CAMPUR ADUK

Thursday, January 3, 2019

AKI

Aki adalah seorang pengawal kantor yang baik dan bertanggung jawab atas pekerjaannya. Ia disukai bawahan dan disayangi oleh atasan  karena kebaikan dan rasa tanggung jawabnya yang besar. Kepada bawahan ia memberikan didikan dan bimbingan, terhadap atasan ia melaksanakan tugasnya dengan baik.

Sudah beberapa lama Aki tidak masuk kantor. Dengan tidak masuk-masuknya Aki ke kantor banyak orang yang merasa kehilangan. Selama ini Aki diserang sakit paru-paru. Sudah kronis penyakitnya. Kekuatan tubuhnya sudah hilang. Kakinya membengkok membentuk nol besar, sedangkan punggungnya bongkok pula.

Pada suatu hari Sulasmi, istrinya berteriak-teriak menarik perhatian orang banyak. Sulasmi melihat suaminya sudahnya sudah tidak bernafas lagi akibat penyakitnya. Tetapi ketika ia masuk kembalin ke kamar dilihatnya. Aki sudah siuman. Bibirnya bergerak-gerak hendak melahirkan kata-kata. Akhirnya terucap kalimat bahwa ia baru akan akan mati tahun depan, tepatnya tanggal 16 Agustus. sejak saat itu kesehatan Aki pulih kembali. Badannya mulai gemuk. Rambutnya yang muncul sedikit di kepalanya dicukur habis-habisan, karena Aki memang senang berambut botak.

Aki datang ke kantor. Kepada atasannya, ia mohon berhenti karena mau mati tanggal 16 Agustus tahuan depan. Atasan dan rekan-rekan sejawatnya terheran-heran. Mula-mula semua orang tidak mempercayai kata-katanya. Ada juga yang mengira Aki ngelatur. Tetapi karena Aki bersungguh-sungguh dan berusaha meyakinkan mereka, akhirnya mereka percaya. Harus percaya. Bahkan banyak di antaranya yang mengira Aki tukang ramal. Gempar seluruh kantor itu. Mereka berseru kian kemari bahwa Aki akan mati tanggal 16 Agustus tahun depan. Salah seorang pegawai lainnya meramaikan suasana itu dengan mengarang sajak dengan judul Lagu Aki. Sambil mendukung Aki secara kompak dan bersama-sama mereka menyanyikan Lagu Aki.

Lagu Aki menjadi populer di lingkungan kantor. Orkes Beringin ikut-ikut pula menyanyikan Lagu Aki di bawah pimpinan pegawai yang mengarang lagu tersebut. Naas nasib pegawai muda pengarang lagu itu. Gara-gara lagunya, ia ditangkap kemudian dijebloskan ke dalam penjara. Tetapi penjara tidak membuatnya jera, ia malah makin sombong saja. Ia beranggapan dirinya sudah jadi pengarang besar, sebab  hanya pengarang besar-benar sajalah yang dijebloskan orang ke dalam penjara disebabkan karangannya.

Tepat tanggal 16 Agusts tahun berikutnya. Aki memanggil kedua anaknya Akbar dan Lastari agar pergi meninggalkan kamar, sedangkan Sulasmi istinya disuruh tidur di sisinya. Sulasmi harus tidur membelakangi agar tidak tahu bagaimana Aki memperjuangkan hidup melawan malaikatul maut. Sekitar jam tiga dua pulluh menit Sulasmi membalikkan tubuhnya. Dilihat suaminya sudah tidak bernafas-nafas lagi. Matanya tertutup rapat. Sulasmi bangkit dengan sedih. Air matanya berderai lalu keluar kamar.

Melihat Sulasmi menangis sedih mereka yang berada di luar  kamar dapat memastikan Aki sudah mati. Mereka berbondong-bondong masuk ke dalam kamar untuk melihat Aki terbaring menjadi mayat. Tetapi mereka ketakutan dan berlari keluar ketika melihat sesuatu yang sangat menakutkan di tempat Aki terbaring. Melihat rekan-rekan sejawat. Aki berlari serabutan Sulasmi terheran-heran kemudian masuk ke dalam kamar suaminya. Ia tenang sekali dan tidak seperti para pegawai yang ketakutan itu. Sulasmi melihat Aki duduk sambil merokok. Aki belum mati. Rupanya tadi ia hanya tidur dan terjaga begitu mendengar orang-orang masuk kemudian berlari kembali keluar kamar. Aki tidak ingin mati. Ia baru mau mati kalau sudah berumur 60 tahun nanti.

Aki tetap hidup berbahagia bersama anak-anak dan istrinya. Kerukunan hidup Aki bersama keluarga membuat wajahnya tampak tetap muda. Usianya yang sudah mencapai 42 tahun tapi roman mukanya menunjukkan usia 29 tahun.

Pada usianya yang setua itu rupanya masih punya keinginan untuk bersekolah. Tidak ada batas umur yang menghalangi seseorang untuk belajar, begitu menurut pikirannya. Maka Aki bersekolah di Fakultas Hukum. Di kampus banyak juga orang tua macam dia yang bersekolah. Kata mereka sekolah bukan untuk mencari titel toh usia sudah tua. Sebentar lagi mau mati. Pikiran seperti itu bertentangan dengan pikiran Aki. Orang macam mereka sebenarnya sudah mati belum ajal. Mereka ketakutan menghadapi mautnya. Tidak seperti Aki  yang berusaha menentang malaikatul maut setiap muncul agar hidupnya diperpanjang. Aki tidak mau menyerah, bulat-bulat kepada maut. Kehendak maut jangan diterima begitu saja sebelum ajal. Dengan pandangan hidup seperti itu Aki berkata kepada Sulasmi bahwa ia tidak mau mati hanya dengan usia 60 tahun. Ia masih ingin hidup sampai umur 100 tahun. Hidupnya akan tetap dipertahankan dan terus dipertahankan dari renggutan maut.

***


Karya: Idrus.

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK