Wahai sudah setahun bekerja di sebuah perusahaan besar. Hasil kerjanya baik karena ia tekun menyelesaikan tugas-tugasnya. Hanya saja, pemuda tampan berusia 22 tahun ini pemalu sekali. Berbicara dengan teman-teman wanita. Ketika berbicara, Wandi tak berani menatap lawan bicaranya. Sebelum melaporkan sesuatu dalam rapat, ia sudah risau dulu. Soalnya, Wandi gagap. Ia selalu berbicara sambil mengedip-ngedipkan mata serta ujung jari jari diketuk-ketukkan ke meja.
Seorang teman sejawatnya merasa prihatin. Ia membujuk Wandi agar mau berobat ke Klinik Bina Wicara. Di sana, mula-mula Wandi di wawancarai. Ia ditanya apa saja kesulitannya selama ini. Walaupun banyak mengulang kata-kata selama bercerita, ahli Bina Wicara tetap menunggunya dengan sabar. Ia diberi kesempatan untuk berbicara secara bebas tanpa rasa takut.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa Wandi menderita secondary stuttering (kegagapan tahap kedua). Ia mengalami kemacetan tiap kali akan mengucapkan kata-kata yang dimulai dengan huruf S. Di samping itu, ia sering merasa cemas, takut, malu, dan merasa bersalah.
Ahli "bina wicara" di sana berhasil mengorek keterangan dari Wandi bahwa ia mulai gagap sejak duduk di kelas V Sekolah Dasar. Waktu itu, guru Matematika yang mengajar di kelasnya sangat keras. Guru tersebut selalu menyuruh Wandi maju ke depan kelas untuk membaca atau menyebut nilai ulangannya dengan suara keras sehingga ia gugup. Lama-kelamaan, gugup ini berkembang menjadi gagap. Akibatnya, Wandi pun sering diejek oleh teman-temannya.
Ketika duduk di SMP, bicaranya lebih lancar. Mungkin karena tidak ada lagi guru yang ditakuti. Akan tetapi, di SMA ia kembali gagap ketika bertemu guru Bahasa Inggris yang galak. Terlebih saat ia harus tinggal bersama pamannya yang sangat disiplin dan keras. Ia juga dibatasi untuk bergaul dengan teman wanita.
Wandi merupakan salah satu pasien gagap yang pernah mendapat terapi dari Karsinah Soedjadi, seorang ahli "bina wicara" (speech therapist) yang sejak tahun 1978 banyak menangani kasus kesulitan bicara, serta kesulitan belajar pada anak-anak.
No comments:
Post a Comment