Selesai berjualan somai. Dono bergerak menuju di mana Indro berjualan. Dengan berjalan kaki Dono melewati gang-gang kecil di area perumahan yang padat merayap. Tiba-tiba Dono pun terkejut sekali. Melihat Wulan bertengkar dengan pacarnya di pinggir jalan. Dono pun melangkah mundur dan bersembunyi di gelapnya malam. Dengan seksama Dono melihat pertengkaran tersebut yang membuat hati Dono berdebar kencang. Pertengkaran itu pun makin parah. Pacar Wulan ingin menampar Wulan. Dono melihat geram sekali. Tetapi tetap sabar Dono menahan dirinya. Khawatiran Dono pun ada batasnya. Pacarnya Wulan tidak mampu menahan emosinya. Tangan pun mulai ingin benar-benar menampar Wulan.
Dono bertindak selayaknya seorang pahlawan. Lalu di peganglah tangan pacarnya Wulan dengan genggaman yang sangat kuat.
"Jangan main kasar....sama wanita," kata Dono.
"Lepaskan jangan ikut campur," kata pacarnya Wulan.
Dono melepaskan genggaman yang kuat. Wulan pun bersembunyi di balik Dono. Pacar Wulan pun malu dan tidak bisa berkata-kata. Lalu pergilah pacar Wulan dengan membawa mobilnya dengan cepat.
"Wulan...gak apa-apa?" tanya Dono.
"Jangan ikut campur urusan saya," kata Wulan yang ketus.
Dono pun terkejut pembicaraan Wulan.
"Saya hanya lewat dan ingin mencoba melerai dari pertengkaran kalian di jalan," kata Dono.
Tiba-tiba Wulan menangis. Lalu Dono mencoba ingin memeluk Wulan. Tapi karena teringat kata guru ngajinya " jangan coba memegang wanita yang bukan mukrimnya ....haram hukumnya." Dono pun hanya diam di tempat melihat Wulan yang menangis sambil berjongkok. Dono dengan sabar menunggu Wulan yang bersedih hatinya. Waktu pun berlalu cukup lama. Akhirnya isak tangis Wulan pun berhenti.
"Saya anter pulang," kata Dono.
"Iya...," jawab Wulan.
Dono pun mengantar Wulan pulang ke rumahnya. Dengan berjalan kaki mereka menuju pulang rumah. Ketika persimpangan gang. Dono langsung meminjam motor dengan Kasino. Dengan baiknya Kasino meminjamkan motor bututnya. Dengan segeralah Dono membonceng Wulan. Motor pun di bawa dengan hati-hati sampai rumah Wulan. Selang berapa saat sampai di rumah Wulan.
"Wulan kalau begitu saya pamit dulu...," kata Dono.
Wulan hanya diam. Langsung masuk ke dalam rumah. Dono pun membalik arah motornya dan melaju dengan tenang menuju tempat Indro berjualan. Sesampai di tempat Indro dengan segera Dono memarkirkan motornya. Setelah itu Dono duduk bersama Indro.
"Indro...gimana jualan mu hari ini?" tanya Dono.
"Lumayan ...lah Dono....," jawab Indro.
"Ngomong-ngomong saya...pesan nasi goreng.....nih. Saya lapar," kata Dono.
"Beres...Dono....," jawab Indro.
Dengan cepat Indro memasak nasi goreng kesukaan Dono. Dengan santai Dono membuka Hpnya untuk menonton acara di Youtube.
"Dono nasi gorengnya pedes gak?," tanya Indro.
"Pedes...Indro, oh...ya...telornya campur sama nasi goreng. Maksudnya nasi goreng orak-arik," kata Dono.
"Oh...ya..beres Dono...," jawab Indro.
Dono terus menonton Youtube acara musik. Selang berapa lama nasi goreng pun jadi. Indro langsung menyajikannya di piring di tambah kerupuk, kacang goreng dan acar.
"Dono...silakan di makan nasi goreng pesanan kamu," kata Indro.
"Iya...," jawab Dono.
Dono langsung mematikan tontonannya dan memasukkan Hp di saku celananya. Dengan lahap Dono menyantap makan malamnya.
"Emmmm...enak," kata Dono.
"Iya......kan enak. Tetap saja jualan hari........terlihat sepi," kata Indro.
"Sabar Indro.....nama juga usaha," kata Dono.
"Tetap saja banyak saingan ya....Dono," kata Indro.
"Iya...lah Indro. Karena semua orang berusaha untuk mencari hidup. Saya lihat di keliling sini banyak penjual nasi goreng," kata Dono.
"Pesaing... yang sehat," kata Indro.
Dono pun selesai makan nasi gorengnya. Lalu segera mengambil gelas di meja dan air putih yang di tuangkan oleh Indro dari tekok.
"Terima kasih," kata Dono.
"Iya," jawab Indro.
Dengan pelan-pelan Dono meminum air di gelas sampai habis.
"Alhamdulilah," kata Dono.
Dono menaruh gelas di meja. Indro langsung mengambilnya gelas dan piring kotor. Dengan segera di cuci sampai bersih. Piring dan gelas di taruh di tempat semula.
"Ngomong-ngomong...gimana jualan kamu?," tanya Indro yang duduk bersama Dono.
"Lumayan.........," jawab Dono.
"Indro...cinta itu apa sih?," tanya Dono yang lagi bingung.
"Cinta........adalah hanya ungkapan perasaan saja," jawab Indro.
"Jadi cinta...itu ribet ya," kata Dono.
"Ya....ribet..gak gak ribet.........semuanya alasanya paling utama bukan cintanya. Tapi kesiapan orang menjalankan cintanya. Hidup bukan urusan cinta saja atau perasaan saja. Tapi tanggung jawab penuh dengan komitmen dalam menjalankan hubungan. Siap gak siap harus siap. Kuat gak kuat harus kuat menjalankan semua ujiannya. Maka butuh nilai dari kesabaran dan ikhlas," penjelasan Indro.
"Oh begitu. Saya ingin mencoba mendapatkan cewek yang sudah punya pacarnya, gimana pendapatmu Indro?," tanya Dono.
"Janganlah...Dono....ribet urusannya. Kita tidak tahu cewek itu jujur atau bohong dalam menjalankan hubungannya. Kerapuhannya dasar utama dari iba. Kebanyakan Pria jatuh karena sebuah iba atau nama lainnya adalah ingin menolong atau melindungi. Karena kodrat wanita makluk yang lemah. Tetap saja jangan terjebak dengan keadaan itu. Apalagi ketika cewek putus dari cowoknya. Ceweknya menyalahkan cowoknya dan cowoknya menyalahkan ceweknya karena hal paling utama bentuk dari kesetiaan. Tetap saja penuh kebohongan pacaran itu. Janji muluk tidak sesuai dengan keadaan. Ego masing-masing," kata Indro lebih kompleks.
"Kalau...begitu..sih bener. Wulan dan pacarnya..konflik kebodohan mereka," kata Dono.
"Jadi dari tadi kamu memikirkan Wulan dan pacarnya?," tanya Indro.
"Iya..., karena saya melihat Wulan dan pacar bertengkar di jalan," kata Dono.
"Dono........pertengkaran antara dua pasangan itu... di jalan terlalu sering. Karena mereka selalu berpikir pendek. Awalnya manis dengan dasar dan tujuan cewek cepet nikah, tapi sebaliknya cowok mempermainkan perasaannya. Karena kerapuhan cewek. Pada akhirnya keduanya pun salah mengambil keputusan. Cinta adalah kehancuran," kata Indro.
"Ya......bener....., Cinta yang baik ..........adalah sederajat Ilmu dan Harta," kata Dono.
"Ya...iya..lah Dono. Lebih enak menjalankannya. Tidak ada kesenjangan sosial. Saling membangun untuk kelahiran anak," kata Indro.
"Anak........jawaban paling penting.......sebagai cowok yang baik saya ...sadar. Niat saya mau mendekati Wulan saya lupakan," kata Dono.
"Begitu.........kamu...Dono...yang asli. Jangan kaya Nazar atau artis lainnya.......plin-plan dalam mengambil keputusan. Kaya anak kecil tidak punya wibawa atau tangungjawab," kata Indro.
"Kalau itu saya...tahulah...kan cuma...mainan. Kalau beneran mereka sendiri yang terjebak mainan mereka. Pada akhirnya bodoh di piara,"kata Dono.
"Awalnya bohong jadi jujur," kata Indro.
"Ya....udah... Saya mau pamit pulang. Mau istirahat. Besok saya masih kerja..lagi," kata Dono.
"Ya.....," saut Indro.
Dono pun mengeluarkan uang dari dompetnya dan membayar pesanan nasi goreng. Indro pun mengambil uang dari Dono. Segeralah Dono pergi dengan motor butut sampai pulang ke rumah.
No comments:
Post a Comment