“Selamat sore. Silakan masuk,” sambut Gianni kepada Signor Bruno dengan ramah.
Kedua sahabat itu kemudian saling bertukar cerita dengan asyiknya. Ya, sudah bertahun-tahun mereka tak berjumpa.
“Sepertinya engkau terlihat sangat cemas. Apa yang sedang engkau pikirkan, Signor Bruno?” tanya Gianni yang memperhatikan kegelisahan di wajah Signor Bruno.
Signor Bruno pun menghela napas panjang.
“Cucuku, Mario,” ujarnya dengan singkat.
“Apa yang terjadi dengan Mario?” tanya Gianni, makin penasaran.
“Kerjanya setiap hari hanya bermalas-malasan dan berbaring di atas ranjang. Dia tak pernah membantuku,” jelas Signor Bruno.
Mereka berdua pun berpikir, bagaimana caranya mengubah sifat Mario. Setelah beberapa lama, Gianni memiliki rencana yang bagus. Esok harinya, Gianni pergi ke tempat Mario. Ternyata benar yang dikatakan Signor Bruno. Mario sedang bermalas-malasan di bawah pohon yang sejuk. Gianni kemudian berjalan menghampiri Mario sembari mengambil sebuah peta kecil di sakunya.
“Hai, Mario! Dalam perjalanan, aku menemukan peta ini. Aku tak bisa membacanya. Tetapi, sepertinya di ladang sana terdapat lima puluh keping emas yang terkubur,” ujar Gianni sambil menyerahkan peta tersebut.
Mario pun bergegas pergi menuju ladang yang dimaksud seraya sesekali melihat peta itu. Ternyata ladang itu tertutup oleh rumput liar yang tinggi. Tanpa membuang waktu. Mario segera menyingkirkan rumput-rumput itu. Keesokan paginya, Mario sudah berada di ladang. Rupanya ia hendak menggali tanah yang kering dan mengairinya, agar lebih mudah saat dia menggali. Sudah berhari-hari Mario bekerja di ladang itu, tetapi ia tak kunjung menemukan tumpukan emas.
“Coba kau mulai menggalinya dari ujung sana. Mungkin emas-emas itu ada di sana,” ucap Gianni sambil menunjuk ke ujung ladang.
Tiba-tiba, beberapa anak berbondong-bondong lewat. Mario takut jika anak-anak itu akan mengambil emas yang masih terkubur di dalam tanah. Seketika, Mario mendapat ide. Ia akan menyebarkan pupuk di sekitar ladang. Namun tanpa sepengetahuan Mario, Gianni menyebarkan benih sayuran di ladangnya. Setelah berminggu-minggu. Gianni mengajak Signor Bruno dan Mario untuk melihat ladangnya. Alangkah terkejutnya Mario. Kini ladangnya sudah ditumbuhi banyak sayuran.
“Lihatlah Mario. Inilah hasil dari pembersihan, penyiraman, dan pemupukan yang kau lakukan. Aku hanya menanam benih untukmu,” ujar Gianni. Mario pun hanya tersenyum.
Sesaat kemudian, ada seorang pedagang yang lewat. Melihat sayuran di ladang, dia segera menawarkan semua sayuran tersebut dengan harga lima puluh keping emas, Mario menatap kakeknya. Sadarlah ia bahwa semua ini adalah rencana kakeknya dengan Gianni. Sejak saat itu, Mario bekerja keras di ladangnya. Ia pun mendapatkan banyak uang dari hasil keringat jerih payahnya.
***
Amara terus membaca buku dengan baik sampai pesan moral yang di tulis dengan baik di buku yaitu setiap tetes keringat yang keluar, pasti ada harganya. Setiap usaha pasti akan selalu membuahkan hasil.
"Cerita yang bagus asal dari Italia," kata Amara.
Amara menutup bukunya dengan baik dan buku di taruh di meja. Amara beranjak dari duduknya di ruang tamu ke dapur untuk membantu ibunya masak.
No comments:
Post a Comment