CAMPUR ADUK

Wednesday, August 4, 2021

LEGENDA PUTRI RUNDUK

Milki membaca bukunya dengan baik.

Isi buku yang di baca Milki :

Alkisah, Raja Jayadana memerintah Kerajaan Barus Raya yang berpusat di Kota Guguk dan Kota Beriang dekat Kadai Gadang, Sumatera Utara sekarang. Kerajaan Barus Raya saat itu sudah memeluk agama Islam dan berada di puncak kesuksesannya. Pada masa kejayaannya, Kerajaan Barus Raya kaya akan seni dan budaya.

Masyarakat pesisir memiliki budaya seperti Serampang 12, Bersanggu Gadang, Bakonde, Berinai, Turun Air, Berkambabodi, Berkelambu Kain Kuning, Berpayung kuning, gertakan gigi dan lain-lain. Raja Jayadana menikahi seorang ratu yang kecantikannya menyebar ke negara-negara lain. Putri Runduk adalah nama ratu.

Banyak raja dan pedagang yang tertarik dengan kecantikan Putri Runduk. Mereka ingin melamar Putri Runduk meskipun dia sudah menikah. Sebut saja Raja Tiongkok daratan yang secara terang-terangan datang melamar Putri Runduk, yang lamarannya tentu saja ditolak. 

Kemudian Raja Janggi dari Sudan, Afrika dan Raja Sanjaya dari Kerajaan Mataram, Jawa juga jatuhcinta pada Puteri Runduk. Kedua kerajaan ini akan mengirimkan pasukannya ke Kerajaan Barus Raya hanya untuk merebut Puteri Runduk.

Raja Jayadana tentu tidak tinggal diam. Ia segera mempersiapkan pasukannya untuk menghadang kekuatan kedua pemerintahan tadi. Kerajaan pertama yang datang menyerang adalah Kerajaan Mataram dari Jawa. Pertempuran hebat terjadi antara Kerajaan Islam Barus Raya dan Kerajaan Hindu Mataram. Setelah perang yang panjang, Kerajaan Barus Raya akhirnya mengalami kekalahan telak dari Kerajaan Mataram. Pasukan Pemerintahan Barus Raya dalam keadaan kacau balau berusaha menyelamatkan diri. Raja Jayadana sendiri tewas dalam pertempuran tersebut. 

Setelah Kerajaan Barus Raya jatuh ke tangan Kerajaan Mataram, Raja Sanjaya langsung melamar Putri Runduk, janda Raja Jayadana. Namun usulan itu ditolak mentah-mentah karena Puteri Runduk beragama Islam sedangkan Raja Sanjaya beragama Hindu. Karena penolakan tersebut, Raja Sanjaya akhirnya memutuskan untuk menangkap Putri Runduk. Seperti yang disebutkan dalam sebuah puisi:

Perang antara Pemerintah Barus Raya dan Pemerintah Mataram telah berakhir. Pasukan Pemerintah Mataram sudah sangat lelah. Hal ini dimanfaatkan oleh Raja Janggi dari Afrika untuk menyerang pasukan Kerajaan Mataram yang membuat kekuatan Kerajaan Mataram menjadi kacau. Kota Guguk dan istana Kerajaan Barus Raya hancur akibat perang ini. 

Pasukan Raja Janggi akhirnya berhasil mengalahkan Kerajaan Mataram dengan mudah. Di tengah kericuhan, sekelompok pengawal setia Raja Jayadana beserta para pelayannya mengambil kesempatan untuk membawa Putri Runduk ke Pulau Morsala. Dalam pelarian yang menegangkan ini, banyak peralatan milik rombongan Putri Runduk jatuh di sepanjang pulau. Sehingga pulau-pulau tersebut di beri nama sesuai dengan nama-nama barang yang tersebar, seperti Pulau Terika, Pulau Lipat Kain, Pulau Puteri, Pulau Situngkus dan lain-lain.

Mengetahui Putri Runduk telah melarikan diri ke Pulau Morsala, Raja Janggi segera mengejar. Dengan kekuatan tim dan peralatan yang lengkap, tentu saja mudah bagi Raja Janggi untuk mengejar Puteri Runduk. Ketika Raja Janggi saling berhadapan mencoba untuk memeluk Putri Runduk, Puteri Runduk melawan dengan memukul tongkat keberuntungan dari akar baru, tongkat warisan Raja Barus, ke kepala Raja Janggi. Sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut:

Pulau Puteri Pulau Penginang

Pulau Anak Janggi Ketiga

Bantal Bantal Putih

Racun Bermain Di Hati

Layanannya bagus karena lapisan putihnya

tapi sayang bantalnya kendor

orang yang tidur menjadi gatal

Dalam ayat lain disebutkan:

Hujan deras di Morsala

Biarkan orangutan mekar

Bintang-bintang di langit salah

ombak di laut beruang

Pulau Talam Pulau Tarika

tiga pulau lipat kainnya

jangkar pendaratan rusak rusak

haluan pindah ke jalan lain

Tapi bagaimanapun, Puteri Runduk hanyalah seorang wanita yang lemah dibandingkan dengan Raja Janggi. Merasa lelah dalam pengejaran ini, Putri Runduk akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan melompat ke laut. Putri Runduk menghilang di tengah lautan tanpa jejak. Ia tidak rela dikendalikan oleh Raja Janggi. 

Sikambang Bandahari, asisten Puteri Runduk di Keraton Barus Raya, menjadi saksi mata kejadian tersebut. Ia menangis sedih karena tidak bisa menyelamatkan Putri Barus. Ia sangat marah dengan kekejaman para raja yang terpesona dengan kecantikan Putri Runduk. Sikambang Bandahari terus meratap tanpa henti, dari hari ke hari. Ratapan legendaris yang menceritakan tentang kecantikan putri-putri Barus Raya, ketenaran dan kesuksesan Kerajaan Barus Raya. 

***

Milki selesai baca bukunya.

"Cerita yang bagus, ya asal Sumatra Utara," kata Milki.

Milki menutup buku dan menaruh buku di meja.

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK