Isi buku yang baca Najwa :
Pada zaman dahulu kala hiduplah seorang pembuat boneka, ia tinggal bersama puteranya yang bernama Aung. Sang ayah sangat menginginkan anaknya bisa seperti ayahnya yang seorang pembuat boneka, tetapi bagi anaknya menjadi seorang pembuat boneka ialah pekerjaan yang sangat membosankan.
Pada suatu ketika Aung berbicara kepada ayahnya, "Ayah, aku tidak ingin menjadi seperti ayah dan aku ingin mencoba mencari keberuntunganku diluar sana.”
“Nak, asal kamu tahu membuat boneka ialah suatu pekerjaan yang mulia. Dan ayah sangat senang kau tinggal bersama ayah disini.” jawab sang ayah. “Tetapi kalau kau masih ingin memaksa untuk pergi dan meninggalkan ayah, tolong bawalah ini untuk menemanimu selama diperjalanan dan tolong jaga baik-baik pemberian ayah ini."
Diberikannya empat buah boneka oleh ayahnya yang sudah dipahat, diberi cat dan dipakaikannya baju yang indah sehingga saat dilihat sangat bagus.
“Beberapa boneka yang diberikan ayahnya memiliki keistimewaan dan makna tersendiiri.”
"Pada boneka pertama disebut raja dewa. Sang pembuat boneka menerangkan bahwa pada boneka yang disebut raja dewa memiliki kelebihan yang kebijaksanaan.”
Berikutnya untuk boneka kedua ialah raksasa berwajah hijau. Yang mempunyai arti Raksasa yang menyimpan kekuatan. Dan untuk boneka yang ketiga ialah boneka peramal. Dengan memiliki arti peramal yang akan memberikan pengetahuan. Dan untuk pemberian boneka yang terakhir kepada Aung ialah pertapa suci, yang memiliki arti bahwa boneka itu akan membawa kebaikan.
Sang ayah juga memberikan pesan kepada Aung, “Kau harus inget, semua boneka ini bisa membantumu di dalam perjalanan. Namun didalam diri kamu harus didasari kebijakan dan kebaikan yang tulus karena setiap kekuatan dan pengetahuan.
Keesokan harinya Aung pergi dan ia membawa sebatang tongkat bambu, yang pada satu ujung bambunya ia ikat dengan bungkusan yang berisi pakaian dan makanan. Kemudian di ujung yang satu lagi digantungkan boneka-boneka yang diberikan dari sang ayah.
Malam pun telah tiba dan Aung sudah sampai di tengah hutan, kemudian dirinya berhenti di bawah sebatang pohon. Sambil berkata dalam hati, “Wah tempat ini sangat nyaman untuk bermalam disini, namun apakah tempat ini cukup aman untukku bermalam disini?", baiklah untuk lebih meyakinkan lagi, aku akan bertanya kepada salah satu boneka yang diberikan ayah.“
Sambil tersenyum dan berkata kepada boneka dewa, "Tolong katakan dan beritahu aku, apakah tempat ini aman untukku bermalam disini?"
Setelah Aung berkata dan tiba-tiba boneka tersebut hidup, kemudian lompat dari tongkat bambu dan berubah menjadi besar sehingga berukuran seperti manusia.
Boneka dewa itu menjawab, “Aung, cobalah kau buka mata serta lihat di sekitarmu. Karena seperti itulah yang akan menjadi langkah pertamamu dalam kebijaksanaan. Apabila sekitarmu tidak ada yang tepat maka yang lainya akan menyesatkannmu.”
Pada hitungan detik, boneka tersebut kembali kebentuk semula dan tergantung pada tongkat bambu yang Aung bawa. Setelah boneka dewa itu kembali kebentuk semula, kemudian Aung melihat dan mengamati disekelilingnya. Terlihat jejak harimau pada tanah yang lembek. Dan akhirnya pada malam itu Aung menaiki pohon dan tidur di atas cabang pohon tersebut. Pada saat tengah malamnya, tiba-tiba datang seekor harimau yang sedang berkeliaraan dibawah pohon. Dimana pohon tersebut menjadi tempat tidurnya.
Ketika matahari tenggelam di barat keesokan harinya, Agung telah tiba di lereng pegunungan, dan ia pun segera mendirikan kemah. Esok harinya ketika matahari terbit di sebelah timur, ia melihat iring-iringan kereta sewaktu terbangun dari tidurnya di jalan tepat dibagian bawah dimana kemahnya berdiri. Kereta itu dipenuhi dengan barang-barang yang tak ternilah, dan dia melihat ada 12 kereta.
“Seorang juragan pedagang kaya raya sepertinya memiliki kereta-kereta ini,” demikian batin Aung pada berkata dengan hati kecilnya sediri. “Jika saja aku memiliki harta yang melimpah seperti itu.”
Ia pun mengajukan pertanyaan kepada seorang raksasa berwajah hijau. “Bagaimana caranya agar aku bisa memiliki barang berharga sebanyak itu?”
Raksasa itu berubah wujud menjadi seukuran manusia ketika turun dari tongkat. “Jika kamu mampu, kamu bisa mengambil harta apapun yang kau harapkan bila mempunyai cukup kekuatan seperti ku. Cobalah lihat apa yang kuperbuat” katanya. Kakinya ia hentakkan ke muka bumi, dan tanah pun berguncang.
"Tahan dulu!" Aung berteriak, namun teriakannya terlambat. Tanah dan batu-batu berjatuhan menyusuri gunung dan jalanan dibagian bawah tertutup karenanya. Kereta-kereta itu ditinggalkanoleh para kusir yang ketakutan dan melarikan diri tunggang langgang.
“Coba kau lihat?” kata raksasa.
“Apakah itu semua terlihat mudah?” kata Aung dengan terkesima.
Aung langsung mendatangi kereta-kereta tersebut dan didalam kereta itu berisi tumpukan kain-kain yang sangat mahal dan logam mulia, sehingga Aung terkagum-kagum melihat itu semua dan berkata " Apakah semua ini milikku?"
Terdengarlah suara tangisan didalam salah satu kereta itu, saat Aung mencoba melihatnya kedalam. Aung sangat kaget, ternyata ada seorang wanita cantik yang seumuran dengan dirinya. Wanita itu tersedu-sedu mengeluarkan air mata dan tubuhnya menggigil ketakutan.
“Tenang, aku tidak akan melukaimu. Siapa kamu?” kata Aung
“Aku Mala,” jawab wanita itu dengan suara yang lirih. “Dan aku sedang melakukan perjalanan untuk bisa bertemu dengan ayahku, ayahku yang mempunyai kereta ini loh.”
Kemudian jatuh cintalah Aung kepada wanita tersebut. “Tidak usah khawatir, aku akan menajagamu dan kamu akan ikut bersamaku.”
Tetapi Mala hanya terduduk dengan rasa marah dan berkata, "Kau pencuri, kau sudah mengambil semuanya dan sekarang kau ingin mengambilku. Aku tidak ingin berbicara denganmu apalagi harus ikut bersamamu!"
Raksasa itu berkata setelah mendengar wanita tersebut berbicara, “Tenang Aung, wanita itu sebentar lagi akan berubah pikirannya. Yang terpenting saat ini, kau sudah mendapatkan semua apa yang kau inginkan. Lebih baik searang kita pergi dari sini.”
Pergilah mereka meninggalkan pegunungan dan sampai di ibu kota. Selama perjalan raksasa itu pun membersihkan jalanan dari longsoran dan juga membantu Aung untuk memimpin kereta tersebut.
"Dengan harta sebanyak ini, apa yang mesti aku perbuat?" Aung bertanya kepada raksasa.
“Aku pun tidak tahu, coba kau bertanya kepada si peramal" jawab si raksasa.
Dengan cepat Aung langsung bertanya kepada peramal, “Apakah kau bisa memberitahuku untuk apa harta sebanyak ini?”
Seperti boneka-boneka lainnya saat diperlukan berubah menjadi hidup. Mala sangat kaget melihat boneka peramal itu bisa hidup. “Kalau kau masih menginginkan harta-hartamu meningkat, kau wajib belajar ilmu rahasia alam,” kata peramal.
Diketuklah Aung dengan tongkat ajaib miliknya dan membawa terbang ke udara. Dipandanya dari atas udara oleh Aung untuk bisa melihat tanah manakah yang subur untk bertani, serta gunung manakah yang terlihat mengandung emas dan perak.
“Wahh hebat sekali ini,, dan aku lagi membayangkan seandainya aku bisa menolong semuanya dengan apa yang sekarang aku miliki” kata Aung.
“Sangat bisalah kau melakukan dengan apa yang sekarang kau miliki, tapi kenapa kau tidak simpan sendiri saja rahasia ini?" jawab peramal.
Akhirnya mereka pun langsung pergi ke ibu kota. Saat berada di kota, Aung menjadi pedagang yang berhasil berkat bantuan dari raksasa dan peramal itu. Semua kekayaan miliknya bertambah menjadi bertlipat ganda. Setelah itu Aung membuat istana yang megah untuk mala dan dirinya tinggal. Tetapi Aung tidak merasakan kebahagiaan, sebab sampai saat ini mala masih tidak ingin berbicara dengannya.
Pada suatu ketika dibelikanlah sebuah mahkota yang sangat indah dan malah untuk mala. Terbuat dari emas dan dihiasi batu-batu permata sehingga terlihat indah. Tetapi yang dilakukan oleh Mala hanya acuh kepada mahkota tersebut.
Seperti jatuh dari atas gunung apa yang dirasakan oleh Aung mendapatkan sikap dari Mala dan Aung berkata kepadanya, "Apakah kamu benar-benar tidak tahu kalau diriku sangat mencintaimu?." Lagi-lagi Mala hanya terdiam, tak ada satu kata yang keluar dari mulutnya.
Keesokan harinya Aung berkata kepada raksasa dan peramal. "Sampai sekarang Mala masih belum ingin berbicara kepada ku. Dan sekarang keadaan ku kan lebih kaya tidak seperti ayahnya yang miskin. Mala sangat kehilangan ayahnya, dan aku berniat akan membantunya untuk bertemu dengan ayahnya karena ini semua juga kesalahan sudah mengambil semua yang dia punya. Semoga dengan niat baikku, dia akan luluh untuk berbicara kepada ku dan akan belajar mencintaiku."
“Heiii Aung, itu bukan ide yang bagus untuk kamu lakukan. Dan tidak boleh ada satupun yang harus kamu serahkan dengan harta yang kamu miliki sekarang,” kata raksasa.
“Kau sudah terlambat Aung,” kata peramal. “Semalam Mala sudah pergi untuk meninggalkanmu.”
Aung terkaget-kaget, kemudian dirinya langsung mencari ke semua ruang rumah tetapi Mala tetap tidak ada.
Setelah ia mencari Mala, Aung datang lagi ke raksasa dan peramal. “Semua kekayaanku tidak ada artinya kalau aku harus kehilangan orang yang paling aku cintai!!” katanya putus asa.
Raksasa dan peramal kali ini hanya terdiam, tidak dapat berbicara sedikitpun.
Masih ada boneka yang belum pernah di panggilnya, kemudian Aung memanggil dan berkata kepadanya. Hai boneka pertapa suci, aku ingin bertanya kepadamu dan tolong katakan kepadaku "kenapa semuanya berakhir seperti ini, aku mendapatan kekayaan tetapi aku harus kehilangan orang yang sangat berarti untukku?"
“Aung, Kau menginginkan banya harta selalu menghadirkan kebahagiaan. Yang perlu kau tahu ialah, suatu kebahagiaan tidak dapat di lihat dari banyaknya harta yang kau miliki tetapi kebahagiaan yang sesungguhnya ialah sesuatu yang kau lakukan dengan tulus.”
Raja dewa boneka yang ada di samping pertapa datang dan berkata kepada Aung, "Ada yang kau lupakan dari pesan yang diberikan ayahmu. Harusnya kau ingat pesannya, tidak hanya kekuatan dan pengetahuan saja yang berguna melainkan kau harus dapat di imbangi dengan kebijakan dan kebaikan dengan begitu kau akan mendapatkan kebahagian yang sesungguhnya."
"Baiklah aku tidak akan melupakan hal itu.”
Setelah kejadian yang telah menimpa, Aung memanfaatkan kekayaan dan bakatnya untuk perllakuan yang baik. Kemudian Aung membangun sebuah pagoda suci yang sangat luas dan menyediakan suatu tempat makan dan istirahat bagi orang-orang yang datang tempat suci tersebut.
Pada siang hari di antara banyaknya para pengunjug, Aung melihat sesosok wanita muda cantik yang sudah dikenalnya dan seorang pria yang sudah tua. Mereka berdua memakai baju yang sangat sederhana.
“Mala, Aung pun berlari mendatangi wanita muda cantik tersebut dan sesampai di hadapannya Aung langsung bersujud dan ayahnya mala pun melihatnya dengan terkejut.”
“Aku minta maaf kepada tuan, aku sudah melakukan kesalahan kepadamu yang sudah merebut semua yang tuan miliki. Dan sekarang aku ingin mengembalikannya kepadamu, kemudian aku akan pulang ke kampung halamanku dan membantu ayahku membuat boneka.”
“Ayah, dia Aung. Dia sudah meminta maaf dan mengakui kesalahannya kepada kita” Mala berbicara pelan kepada ayahnya.
“Nak, bagaimana dia bekerja untuk kita dan hidup bersama kita" kata ayah.
Akhirnya Aung menjadi orang kepercayaan sang pedagang dan menjadi teman bisnisnya. Dengan kegigihan dan kesabarannya Aung untuk mengambil hati anaknya sang pedagang, Mala pun akhirnya jatuh cinta kepadanya. Tetapi dengan keberhasilannya Aung saat ini, ia tidak melupakan boneka-boneka pemberian dari ayahnya. Meskipun, Aung masih meminta bantuan kekuatan dan pengetahuan para bonekanya, Aung juga tidak lupa mengimbangi dengan kebijaksanaan dan kebaikan.
***
Najwa selesai membaca bukunya.
"Bagus cerita asal dari Myanmar," kata Najwa.
Najwa menutup bukunya dengan baik dan menaruh buku di meja dengan baik.
"Nonton Tv," kata Najwa.
Najwa keluar dari kamarnya ke ruang tengah untuk nonton Tv bersama orang tua. Acara Tv yang sedang di tonton ayah dan ibu, ya film sih......Samson dan Delilah.
No comments:
Post a Comment