Ada seorang lelaki tua beristri buruk perangainya. Karena mereka tidak mempunyai anak, ia memelihara baik-baik seekor pipit. Setiap hari, bila pulang dari pekerjaannya, ia berbicara dengan burung pipit sampai tiba saatnya makan. Ia memperlakukan burung itu seperti anaknya sendiri, tapi istrinya sebaliknya, dia membenci burung pipit itu. Ia selalu memarahi suaminya bila sedang bercanda dengan burung pipit.
Suatu hari lelaki tua itu sedang bekerja di ladang. Istrinya sedang mencuci dan memasak kanji. Perempuan itu menaruh kanji yang telah masak di sebuah gentong kayu agar menjadi dingin. Tanpa setahu perempuan itu, burung pipit hinggap di tepi gentong dan memagut-magut campuran kanji. Tiba-tiba perempuan itu menoleh dan marah sekali. Lalu ditangkapnya burung pipit itu dan digunting lidahnya hingga putus.
Akhirnya burung itu dilemparnya ke udara, "Sekarang pergilah kau dari sini. Burung kotor brengsek!" teriaknya.
Burung itu terbang dan kembali ke hutan. Tak lama kemudian orang tua itu pulang dari ladang. Ia tidak mendapati burung pipitnya. Binatang kesayangannya itu dicarinya ke mana-mana. Orang tua itu tidak henti-henti bertanya kepada istrinya. Akhirnya istrinya mengakui perbuatannya. Orang tua itu menyesali perbuatan istrinya. Keesokan harinya, ia berangkat ke hutan untuk mencari burung ke-sayangannya. Ia memanggil-manggil," Hai pipit di manakah engkau berada" Aneh. tiba-tiba burung itu muncul dan berubah wujud. Kali ini tidak lagi sebagai burung pipit yang pernah dikenal orang tua itu, tetapi sebagai seorang wanita berparas cantik jelita. Seperti seorang dewi dari kayangan.
Jangan terkejut Hai orang tua." Kata burung pipit "Aku adalah burung peliharaanmu dahulu." Perlu kau ketahui, aku adalah jelmaan dewi dari kayangan. Mari singgah ke rumahku." Ajaknya.
Orang tua itu mengikuti dewi jelmaan pipit ke tempat kediamannya. Di sana ia mendapat pelayanan istimewa. Selain itu, tempat kediaman dewi begitu megah dan agung bagai sebuah istana. Dindingnya berlapis emas dan setiap sudut dihiasi permata.
Selain suguhan dan makan minum, dewi juga mengadakan atraksi tarian. Orang tua itu semakin senang hatinya. Tidak terasa, matahari sudah condong ke barat. Hari mulai gelap.
"Aku harus segera pulang, hari sudah mulai gelap," kata orang tua itu pada Dewi. "Istriku tentu mencari bila aku terlambat pulang."
"Baiklah Pak Tua, atas budi jasamu, aku memberikan hadiah. Namun pilihlah salah satu dari dua keranjang yang aku tunjuk ini."
Dewi jelmaan pipit memperlihatkan dua buah keranjang. Keranjang yang besar sangat berat, sedangkan yang kecil sangat ringan. Karena orang tua itu tidak mempunyai sifat tamak atau serakah, ia memilih keranjang kecil.
Sesampai di rumah, orang tua itu menceritakan pada istrinya perihal pertemuannya dengan burung pipit dan pemberian hadiah berupa keranjang. Hadiah itupun dibuka istrinya. Betapa terkejutnya kedua suami istri itu melihat keranjang pemberian Dewi berisi emas, perak, intan serta permata. Semua itu akan membuat mereka kaya raya seumur hidup. Meskipun demikian istri orang tua itu seperti tidak puas. Dia menginginkan lebih banyak lagi.
"Kamu bodoh sih! Kenapa tidak mengambil keranjang yang besar? Kita harus memperoleh lebih banyak dari itu. Kalau begitu aku akan mengambil keranjang yang besar dan berat itu," kata istrinya memarahi orang tua itu.
Tanpa berpikir panjang lagi, istri orang tua itu pergi ke hutan dengan menyamar sebagai pengemis. Dia memakai sandal jerami dan baju sobek-sobek.
Seperti cerita suaminya, wanita berhati jahat ini berjumpa dengan seorang putri jelita. "Yah mungkin ini yang dimaksud jelmaan pipit yang pernah kupotong lidahnya dahulu itu" pikirnya.
"Saya harus sekali tuan putri......", rengek wanita tua itu penuh derita. "Berilah aku minum atau sedikit makanan."
Dewi jelmaan pipit mempersilahkan pengemis wanita itu singgah di kediamannya. Disuguhkan makan-minum yang enak dan lezat.
Setelah beberapa saat kemudian, seperti suaminya, Dewi memberikan hadiah, tetapi terlebih dahulu pengemis itu harus memilih satu dari dua buah keranjang yang diperlihatkan.
Karena tamaknya, wanita tua itu memilih keranjang yang besar dan berat. Begitu beratnya sehingga ia sendiri hampir tak sanggup mengangkat, tapi dipaksakan juga.
Tepat di pinggir sungai, wanita tua itu beristirahat. Hasrat untuk melihat isi keranjang menggebu-gebu. Tanpa pikir panjang legi dia membuka keranjang itu. Apa yang terjadi? Bukan seperti isi keranjang permata yang dibawa suaminya: emas, perak, intan dan harta lainnya, melainkan makhluk-makhluk yang berwajah menakutkan. Kepala setan, lebah raksasa, katak, ular dan sebagainya. Langsung wanita tua itu pingsan seketika. Setelah sadar ia mengambil langkah seribu dan pulang ke rumahnya.
Sejak itu wanita tua merubah sifat yang tamak dan buruknya. Kini setiap pagi dengan penuh kasih sayang ia selalu memberikan makan burung-burung pemeliharaan suaminya.
Karya: Bambang Waluyo
Suatu hari lelaki tua itu sedang bekerja di ladang. Istrinya sedang mencuci dan memasak kanji. Perempuan itu menaruh kanji yang telah masak di sebuah gentong kayu agar menjadi dingin. Tanpa setahu perempuan itu, burung pipit hinggap di tepi gentong dan memagut-magut campuran kanji. Tiba-tiba perempuan itu menoleh dan marah sekali. Lalu ditangkapnya burung pipit itu dan digunting lidahnya hingga putus.
Akhirnya burung itu dilemparnya ke udara, "Sekarang pergilah kau dari sini. Burung kotor brengsek!" teriaknya.
Burung itu terbang dan kembali ke hutan. Tak lama kemudian orang tua itu pulang dari ladang. Ia tidak mendapati burung pipitnya. Binatang kesayangannya itu dicarinya ke mana-mana. Orang tua itu tidak henti-henti bertanya kepada istrinya. Akhirnya istrinya mengakui perbuatannya. Orang tua itu menyesali perbuatan istrinya. Keesokan harinya, ia berangkat ke hutan untuk mencari burung ke-sayangannya. Ia memanggil-manggil," Hai pipit di manakah engkau berada" Aneh. tiba-tiba burung itu muncul dan berubah wujud. Kali ini tidak lagi sebagai burung pipit yang pernah dikenal orang tua itu, tetapi sebagai seorang wanita berparas cantik jelita. Seperti seorang dewi dari kayangan.
Jangan terkejut Hai orang tua." Kata burung pipit "Aku adalah burung peliharaanmu dahulu." Perlu kau ketahui, aku adalah jelmaan dewi dari kayangan. Mari singgah ke rumahku." Ajaknya.
Orang tua itu mengikuti dewi jelmaan pipit ke tempat kediamannya. Di sana ia mendapat pelayanan istimewa. Selain itu, tempat kediaman dewi begitu megah dan agung bagai sebuah istana. Dindingnya berlapis emas dan setiap sudut dihiasi permata.
Selain suguhan dan makan minum, dewi juga mengadakan atraksi tarian. Orang tua itu semakin senang hatinya. Tidak terasa, matahari sudah condong ke barat. Hari mulai gelap.
"Aku harus segera pulang, hari sudah mulai gelap," kata orang tua itu pada Dewi. "Istriku tentu mencari bila aku terlambat pulang."
"Baiklah Pak Tua, atas budi jasamu, aku memberikan hadiah. Namun pilihlah salah satu dari dua keranjang yang aku tunjuk ini."
Dewi jelmaan pipit memperlihatkan dua buah keranjang. Keranjang yang besar sangat berat, sedangkan yang kecil sangat ringan. Karena orang tua itu tidak mempunyai sifat tamak atau serakah, ia memilih keranjang kecil.
Sesampai di rumah, orang tua itu menceritakan pada istrinya perihal pertemuannya dengan burung pipit dan pemberian hadiah berupa keranjang. Hadiah itupun dibuka istrinya. Betapa terkejutnya kedua suami istri itu melihat keranjang pemberian Dewi berisi emas, perak, intan serta permata. Semua itu akan membuat mereka kaya raya seumur hidup. Meskipun demikian istri orang tua itu seperti tidak puas. Dia menginginkan lebih banyak lagi.
"Kamu bodoh sih! Kenapa tidak mengambil keranjang yang besar? Kita harus memperoleh lebih banyak dari itu. Kalau begitu aku akan mengambil keranjang yang besar dan berat itu," kata istrinya memarahi orang tua itu.
Tanpa berpikir panjang lagi, istri orang tua itu pergi ke hutan dengan menyamar sebagai pengemis. Dia memakai sandal jerami dan baju sobek-sobek.
Seperti cerita suaminya, wanita berhati jahat ini berjumpa dengan seorang putri jelita. "Yah mungkin ini yang dimaksud jelmaan pipit yang pernah kupotong lidahnya dahulu itu" pikirnya.
"Saya harus sekali tuan putri......", rengek wanita tua itu penuh derita. "Berilah aku minum atau sedikit makanan."
Dewi jelmaan pipit mempersilahkan pengemis wanita itu singgah di kediamannya. Disuguhkan makan-minum yang enak dan lezat.
Setelah beberapa saat kemudian, seperti suaminya, Dewi memberikan hadiah, tetapi terlebih dahulu pengemis itu harus memilih satu dari dua buah keranjang yang diperlihatkan.
Karena tamaknya, wanita tua itu memilih keranjang yang besar dan berat. Begitu beratnya sehingga ia sendiri hampir tak sanggup mengangkat, tapi dipaksakan juga.
Tepat di pinggir sungai, wanita tua itu beristirahat. Hasrat untuk melihat isi keranjang menggebu-gebu. Tanpa pikir panjang legi dia membuka keranjang itu. Apa yang terjadi? Bukan seperti isi keranjang permata yang dibawa suaminya: emas, perak, intan dan harta lainnya, melainkan makhluk-makhluk yang berwajah menakutkan. Kepala setan, lebah raksasa, katak, ular dan sebagainya. Langsung wanita tua itu pingsan seketika. Setelah sadar ia mengambil langkah seribu dan pulang ke rumahnya.
Sejak itu wanita tua merubah sifat yang tamak dan buruknya. Kini setiap pagi dengan penuh kasih sayang ia selalu memberikan makan burung-burung pemeliharaan suaminya.
Karya: Bambang Waluyo
No comments:
Post a Comment