CAMPUR ADUK

Sunday, September 24, 2023

HATCHET FOR THE HONEYMOON

Budi duduk santai di depan rumahnya, ya sedang membaca cerpen yang ceritanya menarik banget, ya sambil menikmati minum kopi dan makan singkong rebus gitu. 

Isi cerita yang di baca Budi :

John Harrington adalah seorang pria tampan berusia 30 tahun yang merasa harus membunuh pengantin muda untuk mengingat detail trauma masa kecilnya. John tinggal di sebuah vila luas di luar Paris, tempat dia mengelola pabrik gaun pengantin milik mendiang ibunya dan didukung secara finansial oleh istrinya Mildred. Dia dan Mildred tidak cocok, tapi dia menolak untuk mempertimbangkan permohonan perceraiannya. Setiap kali dia mendengar bahwa salah satu model yang bekerja di pabrik pakaian akan menikah, dia membacoknya sampai mati dengan pisau daging saat dia mengenakan gaun pengantinnya, membakar tubuhnya di tungku rumah kacanya, dan menggunakan abunya sebagai bahan bakar. pupuk. Setiap pembunuhan memberinya gambaran yang lebih jelas tentang ingatan traumatisnya. Inspektur Russell sering mampir untuk menanyai John tentang enam model yang menghilang dari salon pengantinnya,

Di kantornya, John bertemu Helen Wood, yang datang untuk melamar pekerjaan yang "dikosongkan" oleh salah satu model yang hilang secara misterius. Terkesan dengan kecerdasan dan kecantikannya, John mempekerjakannya. Selama beberapa hari berikutnya, John jatuh cinta dengan Helen. Setelah mengantar Mildred ke bandara untuk liburan selama seminggu, dia mengajak Helen makan malam. Dia kembali untuk menemukan Mildred di rumah; dia mengungkapkan bahwa liburan itu adalah tipu muslihat, dan dia mengambil penerbangan berikutnya kembali dengan harapan bisa menangkapnya dalam tindakan perselingkuhan. Merasa terjebak oleh kehadiran Mildred yang terus-menerus, dia mengenakan gaun pengantin dan membacoknya sampai mati dengan parang. Dia menguburkannya di halaman rumah kaca.

Setiap orang yang diajak bicara John melihat Mildred, sangat hidup, tetapi John tidak dapat melihat atau mendengarnya. Dia membakar sisa-sisa Mildred di tungku dan menyimpan abunya di tas tangan, tapi dia terus menghantuinya sampai dia menyebarkan abunya ke sungai dan membuang tas tangan itu. Ketika John mencoba membunuh wanita lain, dia digagalkan oleh Inspektur Russell. Desakannya menjadi frustrasi, ketika dia kembali ke rumah dan menemukan Helen menunggunya, dia tidak dapat menahan keinginan untuk membunuhnya sebagai gantinya. Dia membawa Helen ke ruangan tersembunyi yang sama tempat dia membunuh sebagian besar model. Setelah meyakinkannya untuk berganti pakaian menjadi gaun pengantin, dia memberi tahu Helen bahwa dia tidak pernah ingin menyakitinya, tetapi ingin "memasang bagian terakhir ini pada tempatnya". Dia menyerang Helen dengan parang. Dia memblokir pukulan itu, tapi gelombang awal akhirnya mengembalikan ingatan John: sebagai seorang anak muda,

Helen mengizinkan Inspektur Russell dan tim polisi masuk ke ruangan; Russell telah meyakinkannya untuk mengambil bagian dalam operasi penyergapan ini sebelum John mempekerjakannya. John dimasukkan ke dalam mobil polisi dengan dua polisi mengawalnya. Salah satu dari mereka meletakkan tas tangan berisi abu Mildred di samping John. Mildred muncul, kali ini hanya kepada John. Dia mengatakan kepadanya bahwa sekarang mereka akan bersama selamanya, "pertama di rumah sakit jiwa, dan kemudian di Neraka untuk selama-lamanya". John mengamuk karena ketakutan.

***

Budi selesai baca cerpen, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja. 

"Eko belum datang juga. Kalau begitu aku gambar saja!" kata Budi. 

Budi mengambil buku gambar, pensil, dan pensil warna. 

"Menggambar apa ya?" kata Budi. 

Budi menggambar dengan baik di buku gambar gitu. Sampai gambar jadi, ya buku gambar di taruh di meja. Ya Budi menikmati minum kopi dan makan singkong rebus. Eko datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan dengan baik di depan rumah Budi gitu. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi.

"Hidup ini di nikmati dengan baik," kata Eko. 

"Dinikmati hidup ini," kata Budi. 

Eko mengambil singkong rebus di piring, ya di makan dengan baik gitu. 

"Singkong rebus ini enak!" kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

Eko melihat buku gambar di meja, ya ada gambar yang di buat Budi, ya Eko berkata "Budi menggambar sesuatu yang bagus!" 

"Sekedar menggambar saja Eko. Dunia ini masih banyak yang lebih baik dari pada aku. Yang lebih baik itu, ya orang-orang yang terkenal dengan gambarannya, ya contohnya : tokoh karakter Naruto yang di tayangkan di Tv," kata Budi. 

"Ya aku paham omongan Budi!" kata Eko. 

Eko mengambil gelas aqua di bawah meja, ya tepatnya di dalam kardus. Aqua gelas di minum dengan baik sama Eko. Memang aqua gelas di siapkan satu dus dan di taruh di bawah meja, ya untuk tamu. 

"Tidak tahu atau tidak mengenal," kata Budi. 

"Apa maksud omongan Budi itu?" kata Eko. 

Gelas aqua di taruh di meja. 

"Jika kita hidup di daerah terpencil, ya jauh dari informasi ini dan itu. Media cetak atau eletronik. Jadi kita tidak tahu atau tidak mengenal tentang artis atau bintang olahraga ini dan itu," kata Budi. 

"Yaaaa iyalah jika berada di keadaan daerah terpencil, ya tidak tahu atau tidak kenal lah orang-orang ini dan itu, ya ada di media cetak dan eletronik. Keterbasan informasi," kata Eko. 

"Hidup di jalanin dengan baik, ya cukup makan dan minum," kata Budi. 

"Hidup apa adanya," kata Eko. 

"Karena kita hidup di kota. Jadi kita mengenal atau tahu tentang artis dan bintang olahraga dari media cetak dan eletronik yang di sukai manusia karena kepintaraannya di bidangnya," kata Budi. 

"Realita tinggal di kota, ya jadi tahu tentang artis ini dan itu, ya bintang olahraga ini dan itu. Media ini dan itu memberitakan dengan baik. Informasi tersebar dengan baik," kata Eko. 

"Untuk mencapai kesuksesan di bidangnya yang di tekunin ternyata tidak sekedar kepintaran saja, ya ada kerja keras dan keberuntungan," kata Budi. 

"Realita tentang orang-orang yang sukses di bidang ini dan itu," kata Eko. 

"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi. 

"Memang sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Eko. 

"Jadi jika kita ingin di kenal, ya orang-orang tentang sebuah karya. Amatiran saja. Vidio tentang menyanyi di sebarkan di You Tobe. Ya orang-orang menontonnya dan terkenal. Mudah banget zaman sekarang untuk di kenal orang karena pinter di bidangnya, ya beda dengan cerita orang-orang yang susah membuat dirinya di kenal gitu karena keterbatasan teknologi informasi ini dan itu," kata Budi. 

"Perkembangan zaman sekarang karena teknologi, ya mudah ini dan itu di kenal orang gitu," kata Eko. 

"Begitu juga karya sebuah tulisan!" kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

"Kalau begitu. Main catur saja!" kata Budi.

"Oke. Main catur!" kata Eko.

Budi mengambil buku gambar di meja, ya beserta pensil dan pensil warna, ya di taruh di bawah meja. Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya papan catur di taruh di atas meja. Eko dan Budi menyusun bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik gitu.

"Terkadang aku merasa ada yang aneh?" kata Budi.

"Apa itu?" kata Eko.

"Rasa kecewa," kata Budi.

"Urusan Budi berkaitan dengan cinta, ya Budi?" kata Eko.

"Cinta?" kata Budi.

"Jadi bukan cinta?" kata Eko.

"Masih urusan cinta tapi beda," kata Budi.

"Ooooo," kata Eko.

"Dari sisi penggemar gitu," kata Budi.

"Ooooo penggemar toh!" kata Eko.

"Ketika artis yang di sukai tidak jadi tampil di acara live musik gitu. Rasa kecewa itu ada. Begitu juga seperti nonton pertandingan sepak bola, ya yang di jagoin kalah jadinya rasa kecewa itu ada," kata Budi.

"Hal itu kan biasa dari sisi penggemar," kata Eko. 

"Memang biasa sih. Kalau tuh artis muncul di acara live musik, ya rasa senang, ya cinta dari penggemar. Begitu juga kalau urusan sepak bola, ya yang di jagoin menang, ya jadi rasa senang, ya rasa cinta dari penggemar," kata Budi. 

"Nama juga manusia punya rasa ini dan itu," kata Eko. 

"Manusia," kata Budi. 

Budi dan Eko terus main catur dengan baik gitu. 

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK