CAMPUR ADUK

Saturday, September 2, 2023

COSA AVETE FATTO A SOLANGE?

Budi sedang duduk santai di depan rumahnya, ya sambil membaca cerpen yang ceritanya menarik banget gitu. Ya Budi sambil menikmati minum kopi botolan dan makan singkong rebus gitu.

Isi cerita yang di baca Budi :

Saat berada di perahu bermesraan dengan profesor perguruan tinggi Italia-nya, Enrico Rosseni, Elizabeth Seccles menyaksikan seorang pria dengan pisau menikam wanita lain di hutan di pantai terdekat. Rosseni meyakinkan Elizabeth untuk bungkam atas apa yang dilihatnya, apalagi setelah ternyata korban tewas adalah salah satu teman sekelasnya dan dibunuh dengan cara ditusukkan pisau panjang jauh ke dalam vaginanya. Gadis lain, seorang mahasiswa di perguruan tinggi yang sama, kemudian dibunuh oleh penyerang yang sama.

Tak lama kemudian, Elizabeth dibunuh di kamar mandinya. Polisi mencurigai Rosseni, yang mengakui perselingkuhannya dengan istrinya yang melakukan pelecehan seksual, Herta, dengan harapan mendapatkan bantuannya untuk membersihkan namanya. Rosseni terhapus ketika kesamaan ditentukan oleh pembunuhan selanjutnya. Semua korban telah melihat seorang pendeta setempat dan berteman dengan seorang wanita muda bernama Solange, yang mulai bersekolah pada semester sebelumnya tetapi menghilang secara misterius.

Investigasi Rosseni pada akhirnya mengarah pada keberadaan klub rahasia hedonistik yang terdiri dari mahasiswi yang menjadi anggota Elizabeth dan korban pembunuhan lainnya. Polisi selanjutnya mengetahui bahwa pendeta yang diajak bicara oleh beberapa korban bukanlah pendeta sungguhan. Dia malah ayah Solange, seorang profesor tetap kaya di sekolah yang sama.

Ruth Holden (alias "Tata") adalah pembantu tua Brenda, salah satu teman sekelas Solange yang juga terlibat dalam pesta seks. Ruth ditemukan bersama anjingnya, dibunuh dengan kejam dengan menusukkan sabit ke dalam vaginanya. Rosseni, Herta, dan polisi menghadapi sang ayah, yang pada awalnya menyangkal melakukan kesalahan hingga putrinya Solange muncul. Bisu dan tampak terganggu secara emosional, dia membawa Herta ke tempat anggota terakhir klub seks diculik.

Sang ayah kemudian mengaku mengapa dia membunuh korbannya. Putrinya Solange berteman dengan anggota klub seks dan diberikan keanggotaan. Namun, setelah pesta pertamanya, dia hamil. Gadis-gadis lain mendesak Solange untuk mengatasi situasi tersebut dengan bertemu dengan Ruth Holden, yang juga berfungsi sebagai pelaku aborsi di gang belakang. Peristiwa ini membuat Solange trauma secara fisik, mental dan emosional. Dia selanjutnya berada dalam kondisi mental yang sangat membosankan dimana dia berfungsi seperti bayi, tidak lagi dapat berbicara dan tidak dapat hamil.

Setelah mengakui pembunuhannya, sang ayah kemudian bunuh diri dengan menembak dirinya sendiri di mejanya. Pada titik tertentu, dia menyadari bahwa aborsi adalah penyebab Solange menjadi tidak sah dan secara simbolis melakukan tindakan serupa pada gadis-gadis tersebut setelah mereka memberinya rincian tentang trauma apa yang sebenarnya menimpa Solange.

***

Budi selesai baca cerpen, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja gitu. Ya Budi menikmati minum kopi botolan dan singkong rebus gitu. Eko datang ke rumah Budi, ya di parkirkan motornya dengan baik di depan rumah Budi gitu. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi.

"Kopi," kata Eko. 

Di meja ada kopi botolan dan singkong rebus di piring, ya memang di sajikan Budi gitu. Eko mengambil kopi botolan, ya di minum kopi botolan dengan baik.

"Enak kopi botolan ini. Sesuai dengan iklannya, ya kan Budi?" kata Eko.

"Ya realitanya begitu," kata Budi.

"Hidup ini di nikmati dengan sederhana," kata Eko.

Eko menaruh kopi botolan di meja gitu.

"Realitanya begitu. Keadaan menikmati hidup ini. Sederhana. Ya kalau orang kaya, ya punya uang banyak. Liburan ke suatu tempat dengan baik, ya indah gitu. Wisata. Bisa juga keluar negeri gitu, ya wisata gitu," kata Budi.

"Orang kaya lebih baik menikmati hidup ini," kata Eko.

"Jadi hidup ini tetap sama kan Eko?" kata Budi.

"Maksud Budi?" kata Eko.

"Antara baik dan buruk," kata Budi.

"Oooooo perilaku manusia, ya antara baik dan buruk," kata Eko.

"Yang baik itu, ya menyukai kita. Contohnya : jika kita mengalami kesulitan, ya yang baik itu menolong dengan baik banget, ya agar urusan masalah selesai. Yang buruk itu, ya yang tidak menyukai kita. Contohnya : kita berjalan baik, ya tapi benci dengan baik dengan cara di curi benda yang kita sukai dengan tujuan menjatuhkan atau ada yang menolong kita, ya orang buruk itu tidak suka orang lain menolong kita," kata Budi.

"Ya benarlah omongan Budi," kata Eko.

"Emmm," kata Budi.

"Manusia yang berpura-pura dengan perilakunya tetap harus di waspadai di lingkungan mana pun dan di daerah mana pun," kata Eko.

"Memang harus waspada," kata Budi.

"Emmm," kata Eko.

"Main kartu remi saja!" kata Budi.

"Ok. Main kartu remi!" kata Eko.

Budi mengambil kartu remi di bawah meja, ya kartu remi di kocok dengan baik dan di bagikan dengan baik gitu. Eko dan Budi main kartu remi dengan baik, ya main permainan cangkulan gitu.

"Kartu remi!" kata Budi.

"Kita lagi main kartu remi!" kata Eko.

"Ya memang kita lagi main kartu remi. Tapi aku inget tentang Kamen Rider Blade, yang mengangkat tema tentang kartu remi," kata Budi.

"Oooo Kamen Rider Blade toh. Ya memang berkaitan dengan kartu remi sih. Cerita Kamen Rider Blade, ya bagus gitu," kata Eko.

"Memang cerita Kamen Rider Blade bagus. Karena yang membuat ceritanya pinter!" kata Budi.

"Industri," kata Eko.

"Kalau Eko ngomong kata industri, ya berkaitan dengan ekonomi," kata Budi.

"Kan memang realitanya berkaitan dengan ekonomi. Sinetron atau film, ya Kamen Rider Blade," kata Eko.

"Memang realitanya sih!" kata Budi.

Budi dan Eko terus main kartu remi dengan baik banget gitu.

"Apa mungkin?" kata Budi berpikir panjang.

"Apa yang ingin di maksud Budi?" kata Eko.

"Ya versi Kamen Rider lain, ya temanya masih urusan kartu remi," kata Budi.

"Mungkin sih terjadi jika tema kartu remi lagi di kaitan dengan Kamen Rider lain gitu," kata Eko.

"Versi baru mungkin jadi lebih menarik, ya mengikuti perkembangan sekarang," kata Budi.

"Mungkin menarik. Contohnya : film lama di buat film barunya, ya versi sekarang di perhitungkan dengan baik cerita dan intriknya dengan baik. Jadi lebih menarik banget gitu," kata Eko.

"Contoh yang omongan Eko bener sih. Lebih menarik di perhitungkan dengan baik ceritanya dan intriknya," kata Budi.

"Emmm," kata Eko.

Eko dan Budi main kartu remi dengan baik, ya menang permainan adalah Budi. Jadi Eko mengocok kartu dengan baik dan di bagikan dengan baik kartu gitu. Budi dan Eko main kartu remi lagi dengan baik gitu.

"Ngomong-ngomong Eko. Berita tentang olahraga ini dan itu, ya bagus kan Eko?" kata Budi.

"Minta pendapat aku, ya Budi?" kata Eko.

"Ya iya minta pendapat Eko. Memang minta pendapat siapa?. Kan tidak ada orang lain. Cuma aku dan Eko saja di sini!" kata Budi.

"Kan ada yang lain Budi?" kata Eko.

"Mana yang lain?" kata Budi.

Budi lihat sana dan sini.

"Tidak ada lain!" kata Budi.

"Hantu!!!" kata Eko.

"Becanda!!!" kata Budi.

"Becanda lah. Tidak perlu serius amat!" kata Eko.

"Aku paham omongan Eko!" kata Budi.

"Kalau hantu nakal, ya pasti ngerjain orang-orang. Menakut-menakutin!" kata Eko.

"Sinetron atau film!!!" kata Budi.

"Ya oke. Pendapatku tentang berita olahraga yang di tayangkan di Tv, ya kan Budi?" kata Eko.

"Berita di Tv!" kata Budi.

"Bagus berita olahraga yang ini dan itu. Pinter - pinter orang-orang yang meliput berita olahraga dan di beritakan dengan baik gitu!" kata Eko.

"Bagus!!!" kata Budi.

"Emmm," kata Eko.

Eko dan Budi main terus kartu remi dengan baik banget gitu.

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK