CAMPUR ADUK

Sunday, January 19, 2025

GHAYAL : ONCE AGAIN

Setelah nonton Tv yang acara musik dangdut, yaaa seperti biasa...Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerpen yang cerita menarik, ya sambil menikmati minum kopi dan makan keripik singkong. 

Isi cerita yang di baca Budi :

Setelah peristiwa film sebelumnya, Ajay Mehra dibebaskan dari penjara dan memulai karier baru sebagai reporter untuk surat kabar independen. Dia juga bekerja sebagai vigilante yang membantu polisi dengan kasus-kasus yang sulit dituntut (termasuk kasus-kasus di mana terdakwa adalah anggota masyarakat yang terkemuka dan berpengaruh). Salah satu kasus tersebut melibatkan reporter kota kecil Renu yang dibius dan diserang oleh baron media Aditya Rajguru. Renu bunuh diri dan anak buah Rajguru menutupi masalah tersebut, melibatkan pacarnya yang tidak bersalah. Ajay beraksi dan menculik Rajguru, segera mendapatkan DNA-nya secara paksa . Rajguru kemudian ditangkap dan Ajay dinyatakan sebagai pahlawan sensasional. Namun, Ajay masih menderita serangan kecemasan dari kenangan masa lalunya yang menyakitkan, dan pacarnya yang seorang psikiater, Riya, membantunya dengan masalahnya.

Joe D'Souza telah pensiun dan sekarang menjadi aktivis sosial. Ajay sering bekerja sama dengannya dan membantunya. Namun, D'Souza tewas dalam kecelakaan lalu lintas di Panvel. Seorang blogger bernama Zoya Saigal terkejut saat mengetahui bahwa Joe sebenarnya ditembak mati. Dia secara tidak sengaja merekam pembunuhan itu dalam video, yang dilakukan oleh Kabir Raj Bansal, yang merupakan putra dari maestro bisnis Raj Bansal. Zoya dan teman-temannya panik dan ingin membawa video itu ke polisi, tetapi kakek dari teman Zoya, Anushka, menyimpulkan bahwa Raj Bansal telah merencanakan kecelakaan lalu lintas (di mana 8 orang tak bersalah lainnya tewas) dan menghentikan mereka, karena kekuatan Bansal. Lebih lanjut terungkap bahwa D'Souza telah mengunjungi Raj Bansal dan secara langsung menuduhnya melakukan akuisisi tanah ilegal. Bansal mencoba menyuapnya, tetapi terjadi pertengkaran, di mana Kabir menembak D'Souza dalam keadaan marah dan kecelakaan itu ditutup-tutupi.

Bansal menyadari bahwa Kabir masih anak nakal dan memutuskan untuk mendaftarkannya ke sekolah militer. Mengikuti saran kakeknya, Anushka menyerahkan video itu kepada pengacara ayah teman mereka Rohan, Kriplani untuk memastikan anak-anak tetap aman. Namun, Kriplani diam-diam mengembalikannya ke Bansal dan Rohan menyadari bahwa ayahnya telah menyerahkan video itu dan dengan demikian mendesak Zoya untuk menghubungi Ajay Mehra. Saat anak-anak bergegas untuk menghubungi Ajay, mereka dicegat oleh preman Bansal. Pengejaran terjadi dan Ajay menyelamatkan anak-anak, memulihkan video. Riya membawa anak-anak ke rumah sakit, tetapi mereka sekali lagi diculik oleh anak buah Bansal. Ajay menemukan bahwa Anushka adalah putrinya sendiri karena kakeknya telah menyimpan rahasia untuk melindunginya dari masa lalu Ajay. Kabir menyiksa anak-anak sampai Bansal, lelah dengan amukan putranya, memperingatkannya.

Bansal menggendong Anushka dan melepaskan anak-anak lainnya. Ia memberi tahu Ajay bahwa putrinya selanjutnya akan tinggal bersama Bansal untuk memastikan keselamatan Kabir. Ibu Bansal keberatan, tetapi Bansal, yang terjebak dalam konflik moral, mengusirnya. Bansal memerintahkan Menteri Dalam Negeri untuk menangkap Ajay. Ajay mengalahkan polisi dan melancarkan serangan ke rumah besar Bansal untuk menyelamatkan Anushka. Setelah pertarungan sengit, Ajay menyelamatkan keluarga Bansal yang terjebak di reruntuhan. Ajay kemudian pergi ke tempat pendaratan helikopter, di mana ia melihat Kabir menyiksa Anushka dan memukulinya. Ia hendak membunuhnya ketika Bansal meminta maaf kepada Ajay dan Anushka di mana ia, bersama dengan Kabir menyerahkan diri kepada polisi. Ajay dan Anushka pulih di rumah sakit dikelilingi oleh teman-teman mereka.

***

Budi selesai baca cerpen, ya buku di tutup dan buku di taruh di bawah meja. 

"Emmm," kata Budi. 

Budi menikmati minum kopi dan makan keripik singkong gitu. Eko datang ke rumah Budi, ya motor di parkirkan dengan baik di depan rumah Budi. Eko duduk dengan baik, ya dekat Budi. 

"Hidup ini tetap sama kan Budi?" kata Eko. 

"Yaaa hidup tetap sama sih," kata Budi. 

"Orang-orang yang tinggal di kota Batam, ya asalnya dari daerah ini dan itu," kata Eko. 

"Realitanya memang begitu," kata Budi. 

"Orang-orang yang tinggal di kota Batam...tetap berusaha dengan baik dengan usahanya, ya dengan keahlian masing-masing demi hidup ini yang penuh dengan kompetisi," kata Eko. 

"Realitanya memang begitu," kata Budi. 

"Contoh, ya orang-orang berhasil kerja di perusahaan dan di gaji dengan baik sama perusahaan. Dari gaji yang di dapatkan di gunakan untuk kebutuhan sehari-hari gitu," kata Eko. 

"Realitanya memang begitu," kata Budi. 

"Roda ekonomi berjalan dengan baik," kata Eko. 

"Memang roda ekonomi berjalan dengan baik," kata Budi. 

"Sistem kerja bagus ini dan itu, ya berarti berterima kasih pada orang-orang yang punya kemampuan untuk memeriksa sistem kerja dengan baik dengan tujuan kebaikan bersama," kata Eko. 

"Maksud...omongan Eko, ya berkaitan dengan orang-orang pemerintahan?" kata Budi. 

"Hidup ini kan mungkin terjadi orang-orang pemerintahan memeriksa sistem kerja ini dan itu demi kebaikan bersama, ya kan Budi?" kata Eko. 

"Hidup ini. Yaaa mungkin sih. Demi tujuan kebaikan bersama," kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Yaaa tetap lah yang latar belakangnya dari keluarga tidak mampu, ya tetap berusaha dengan baik kerja jadi pedagang dengan modal kecil, ya demi hidup ini penuh dengan kompetisi dengan tujuan yang di harapkan sama dengan keinginan orang kaya, ya kaya dan kaya," kata Eko. 

"Hidup orang - orang yang berlatar keluarga tidak mampu, ya penuh dengan perjuangan demi mengubah nasif jadi kaya dan kaya," kata Budi. 

"Sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Eko. 

"Memang sekedar bahan obrolan lulusan SMA!" kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Tetap seperti biasanya, ya seperti Ibu-Ibu pada umumnya...kerjaannya Ngerumpi ini dan itu, ya obrolan mendekati dengan baik ngerasani orang lain yang ini dan itu," kata Eko. 

"Kebiasaan Ibu-Ibu...ngerumpi," kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Antara baik dan buruk perilaku manusia," kata Eko. 

"Realitanya memang begitu, ya antara baik buruk perilaku manusia karena hidup ini.....bersuku-suku dan banyak agama jadi antara paham agama dan tidak," kata Budi. 

"Paham agama dan tidak," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

"Hidup di Lampung pun, ya tetap sama tentang berlatar belakang keluarga tidak mampu, ya berusaha dengan baik mengubah nasif dengan keadaan penuh dengan kompetisi," kata Budi. 

"Realitanya memang begitu," kata Eko. 

"Yang kaya dasar kakek dan neneknya kaya, ya sudah enaklah nikmati hidup ini," kata Budi. 

"Realitanya memang begitu," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

"Kalau begitu sih...main catur saja!" kata Eko. 

"Oke. Main catur!" kata Budi. 

Budi mengambil papan catur di bawah meja, ya papan catur di taruh di atas meja. Eko dan Budi menyusun bidak catur di atas papan catur. Keduanya main catur dengan baik.

"Kita berdua cowok kan Eko?" kata Budi.

"Kita berdua memang cowok. Kenapa gitu Budi?" kata Eko.

"Cowok ngomongin cewek, ya biasa kan?" kata Budi.

"Biasa sih...cowok ngomongin cewek. Yaaa asalkan tidak ke lain hati. Takutnya ada yang marah!" kata Eko.

"Ya komitmennya kesetiaan pada cewek yang di sukai, ya jadi tidak boleh ke lain hati. Takut ada yang marah!" kata Budi.

"Emmm," kata Eko.

"Kalau tinggal di kota Batam, ya mungkin bisa dekat dengan cewek yang tinggal di kota Batam," kata Budi.

"Nama juga tinggal di kota Batam, ya pastinya dekat dengan cewek yang tinggal di kota Batam. Yaaa apa tujuannya, ya Budi...cowok dekat cewek?" kata Eko. 

"Secara umum kan, ya seperti cerita sinetron saja...cowok dekat dengan cewek tujuannya jadian gitu," kata Budi.

"Bisa saja kan cowok dekat cewek cuma teman saja kan Budi?" kata Eko. 

"Iya sih...cowok dekat cewek...sekedar teman saja sih," kata Budi. 

"Emmm," kata Eko. 

"Urusan rasa kan, ya cowok dekat cewek tetap ingin jadian," kata Budi. 

"Rasa. Jadian. Jadi pacar saja atau jadi pacar dan di nikah?" kata Eko. 

"Memang sih...hidup ini memang pilihan!" kata Budi.

"Emmm," kata Eko.

"Bagi yang paham agama sih, ya pasti milihnya...menikah gitu. Bagi yang tidak paham agama tidak perlu di omongin!" kata Budi.

"Milih cewek. Ya bener omongan orang tua. Bibit, Bebet, dan Bobotnya!" kata Eko.

"Tujuan rumah tangga di jalan baik sih. Yaaa omongan orang tua bener sih. Milih cewek itu, ya di perhitungkan Bibit, Bebet, dan Bobotnya," kata Budi.

"Emmm," kata Eko. 

"Emmm," kata Budi. 

Budi dan Eko tetap asik main catur gitu. 

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

BAJRANGI BHAIJAAN

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara musik dangdut, ya seperti biasa sih...Budi duduk dengan santai di depan...

CAMPUR ADUK