CAMPUR ADUK

Thursday, July 21, 2022

KABAYAN DAN LINTAH DARAT

Budi dan Eko duduk di depan rumah Budi, ya sambil menikmati minum kopi dan juga gorengan, ya gorengannya beli lah. Keduanya lagi asik mendengarkan musik dari  radionya Budi lah.

"Lagunya bagus, ya kan Eko?" kata Budi.

"Iya," kata Eko.

Budi pun berpikir dengan baik dan mengingat sesuatu, ya tentang cewek berdasarkan sebuah cerita yang di baca Budi. Ya Budi pun berkata "Banyak bunga yang bermekaran. Hanya dia yang tetap ku cintai dengan baik."

Eko memang terkejut dengan omongan Budi dan Eko berkata "Budi sedang jatuh cinta pada seorang cewek?" 

"Aku tidak jatuh cinta sama cewek. Aku cuma mengikat tentang sebuah cerita sih," kata Budi.

"Oooooo....cerita toh. Kirain beneran Budi jatuh cinta sama cewek," kata Eko.

"Kalau aku beneran jatuh cinta sama cewek. Jadi mau di buat acara, ya Eko?" kata Budi.

"Di buat acara sih tidak ada masalah sih. Aku dan Abdul, ya merayakan keberhasilan Budi dapet cewek dan mengakhiri masa jomlo. Ya acaranya di buat seperti masa SMA saja. Makan bakso saja. Erwin paling mengucapkan selamat lewat telepon saja, karena Erwin ada di Jakarta, ya kuliah," kata Eko.

"Makan bakso. Masa SMA. Itu sih acara ulang tahun aku. Yang bayarin kan Erwin," kata Budi.

"Ya nama juga Erwin. Anak orang kaya. Ulang tahun teman kan di rayakan sekedar merayakan saja sih dengan makan bakso," kata Eko.

"Mau sih kue tar gitu," kata Budi.

"Kan kue tarnya dapetnya dari Putri," kata Eko.

"Iya sih dapet kue tarnya dari Putri. Ya yang bikin aku kesel sih Putri dengan dengan geng ceweknya. Ya aku di guyur air kembang, ya sambil mengucapkan selamat ulang tahun gitu dan semoga panjang umur. Ya jadi kenangan aku gitu," kata Budi.

"Ya nama juga berteman. Niatnya becanda," kata Eko.

"Memang sih niatnya becanda," kata Budi.

"Emmmm. Kata-kata yang di omongin Budi tadi. Tentang banyak bunga bermekaran. Hanya dia yang ku cintai. Berarti cowok tetap setia dengan cintanya sama cewek yang di sukai cowok itu. Kemungkinan ujiannya cewek-cewek cantik, ya kan Budi?" kata Eko.

"Ujiannya memang cewek cantik sih. Sampai-sampai hubungan kisah cintannya jadi rumit gitu, ya ada sih cerita putus sejenak gitu. Saat masalah sudah di selesai satu persatu sama cowoknya. Ya cowoknya balikan hubungan kisah cinta dengan cewek yang di sukai, ya nama juga cinta pertama, ya susah untuk di lupakan gitu," kata Budi.

"Ooooo begitu," kata Eko.

"Kalau begitu aku mau bercerita pake boneka sarung tangan. Jadi  radio aku matiin deh!" kata Budi.

"Emmmmmmm jadi aku jadi penonton yang baik," kata Eko.

Ya radio telah di matikan Budi dan segera mengambil boneka sarung tangan di kotak kardus, ya segera bercerita dengan baik gitu. Eko menonton pertunjukkan bonekanya Budi dengan baik.

Isi cerita yang di ceritakan Budi : 

Cerita rakyat Jawa Barat mengisahkan tentang Si Kabayan dan lintah darat. Si Kabayan berjalan mondar-mandir di rumahnya karena gelisah hari itu rentenir akan datang menagih hutang. Ia tidak punya uang untuk membayar cicilan hutangnya hari itu. Dan jika ia tidak membayar cicilan hari itu, tentu saja si rentenir kurang ajar itu akan menaikkan bunga pinjaman seenak perutnya. Pinjaman pokoknya belum terbayar, tiap nyicil cuma habis buat bayar bunganya. Si Kabayan menyesal telah meminjam uang kepada rentenir, namun saat itu ia terpaksa meminjam karena sangat membutuhkan uang. 

“Kurang ajar betul si rentenir. Dia tidak perduli dengan ajaran islam yang mengharamkan riba. Siksa neraka saja dia tidak takut apalagi sama kita. Dia tidak takut api neraka, malah membuat neraka buat orang lain.” gumam Kabayan.

Si Kabayan kemudian teringat percakapannya dengan Abah mertuanya, “Dengar Kabayan, seberani-beraninya manusia, percayalah dia selalu dibayangi oleh rasa takut. Berani dan takut itu merupakan dua sifat yang menempel dalam jiwa setiap manusia. Juga dalam jiwa si lintah darat kamu itu. Walaupun dia berani menentang larangan agama, dia pasti punya rasa takut akan sesuatu, yang entah apa, harus kamu cari dan ketahui, Kabayan.”

Muncul ide cemerlang Si Kabayan setelah teringat nasehat mertuanya itu. Ia pun memberitahukan rencananya kepada istrinya Nyi Iteung. Mendengar rencana suaminya, Nyi Iteung tertawa cekikikan. Mereka kemudian mulai menjalankan rencananya. Nyi Iteung memandikan si Kabayan dengan seember air tuak. 

Kemudian si Kabayan berguling-guling di atas hamparan kapuk sehingga seluruh badannya menjadi putih karena kapuk-kapuk yang menempel. Wajahnya mengenakan topeng Si Cepot berwarna merah. Kabayan kemudian masuk ke dalam sebuah kurungan ayam yang diatasnya ditutupi sehelai kain. Tidak lama kemudian Si rentenir datang ke rumah Kabayan untuk menagih hutang. Setelah mengetuk pintu, Nyi Iteung membukakan pintu dan mempersilahkan si rentenir masuk rumah.

"Kang Kabayan tidak ada di rumah, Tuan, jadi belum bisa bayar hutang hari ini. Lain kali saja Tuan." kata Si Iteung.

"Lho! Tidak bisa begitu! Ke mana dia? Dia kan tahu, saya akan datang untuk menagih hutang. Ke mana dia pergi?! Enak betul si Kabayan, berani pinjam uang eh...giliran ditagih malah menghindar terus." kata si rentenir.

"Kang Kabayan sedang menghadap kepala polisi, Tuan? Mau melaporkan bahwa dia baru menangkap seekor burung yang aneh. Burung itu akan diserahkan ke Pak Polisi. Itu burung anehnya ada di dalam kurungan ayam.“

"Aneh bagaimana? Saya mau lihat mana?" Lintah darat itu ingin melihatnya. Tapi Si Iteung segera melarangnya.

"Jangan Tuan! Jangan! Tuan besar kepala polisi sudah memerintahkan kami bahwa burung ajaib itu tidak boleh diperlihatkan kepada orang lain sebelum beliau melihatnya." kata Nyi Iteung.

Tapi si rentenir yang merasa penasaran tidak perduli. Lalu kurungan ayam itu diangkatnya. Tapi begitu diangkat kurungannya, Si Kabayan yang badannya penuh kapuk itu lari sambil mengepak-ngepakkan kedua belah tangannya seperti burung mengepak-ngepakkan sayapnya. 

Si Kabayan berteriak-teriak, “Wek wek wek wek! Barakataktak -botak!” Lalu menghilang. Si Kabayan sebenarnya lari ke belakang rumah dan bersembunyi di balik pepohonan sambil mengamati si rentenir dari jauh.

"Aduh, Tuan! Burungnya jadi kabur hilang." kata Si Iteung sambil pura-pura menangis. "Aduh! Apa nanti kata Pak kepala polisi?! Tuan harus menangkap kembali burung ajaib tadi. Kalu tidak, bisa-bisa Tuan nanti dipenjara oleh Pak Polisi karena telah menghilangkan burung ajaib itu.” 

Dan Si Iteung pura-pura nangis lagi, melolong-lolong. Mendengar tangisan Si Iteung itu, si rentenir merasa ketakutan, wajahnya berubah pucat pasi. Ia sangat takut kalau harus ditangkap polisi dan hidup di balik jeruji besi. 

Dengan gemetaran si rentenir berkata, “Jangan Nyi Iteung, jangan laporkan saya ke Pak Polisi. Bilang saja burung ajaibnya kabur sendiri. Sebagai gantinya hutang kang Kabayan saya anggap lunas.” 

Setelah mengucapkan kata-kata itu, si rentenir kemudian lari terbirit-birit. Melihat itu, Si Kabayan segera keluar dari tempat persembunyiannya. Bersama Nyi Iteung, mereka tertawa terbahak-bahak melihat si rentenir ketakutan. Mereka juga senang karena hutang si Kabayan telah dianggap lunas.

***

Budi cukup lama bercerita dan akhirnya selesai juga gitu. Eko memuji pertunjukkan boneka Budi dan juga ceritanya, ya bagus gitu. Budi menaruh boneka di kotak kardus gitu. Eko dan Budi, ya melanjutkan acara, ya main catur gitu. Sedangkan Abdul tidak main ke rumah Budi. Ya Abdul nonton Tv di ruang tengah, ya acara yang di tonton Abdul lawak lah.

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK