Konon dahulu kala sebelum alam semesta ini tercipta, tinggallah para dewa dan dewi di kahyangan Takamanohara. Di kahyangan inilah lahir semua dewa dan dewi. Mereka hidup damai, bersenang-senang dengan segala kemewahan yang ada. Dewa pencipta Kunitokotachi dan Amenominakanushi merasa ada yang kurang dalam tatanan alam semesta. Keindahan alam semesta ini belumlah sempurna tanpa adanya bumi yang bisa dihuni oleh manusia. Maka diciptakanlah sepasang dewa-dewi terakhir kakak beradik yang bernama Izanagi dan Izanami. Kedua dewa-dewi kakak beradik itu pun mendapat tugas suci untuk menciptakan bumi dan menurunkan keturunannya disana.
“Turunlah kalian berdua ke Yomitsu kuni (dunia bawah)! Ciptakanlah bumi yang bisa dihuni oleh manusia dan makhluk hidup lainnya, dan sebarkanlah keturunanmu disana!” perintah dewa Kunitokotachi.
“Dan, ini kuberikan tombak surga bertahtakan intan berlian yang bernama Ame no nuboko, yang akan membantu kalian mewujudkan semua itu,” kata dewa Amenominakanushi.
“Baik, Yang Mulia. Hamba laksanakan perintah paduka,” jawab Izanagi dan Izanami bersamaan.
Lalu dewa Izanagi dan dewi Izanami pun turun dari kahyangan. Mereka menaiki tangga langit yang bernama Ame no ukihashi yang menghubungkan negeri kahyangan dengan dunia bawah. Mereka melayang-layang di angkasa mencari letak bumi yang akan menjadi tempat tinggal mereka kelak. Setelah beberapa lama mencari kesana-sini kian kemari, mereka melihat ke bawah ada sebuah rawa lumpur yang sangat luas. Izanagi pun mencelupkan tombak yang dibawanya ke dalam rawa lumpur itu. Lalu mengaduk-aduknya dengan cepat. Ketika tombak diangkat ke atas, dari ujung mata tombak itu jatuhlah tetesan-tetesan air rawa. Tetesan air rawa tersebut lama kelamaan menjadi gumpalan yang mengeras, maka jadilah bumi. Dan, dari tetesan terakhirnya jadilah sebuah pulau pertama yang bernama Onogoroshima.
Izanagi dan Izanami lalu turun ke bumi dan mendarat di pulau Onogoroshima. Mereka lalu mendirikan sebuah pilar langit yang diberinama Ame no mihashira dan membangun sebuah istana di dekatnya sebagai tempat tinggal mereka yang diberi nama Yahiro dono.
Mereka lalu melangsungkan pernikahan setelah terlebih dahulu harus mengelilingi pulau tersebut dengan arah yang berlawanan, dan di tempat mereka bertemu itu nanti akan menjadi tempat mereka melangsungkan upacara pernikahan. Izanagi pun berjalan berputar ke arah kiri dan Izanami berputar ke arah kanan. Setelah beberapa waktu lamanya berjalan mengelilingi pulau dengan mengambil arah yang berlawanan, akhirnya mereka pun bertemu juga. Lalu berkatalah Izanami,”Oh, alangkah tampannya kakakku ini.”
“Oh, alangkah cantiknya adikku ini,” jawab Izanagi.
Maka resmilah mereka berdua menjadi suami istri. Setelah itu Izanami beberapa kali hamil namun selalu keguguran. Dan pada kehamilan berikutnya Izanami pun berhasil melahirkan dua orang anak yang diberi nama Hiruko dan Awashima. Namun kedua anak tersebut tidak diakui sebagai dewa karena terlahir dalam keadaan cacat. Karena malu, akhirnya Hiruko dan Awashima ditaruh dalam sebuah perahu dan dihanyutkan ke laut.
Lalu Izanagi dan Izanami naik ke lagi kekahyangan mengadukan peristiwa yang mereka alami kepada Kunitokotachi dan Amenominakanushi. Mereka pun menceritakan secara berurutan semua yang mereka lakukan ketika pertama kali tiba di bumi dan melangsungkan pernikahan di waktu itu. Akhirnya diketahuilah penyebab semua itu. Hal itu dikarenakan Izanami melakukan kesalahan sewaktu melangsungkan upacara pernikahan. Seharusnya ketika mereka bertemu setelah mengelilingi pulau maka yang harus menyapa terlebih dahulu adalah sang kakak sebagai suami, baru dijawab oleh sang adik sebagai istri. Maka mereka pun diharuskan melakukan pernikahan ulang.
Izanagi dan Izanami turun lagi ke bumi. Mereka pun mengelilingi pulau Onogoroshima dengan mengambil arah yang berlawanan. Setelah mereka bertemu kembali, menyapalah Izanagi,”Oh, alangkah cantiknya adikku ini.”
“Oh, alangkah tampannya kakakku ini,” jawab Izanami.
Maka resmilah mereka menjadi suami istri. Dari pernikahan ini lahirlah delapan buah pulau besar yang dikenal dengan nama Oyashima yaitu pulau Awaji, Iyo, Ogi, Tsukusi, Iki, Tsushima, Sado dan Yamato. Beberapa waktu berikutnya Izanami masih melahirkan beberapa pulau dan juga dewa-dewa. Namun ketika Izanami melahirkan Kagu-tsuchi si dewa api, Izanami mati karena terbakar.
Izanagi merasa sangat sedih ditinggal mati istri yang sangat dicintainya itu. Dia sangat marah kepada Kagu-tsuci yang menyebabkan kematian Izanami. Lalu dia menghunus pedang langit miliknya yang bernama Ame no Ohabari, dengan secepat kilat Izanagi menebas kepala Kagu-tsuchi dan memotong-motong tubuhnya menjadi delapan bagian. Delapan bagian tubuh Kagu-tsuki itu lalu berubah menjadi delapan gunung berapi yang ada di Jepang. Darah yang menetes dari pedang Izanagi pun melahirkan beberapa dewa diantaranya Watatsumi si dewa laut dan Kuraokami si dewa hujan. Kelahiran Kagu-tsuchi merupakan akhir dari proses penciptaan dunia sekaligus merupakan awal dari adanya kematian.
Izanami dimakamkan di gunung Hiba. Izanagi setiap hari terus-menerus meratapi kepergian istrinya. Karena tak sanggup hidup di dunia seorang diri dan tak tahan menanggung kesedihan yang begitu mendalam akhirnya Izanagi memutuskan untuk menyusul Izanami di negeri kematian (Yomi). Setelah menempuh perjalanan yang sulit dan melelahkan, akhirnya sampailah Izanagi di depan pintu goa negeri kematian. Izanagi langsung masuk dan mencari Izanami. Namun Izanagi hanya bisa bertemu dengan bayangan hitam Izanami. Meskipun begitu Izanagi terus merayu Izanami agar mau diajak pulang ke dunia.
“Istriku, ayolah ikut aku pulang ke dunia sekarang!” pinta Izanagi.
“Maafkan aku, suamiku. Aku tidak bisa pulang lagi ke dunia karena semuanya sudah terlambat,” jawab Izanami,”Aku sudah terlanjur makan makanan negeri kematian ini. Siapa pun yang sudah makan makanan negeri kematian ini, maka dia tak akan pernah bisa keluar dari tempat ini. Sekarang jasadku sudah menyatu dengan tanah negeri kematian ini.”
“Ini tidak mungkin, Izanami. Ayolah pulang ke dunia bersamaku!” pinta Izanagi lagi.
“Baiklah, suamiku. Aku akan menemui dewa kematian terlebih dahulu. Aku akan memohon kepadanya agar diijinkan kembali ke dunia bersamamu. Tolong tunggulah aku di mulut goa sampai diriku menemuimu lagi. Jangan sekali-kali masuk mencariku!”
“Baiklah, istriku,” jawab Izanagi dengan perasaan senang.
Izanagi pun menunggu Izanami di mulut goa negeri kematian. Hari demi hari berlalu, musim demi musim pun silih berganti, bilangan tahun pun terus bertambah, namun tak kunjung muncul juga sang istri tercinta untuk datang kembali menemuinya. Dan, kesabaran Izanagi pun habis sudah. Izanagi pun memutuskan masuk ke dalam negeri kematian mencari istri tercintanya. Dia lalu membakar sebuah bulu untuk menerangi ruangan. Namun betapa terkejutnya Izanagi ketika dijumpainya jasad istrinya yang dulu cantik dan anggun sudah rusak membusuk. Izanagi menjerit-jerit ketakutan teramat sangat dan segera melarikan diri kembali pulang ke dunia. Mendengar jeritan Izanagi, Izanami pun terbangun dari tidurnya. Dia merasa sangat marah dan malu atas kelakuan suaminya yang tidak sabar menunggu.
“Izanagi... Jangan lari! Kau telah menghancurkan meditasiku! Kenapa kau tak sabar menunggu?” teriak Izanami,”Izanagi, kau harus mempertanggung jawabkan ulahmu ini! Karena ulah cerobohmu itu, sekarang aku harus jadi penghuni negeri kematian selamanya. Izanagi... Jangan lari! ”
Namun Izanagi yang ketakutan tidak menggubris teriakan Izanami. Dia terus berlari sekencang-kencangnya meninggalkan negeri kematian. Izanami semakin marah melihat Izanagi yang terus melarikan diri. Izanami pun memerintahkan Yomotsu Shikome (setan-setan penghuni negeri kematian yang berupa jasad perempuan yang sudah membusuk) untuk mengejar dan menangkap Izanagi.
Terjadilah kejar-kejaran antara Izanagi dan Izanami. Di sepanjang perjalanan menuju ke dunia banyak tumbuh pohon buah persik yang berbuah lebat. Izanagi menebas dahan buah-buahan yang lebat tersebut dengan pedangnya, maka berjatuhanlah buahnya dan segera dimakan oleh para penghuni negeri kematian yang mengejarnya. Izanagi terus berlari, namun begitu dilihatnya para penghuni negeri kematian sudah semakin dekat mengejarnya, maka dia pun menebas dahan buah yang lebat di dekatnya lagi. Begitu seterusnya hingga Izanagi berhasil mencapai pintu dunia.
Setelah masuk ke pintu dunia, Izanagi segera menutup dan menyegel yomotsuhirasaka, pintu yang menuju negeri kematian itu dengan sebuah batu yang sangat besar hingga para penghuni negeri kematian tidak bisa masuk ke dunia. Izanami menjadi sangat marah melihat pintu masuk ke dunia sudah tertutup. Dia pun mengutuk Izanagi,”Izanagi! Aku bersumpah mulai hari ini aku akan membunuh 1000 orang keturunanmu setiap hari!”
Izanagi pun menjawab,”Baiklah, aku terima kutukanmu itu karena memang dirikulah yang bersalah. Dan mulai hari ini juga aku bersumpah akan melahirkan 1500 orang setiap harinya.”
Dan mulai saat itulah di dunia selalu terjadi kematian dan kelahiran di setiap harinya. Izanagi merasa sangat bersalah dan berdosa besar kepada istrinya. Dia merasa telah menjadi makhluk yang kotor dan ternoda. Dia pun bermaksud membersihkan kotoran dan noda-noda tersebut dengan mandi di sungai. Dari setiap gerakan Izanagi melahirkan satu orang dewa.
Ketika membersihkan mata kiri lahirlah AmaterasuOmikami si dewa matahari sebagai penguasa kahyangan Takamagahara, ketika membersihkan mata kanan lahirlah Tsukuyomi si dewi bulan sebagai penguasa malam, dan ketika membersihkan hidung lahirlah Susanoo si dewa lautan dan badai. Lalu masing-masing menjadi penguasa siang, malam dan samudera. Ketiga dewa ini dikenal dengan nama Mihashira no Uzu no Miko. Mereka diperintah Izanagi untuk menguasai dunia. Di antara ketiga dewa itu Amaterasu menempati posisi paling tinggi, karena itu Izanagi memberikan kalung sakti miliknya pada Amaterasu. Namun si bungsu Susanoo menolak perintah ayahnya untuk menjadi penguasa samudera. Dia ingin tinggal di Yomi (negeri kematian) bersama ibunya ‘Izanami’. Susanoo sangat merindukan sang ibu.
“Ayahanda, aku tidak menginginkan kekuasaan. Hanya satu yang kuinginkan yaitu bertemu dengan ibu. Karena itu aku akan menyusul ibu ke yomi,” kata Susanoo.
“Itu tidak mungkin Susanoo. Kau tidak boleh pergi kesana!” kata Izanagi.
“Tapi aku sangat merindukan ibu. Aku ingin bertemu ibu!” kata Susanoo lagi.
Susanoo pun menangis sejadi-jadinya hingga menimbulkan huru-hara di bumi. Kilat menyambar-nyambar, angin badai dan puting beliung bergemuruh menghempas segala yang ada, ombak lautan bergejolak menimbulkan gelombang tsunami meluluh lantakkan bumi. Tanpa sepengetahuan Izanagi, Susanoo segera bersiap-siap untuk menyusul ibunya ke negeri kematian. Dia berniat mampir ke istana kakaknya si Amaterasu terlebih dahulu untuk berpamitan. Amaterasu sudah mendengar kekacauan di bumi akibat ulah si Susanoo. Begitu mengetahui kedatangan Susanoo ke istananya, Amaterasu mengira Susanoo akan membuat kekacauan di kahyangan dan merebut Takamagahara darinya. Oleh karena itu Amaterasu pun menghadang Susanoo di tengah jalan.
“Hentikan langkahmu, Susanoo!” kata Ameterasu.
“Oh, kakak! Kebetulan sekali kau ada disini. Aku ingin mengunjungi istanamu,” kata Susanoo.
“Tidak boleh! Aku tahu apa yang telah kau lakukan di bumi. Dan sekarang kau pasti ingin membuat kekacauan di kahyangan dan merebut singgasanaku.”
“Singgasanamu?” kata Susanoo,”Buat apa singgasana? Aku tidak butuh! Aku datang kesini bukan untuk merebut kekuasaanmu, aku cuma ingin mampir berpamitan sebelum melanjutkan perjalanan ke Yomi untuk bertemu ibu.”
“Aku tidak percaya! Aku tahu, kau menolak dijadikan penguasa samudera oleh ayahanda, karena sebenarnya kau ingin menjadi penguasa Takamagahara, kan?”
“Sungguh, aku tak pernah mempunyai maksud demikian,” sanggah Susanoo,”Baiklah, sekarang apa yang kakak inginkan agar kakak percaya dengan apa yang kukatakan tadi?”
“Hmm... Baiklah, sekarang kita adu kesaktian. Barang siapa yang bisa menciptakan dewa-dewi paling banyak berarti dia yang menang. Bila kau berhasil mencipta dewa-dewi lebih banyak berarti semua yang kau katakan tadi adalah benar. Bagaimana?”
“Baiklah, aku terima tantanganmu,” jawab Susanoo.
Kedua kakak beradik itu pun beradu kekuatan dan kesaktian. Amaterasu berhasil merebut pedang Susanoo. Lalu mematahkannya menjadi tiga bagian, kemudian menelannya dan ketika dikeluarkan lagi patahan pedang tadi telah berubah wujud menjadi tiga orang dewi yang cantik-cantik. Namun kiranya Susanoo juga berhasil merebut kalung sakti Amaterasu. Dia melebur kalung sakti itu, lalu muncul lima orang dewa dari leburan kalung itu.
“Hahahaaa... Akulah pemenangnya! Akulah pemenangnya!” teriak Susanoo sambil tertawa terbahak-bahak.
“Tidak bisa!” sanggah Amaterasu.
“Kakak, bukankah kau menyaksikan sendiri? Akulah yang telah berhasil mencipta lebih banyak dewa?”
“Tapi kalung itu adalah milikku! Kelima dewa itu terlahir dari kalungku, jadi pemenangnya adalah aku!” Amaterasu mendebat tak mau kalah.
“Tidak bisa! Akulah pemenangnya!” debat Susanoo lagi.
“Tidak bisa! Akulah pemenangnya! Semua dewa-dewi pasti akan mengatakan kalau akulah pemenangnya, karena kalung itu adalah milikku. Sudahlah Susanoo, kau sudah kalah! Kembali saja kamu ke bumi!” kata Amaterasu, lalu bergegasmasuk ke dalam istananya meninggalkan Susanoo.
Karena tidak terima Susanoo kemudian mengejar kakaknya, menyusul masuk ke dalam istana Amaterasu. Dia mengamuk mengobrak-abrik seluruh isi istana. Membuat kekacauan yang tiada taranya. Mencari Amaterasu yang menurutnya sudah mengingkari janjinya. Melihat Susanoo yang mengamuk membabi buta, akhirnya Amaterasu menjadi ketakutan, lalu melarikan diri dan bersembunyi di dalam goa Amano Iwato. Dia segera menutup rapat-rapat pintu goa itu dengan sebuah batu besar. Menghilangnya Amaterasu membuat seisi dunia menjadi geger. Terjadi gerhana matahari! Dunia tiba-tiba gelap gulita, dunia menjadi kacau balau dicekam kengerian yang tiada taranya. Roh-roh jahat pun keluar dari negeri kegelapan. Bergentayangan mencari mangsa, menebarkan pagebluk dan malapetaka. Berbagai penyakit merajalela hingga orang-orang pun banyak yang mati sia-sia.
Semua dewa-dewi di kahyangan menjadi bingung tidak tahu harus berbuat apa. Sudah berkali-kali mereka berusaha merayu dan membujuk Amaterasu untuk keluar goa agar dunia menjadi terang kembali. Namun Amaterasu tetap tidak mau keluar goa. Maka bersidanglah semua dewa-dewi di kahyangan untuk mencari cara memancing Amaterasu agar mau keluar dari dalam goa hingga kekacauan di dunia bisa diatasi dan kembali tenteram seperti sediakala. Akhirnya diputuskanlah untuk membuat panggung gembira di depan goa persembunyian Amaterasu. Ame no Uzeme si dewi fajar dan keceriaan mendapat tugas untuk menyanyi dan menari di atas panggung gembira tersebut. Dewa-dewi yang lain akan mengiringi dengan berbagai alat musik. Selain itu dipilih juga seorang dewa yang bertubuh tinggi besar dan bertenaga sangat kuat yang diberi tugas untuk mendorong batu yang menutup mulut goa persembunyian Amaterasu.
Pada hari yang sudah ditentukan, mereka pun berpesta ria dengan membuat panggung gembira di depan goa persembunyian Amaterasu. Ame no Uzeme pun segera naik ke atas panggung menyanyikan lagu dengan sangat merdu, dia melenggak-lenggok menari dengan lemah gemulai sambil memegang sebuah cermin di tangan. Semarak iringan musik terdengar bertalu-talu merdu menggugah semangat jiwa orang-orang yang mendengarnya. Sorak-sorai dan canda ria dewa-dewi yang berpesta ria mengusik hati Amaterasu yang murung di dalam goa.
“Hmm... Ada apakah gerangan di luar sana? Kok ramai sekali? Sepertinya ada pesta besar di luar sana,” pikir Amaterasu,”Seharusnya mereka kan bersedih hati karena dunia jadi gelap gulita? Tapi kenapa mereka malah bergembira ria?”
Semarak panggung gembira semakin membahana, sorak sorai para penonton pun semakin gegap gembita. Amaterasu pun semakin terusik keingintahuannya. Dia pun mulai mengintip dengan menggeser sedikit batu yang menutup mulut goa. Dilihatnya ada sebersit pantulan cahaya di depan mulut goa itu. Sementara itu Ame no Uzeme terus menari dan dengan lincahnya memainkan cermin yang dipegangnya. Dipantul-pantulkannya kembali sebersit cahaya yang keluar dari tubuh Amaterasu ke arah mulut goa.
“Hmm... Cahaya apakah itu? Terang sekali? Aku seperti melihat bayangan diriku sendiri?” tanya Amaterasu pada dirinya sendiri.
Amaterasu merasa semakin penasaran. Tetapi karena belum terlalu jelas, maka dia pun menggeser batu itu lebih lebar lagi. Begitu wajah Amaterasu sudah nongol di mulut goa, dengan sigap seorang dewa tinggi besar yang sedari tadi sudah bersiap-siap di dekat mulut goa dengan sekuat tenaga segera mendorong keluar batu yang menutup mulut goa hingga goa pun terbuka lebar. Dan, muncullah sinar yang terang benderang dari dalam goa. Akhirnya dewa matahari pun keluar ikut berpesta ria, dan dia juga telah memaafkan kenakalan adiknya Susanoo si dewa samudera. Setelah itu dunia menjadi terang benderang kembali. Roh-roh jahat lari tunggang langgang kembali ke alam kegelapan karena takut terbakar sinar matahari. Dunia pun kembali tenteram dan damai.
Susanoo pun turun kembali ke bumi. Dia turun di negeri Izumo. Negeri itu sedang diserang seekor monster naga raksasa yang bernama Yamata no Orochi . Sudah banyak penderitaan dan kerusakan yang diderita penduduk akibat amukan monster naga raksasa itu. Susanoo pun berniat membunuh naga raksasa itu. Maka mereka pun terlibat dalam sebuah perkelahian yang sengit. Saling adu kekuatan dan kesaktian. Setelah beberapa waktu lamanya bertarung, akhirnya sang naga raksasa bisa ditakhlukkan oleh Susanoo. Yamata no Orochi tewas bersimbah darah.
Setelah itu Susanoo dinikahkan dengan puteri negeri Izumo yang bernama Kunitsukami. Akhirnya cucu Susanoo yang bernama Ookuninushi (Oonamuchi) mendirikan kerajaan Sukunahikona dan Ashihara no Nakatsukuni (Izumo). Amaterasu menginginkan keturunannyalah yang berkuasa di bumi. Amaterasu menginginkan kerajaan Ashihara no Nakatsukuni harus diperintah oleh Amatsukami (keturunan Amaterasu). Sejumlah kami (dewa-dewi) pun segera diutus turun ke bumi menemui Ookuninushi untuk meminta kerajaan Ashihara no Nakatsukuni.
Ookuninushi bersedia memberikan Asihara no Nakatsukuni dengan syarat setelah kedua anaknya yang bernama Kotoshironushi dan Takeminakata bisa menitis ke Amatsukami. Dia juga minta dibangunkan sebuah istana yang megah. Istana itu diberi nama Izumo Taisha. Setelah kedua syarat itu terpenuhi, Ookuninushi pun menyerahkan Ashihara no Nakatsukuni kepada Amatsukami. Amaterasu segera mengutus cucunya yang bernama Ninigiuntuk turun ke bumi. Dia pun memerintah di Ashihara no Nakatsukuni. Lalu turun ke negeri Hyuga dan menikah dengan puteri Konohanasakuya. Dari pernikahan itu mereka mempunyai dua orang putera yang bernama Hoori dan Hideri.
Suatu hari ketika Hoori dan Hideri sedang mancing di laut bersama-sama, mata pancing Hideri dihilangkan Hoori sehingga mereka pun bertengkar. Akhirnya Hoori pergi mencari mata pancing itu. Dia pergi ke dasar laut dan tiba di istana Kaijin si dewa laut. Di situ Hoori berhasil menemukan mata pancing Hoderi yang dia cari. Selama tinggal di istana Kaijin, Hoori telah dinikahkan dengan puteri dewa laut. Dari pernikahan ini lahir seorang anak laki-laki yang diberi nama Ugaya Fukiaezu.
Putra keturunan dari Ugaya Fukiaezu yang bernama Kamuyamato Iwarehiko ingin menguasai kerajaan Yamato. Maka terjadilah pertempuran sengit antara penduduk yang sejak dari dahulu mendiami wilayah Yamato dengan pasukan yang dipimpin oleh Kamuyamato Iwarehiko. Kesaktian Kamuyamato Iwarehiko yang masih keturunan dewa bukanlah lawan tanding penduduk Yamato. Penduduk Yamato pun akhirnya menyerah kalah, takhluk pada kekuasaan Kamuyamato Iwarehiko. Lalu Kamuyamato Iwarehiko dinobatkan menjadi Kaisar Jepang yang pertama dengan gelar Kaisar Jimmu (Jimmu Tenno) di kaki gunung Unebikashihara no Miya.
Ketika diangkat menjadi Kaisar, Kaisar Jimmu dihadiahi dua orang gadis kakak beradik untuk dinikahinya. Sang kakak berwajah buruk rupa sedangkan sang adik berwajah sangat cantik rupawan. Kaisar Jimmu memilih menikahi sang adik yang cantik rupawan, dan mengembalikan sang kakak yang buruk rupa kepada orang tuanya. Lalu datanglah orang tua kakak beradik itu ke istana untuk bertanya kepada Kaisar.
“Kaisar, mengapa baginda hanya memilih si adik, kok bukan kedua-duanya?” tanya si orang tua kepada Kaisar Jimmu,”Saya memberikan hadiah dua orang kakak beradik ini kepada Kaisar bukanlah tanpa suatu maksud.Yah, walaupun anak sulung saya ini buruk rupa tapi dia sangatlah kuat dan kokoh dengan harapan agar kelak kekuasaan Kaisar selalu kokoh tak tergoyahkan. Dan tubuhnya yang tinggi semampai melambangkan umur yang panjang untuk Kaisar. Tetapi maksud yang baik itu telah Kaisar tolak. Kaisar hanya memilih si adik yang cantik rupawan, dan memang kelak Kaisar akan mendapatkan keharuman nama seperti indahnya bunga yang sedang mekar namun itu tidak akan berumur panjang karena ia akan segera layu.”
Sejak saat itulah tidak ada kekuasaan yang kekal abadi di dunia ini. Selalu silih berganti seperti roda cakra kehidupan yang terus berputar.
***
Heru selesai membaca bukunya dan berkata "Bagus ceritanya."
Heru menutup bukunya dan di taruh di meja.
"Aku akan memulangkan buku itu ke perpustakaan sekolah, ya besok saat sekolah lah. Agar buku cerita yang bagus itu di baca anak yang lainnya," kata Heru.
Heru pun beranjak dari duduknya di ruang tengah, ya ke dapur untuk membantu ibu yang sedang memasak di dapur sih.
No comments:
Post a Comment