"Gareng setiap cerita yang di tulis dan di baca orang-orang, apa harus kita percayai ceritanya?" kata Bagong.
"Contoh seperti apa ceritanya?! " kata Gareng.
"Contohnya : cerita tentang kematian ini dan itu, ya misteri sih!" kata Bagong.
"Boleh percaya boleh tidak," kata Gareng.
"Tepatnya?!" kata Bagong.
"Percaya aja deh. Contohnya : manusia mati, ya rohnya di cabut oleh malaikat maut," kata Gareng.
"Padahal manusia mati itu. Bisa karena sakit ini dan itu. Bisa juga karena kecelakaan ini dan itu. Paling fatal sih, ya gara-gara perkara yang ini dan itu mengancam nyawa seseorang....jadinya bunuh-bunuhan kaya perang aja deh," kata Bagong.
"Kenyataan seperti itu, kalau cerita kriminalitas yang terjadi masyarakat," kata Gareng.
"Memang sih. Cerita kriminalitas yang fatalnya sih, ya kematian ini dan itu. Tragis banget. Kadang cerita itu bisa dibuat cerita detektif untuk mengungkap satu masalah misteri pembunuhan sampai yang di bunuh jadi hantu dan balas dendam sama yang membunuh. Horor deh ceritanya," kata Bagong.
"Ceritanya memang menarik sih, Bagong!" kata Gareng.
Gareng pun mengambil cangkir teh di meja dan di minumnya. Bagong mengambil topples keripik singkong di meja dan segera makan keripik. Petruk di ruang tamu, ya sibuk baca buku.
"Cerita di Tv yang kita tonton ini, ya sekedar cerita saja, tidak perlu percaya banget kan, Gareng?!" kata Bagong.
Gareng menaruh cangkir teh di meja.
"Memang sih tidak percaya banget. Ya sekedar cerita yang menghibur saja. Seperti lawak saja. Guyon saja!" kata Gareng.
"Film dan sinetron juga termasuk kan!" kata Bagong sambil menaruh toples keripik di meja.
"Memang termasuk. Tidak perlu di percayaiin tuh cerita. Sekedar cerita saja!" kata Gareng.
"Gimana dengan cerita yang di angkat dari cerita agama gitu?!" kata Bagong.
"Kalau cerita yang di kaitkan agama sih, ya lain ceritanya. Tujuan cerita di angkat di kaitkan dengan agama, ya penyebaran agama itu. Maksudnya? Dakwah gitu. Untuk membimbing manusia agar berjalan kebenaran dan kebaikan," kata Gareng.
"Tapi kan ada perselisihan agama ini dan itu, yang menciptakan konflik yang ini dan itu di masyarakat!" kata Bagong.
"Perselisihan itu adalah kesalahan pemahaman manusia saja di pemahaman agama," kata Gareng.
"Salah paham, tapi bisa berlarut-larut di masyarakat. Kebodohan manusia," kata Bagong.
"Bodoh di piara. Pintar di piara!" kata Gareng menegaskan omongan Bagong.
"Belum paham agama. Sudah terpengaruh keadaan karena provokasi ini dan itu. Pantes perang kebodohan jadinya!" kata Bagong.
"Kenyataannya seperti itu. Apa mau di kata?!" kata Gareng.
"Iya juga, ya!!!!" kata Bagong.
Bagong mengambil cangkir teh di meja, ya segera di minumnya. Gareng mengambil keripik singkong di toples, ya segera dimakannya. Petruk masik asik baca bukunya.
"Gareng, di Pemilu Pilkada ada peserta Pilkada....ya pemain lama. Apa pendapat Gareng?!" kata Bagong sambil menaruh cangkir teh di meja.
"Pendapat aku. Ya peserta Pilkada yang lama. Kalau sistem kerja bagus, ya di pilih lagi kalau kenyataannya tidak bagus di ganti aja yang baru gitu yang punya kualitas sistem kerja lah!" kata Gareng sambil menaruh topples di meja.
"Di lihat dari sistem kerjanya toh. Data yang telah di kumpulan dengan baik!" kata Bagong
"Yo,....i," kata Gareng.
Gareng dan Bagong, ya fokus nonton Tv yang acaranya bagus banget gitu. Petruk, ya berhenti baca bukunya dan segera main game di Hp-nya.
"Hidup itu di nikmati, ya senang-senang main game," celoteh Petruk.
Petruk terus main game dengan asik banget.
No comments:
Post a Comment