CAMPUR ADUK

Thursday, January 3, 2019

MENYONGSONG MENTARI PAGI

Lama ia tegak termangu dibawah sinar rembulan. Angin malam sangat dingin menembus tenda sederhana yang berdiri darurat. Sebentar-sebentar tangannya menggaruk-menggaruk kepala. Tatapan matanya mengelilingi keadaan sekitar. Langkah-langkahnya berat seakan memikul beban perasaannya ke dalam kenangan. Ya, kenangan tiga tahun lalu ketika ia duduk di SD. Kini gedung SD yang dulu sebagai tempat belajar dan bermain selama dan enam tahun, kini rata dengan tanah akibat gempa.

Ketika pagi tiga, semakin jelas reruntuhan gedung dan rumah-rumah penduduk. Saat duduk sendiri di tengah reruntuhan, datang suara menyapa.

"Hai Didi, kapan Kau ke sini? Bagaimana kabarmu di kota?"

"Oh, kamu Edo! Aku baru datang tadi sore. Dari Jakarta aku langsung menuju ke Sleman ke tempat aku kecil bermain dan belajar. Aku dengar kabar tiga hari yang lalu tentang terjadinya gempa di sini. Aku dengan keluarga langsung menuju ke sini ingin menjumpai saudara-saudaraku.

"Apa sudah ketemu saudara-saudaramu?"

"Sampai kini aku belum ketemu. Sudah aku cari ke beberapa pos, namun hingga kini aku belum menjumpainya."

"Aku doakan semoga saudara-saudaramu selamat, tak ada satupun yang meninggal."

"Aku harap juga begitu."

"Oh, ya Edo, bagaimana keluargamu, apakah mereka selamat?"

"Ya, aku bersyukur kedua orang tuaku, kakak, dan dua adikku selamat. Paman dan bibiku telah tiada. Pada saat kejadian, beliau masih di dalam rumah sehingga tidak bisa menyelamatkan diri."

Kini sahabat lama Didi dan Edo berjalan menyusuri desa-desa dengan mengendarai motor. Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan sahabat lama Santi dan Rini.

"Halo Santi, bagaimana kabarmu?

"O, Didi ya, ini aku bersama Rini sedang mengumpulkan puing-puing bekas rumahku. Didi kapan kamu ke sini? Mampir ke tendaku ya. Maaf rumahku ikut roboh. Jadi aku kini tinggal di dalam tenda bersama kawan-kawan."

"Santi, aku turut prihatin atas musibah ini. Aku turut berduka cita atas meninggalnya ibumu. Edo tadi bercerita tentang kamu. Bagaimana dengan keluargamu yang lain?"

"Aku bersyukur bahwa ayah, kakak, dan adik-adikku selamat. Mari mampir, nanti kuperkenalkan."

"Santi, semoga kamu tabah menghadapi cobaan ini. Aku datang dari Jakarta ingin membagi suka dan duka dengan orang-orang sekampungku dulu. Oh iya, kapan kita bisa bertemu dengan kawan-kawan lama?

"Besok pagi kita kasih tahu untuk berkumpul di penampungan."

"Ya, terima kasih San. Aku ingin mengajak kawan-kawan untuk melupakan semua ini. Jangan terlalu larut dalam kesedihan. Mari kita songsong hari esok yang lebih baik."

Mentari pagi mulai menampakkan wajah anggunnya. Burung-burung bersenandung di puncak pepohonan. Suasana itu seakan mengembalikan desa itu seperti sediakala sebelum terjadi gempa. Di sudut tenda, berkumpullah puluhan anak baru gede. Mereka tetap tabah ingin menatap masa depan yang lebih baik seperti mentari yang tak pernah redup.
....

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK