bagaimana Jai telah menjanjikan banyak hal padanya dan kemudian tiba-tiba meninggalkan dia dan putranya - yang mana dia akan membalas dendam padanya karena meninggalkan keluarganya. Ramji menjelaskan semua ini kepada Samira dan Samira juga bertemu dengan mantan istri Jai. Sementara itu, pengejaran terus-menerus oleh polisi memaksa Samira dan Ramji untuk tetap tinggal bersama untuk menghindari deteksi pihak berwenang. Samira sangat bermasalah dengan perilaku pedesaan Ramji. Untuk memecahkan es, Ramji memasak makanan lezat untuk Samira dan memenangkan hatinya. Lambat laun, Samira pun menyadari bahwa Jai hanya bermain-main dengan hidupnya dan tidak terlalu mencintainya.
Sementara itu, Ramji tidak bisa mengirimkan cicilan mahar seperti yang dijanjikan dan kakak iparnya mengusirnya dari rumah. Kakak perempuan Ramji dengan putus asa menelepon Ramji dan Samira menjawab panggilan tersebut dan menangani situasi tersebut dengan mengirimkan semua uang yang diterima untuk pernikahan palsu di rekening bersama dia dan Jai kepadanya dan memastikan teman lamanya dirawat. Sayangnya, dalam wawancara terakhir mereka dengan konsulat, Ramji menjawab lebih dari yang diminta di kantor imigrasi kemudian terpaksa kembali ke India (karena menjadi pekerja ilegal). Namun, saat Ramji bersiap untuk dideportasi, sebuah kabar baik datang; Ramji memenangkan kompetisi memasak (yang telah diminta oleh Samira) dan dengan demikian, memenangkan lebih banyak uang dan kesempatan kerja di Ritz Hotel.
Ramji menjawab Samira bahwa dia akan menggunakan uang kompetisi £ 50.000 untuk membangun sekolah bahasa Inggris di desanya sehingga tidak ada yang buta huruf. Nenek Samira memberikan paspor dan tiketnya agar dia bisa bergabung dengan Ramji. Setelah 10 bulan restorannya siap di India dan saudara perempuannya telah melahirkan. Sementara itu, mereka semua menunggu tamu misterius untuk meresmikan restoran tersebut. Ini ternyata Amitabh Bacchan dan berakhir dengan dia memotong pita.
Budi selesai baca cerpen yang cerita menarik gitu, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja gitu. Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus gitu. Eko datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan dengan baik di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi gitu.
"Kecewa," kata Budi.
"Ada apa dengan kata kecewa itu?" kata Eko.
"Urusan cinta," kata Budi.
"Oooo kaitan dengan urusan cinta toh," kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Jangan-jangan sebuah cerita, ya Budi. Ya permainan seandainya gitu?" kata Eko.
"Iya sebuah cerita. Permainan seandainya gitu," kata Budi.
"Ya gimanana ceritanya, ya Budi?" kata Eko.
"Ya begini cerita, ya seperti ini. Diana suka dengan Irfan, ya maka itu Diana ingin dekat dengan Irfan sebatas teman dulu gitu. Irfan memang menyukai Diana, ya hubungan keduanya di jalankan dengan baik gitu. Irfan bertemu dengan Lara, ya menjalin hubungan pertemanan dengan baik. Irfan yang dekat dengan Diana menjalin kisah cinta yang baik gitu, ya pacaran gitu. Tiba-tiba memutuskan hubungan kisah cinta, ya Irfan dan Diana, ya tidak ada masalah gitu.
Irfan memutuskan hubungan sampai berkata "Hubungan kita putus seperti ranting pohon yang aku pegang dan aku patahkan!".
Diana mendengar perkataan Irfan yang menyatakan putus, ya sakit banget di rasakan Diana sampai rasa sakit itu menghancurkan hatinya. Diana menangis sedih gitu. Irfan tidak ada urusan dengan Diana lagi. Irfan berhubungan baik dengan Lara, ya sampai memutuskan untuk pacaran gitu. Sampai waktunya, ya Diana tahu kenapa dirinya di putus Irfan?. Ya Irfan memilih Lara untuk jadi kekasihnya. Lara itu, ya kakaknya Diana. Ya Diana sungguh kecewa banget dengan Irfan putus hubungan dengannya demi jadian sama Lara. Hancur hati Diana gitu. Begitulah ceritanya!" kata Budi.
"Cerita yang bagus," kata Eko.
"Sekedar cerita saja. Dunia ini masih banyak lebih baik bercerita dari aku tentang cerita tema cinta. Yang lebih baik itu sinetron atau film gitu," kata Budi.
"Aku paham omongan Budi!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Ya kecewalah kalau kisah cinta seperti apa yang di ceritakan Budi dengan baik gitu?" kata Eko.
"Tega," kata Budi.
"Tega. Putus hubungan si cowok dengan cewek pertama, ya milih cewek yang kedua. Ya urusannya hubungan cewek-cewek tersebut adik kakak," kata Eko.
"Dari dulu cinta membuat senang tapi cinta juga membawa penderitaan," kata Budi.
"Cinta yang membawa penderitaan...ambyar jadinya," kata Eko.
"Permainan seandainya selesai. Bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi.
"Ya Aku paham omongan Budi!" kata Eko.
"Emmm," kata Budi.
"Kalau begitu. Main kartu remi!" kata Eko.
"Okey main kartu remi!" kata Budi.
Budi mengambil kartu remi di bawah meja, ya kartu remi di kocok dengan baik dan di bagikan dengan baik kartu remi gitu. Eko dan Budi main kartu remi dengan baik gitu.
"Hidup ini. Tetap antara baik dan buruk, ya kan Eko?" kata Budi.
"Tetap sama hidup ini antara baik dan buruk. Karena hidup ini, ya antara paham ilmu agama dan tidak paham ilmu agama," kata Eko.
"Penyakit hati yang terjadi. Ujian," kata Budi.
"Memang ujian hidup ini, ya penyakit hati," kata Eko.
Abdul datang ke rumah Budi, ya di parkirkan motornya di depan rumah Budi dengan baik. Abdul duduk dengan baik, ya bersama Eko dan Budi. Setelah permainan kartu remi di menangkan oleh Eko. Ya Abdul ikut main permainan kartu remi, ya permainan cangkulan gitu.
"Gimana keadaan pasar, ya Abdul?" kata Budi.
"Pasar keadaannya. Antara baik dan buruk saja!" kata Abdul.
"Emmm," kata Eko.
"Baik dan buruk," kata Budi.
"Paham ilmu agama dan tidak," kata Eko.
"Bener sih omongan Eko. Antara paham ilmu agama dan tidak," kata Abdul.
"Jadinya. Ujian hidup ini, ya penyakit hati," kata Budi.
"Ya realitanya begitu. Penyakit hati," kata Abdul.
"Emmm," kata Eko.
Ketiganya main kartu remi dengan baik, ya main cangkulan gitu.
No comments:
Post a Comment