Isi buku yang di baca Aline :
Suatu hari, Putri Safia berjalan-jalan di luar istana. Ia mengunjungi rumah orang-orang miskin. Putri Safia juga meninggalkan santunan untuk mereka. Pada saat Putri Safia melintasi sebuah kedai, seorang pria asing melihatnya. Ia terpesona akan kecantikan sang putri. Pria separuh baya itu bernama Ghazlan. Ia seorang penyihir yang jahat. Ia sedang dalam perjalanan dan melintasi kerajaan Putri Safia. Timbullah niat jahatnya. Ia ingin menjadikan putri istrinya dan menjadi raja di kerajaan tersebut. Ghazlan tahu bila ia datang langsung meminang putri, ia pasti akan ditolak. Mana mungkin putri mau menikah dengan pria yang seumuran dengan ayahnya. Ghazlan pun berencana memanfaatkan kekuatan sihirnya. Ghazlan datang ke istana. Ia meminta izin untuk bertemu dengan raja. Ia mengaku sebagai seorang ilmuwan yang sedang dianiaya musuh.
“Raja, Yang Mulia, saya Ghazlan dari kerajaan seberang. Saya datang menemui Anda untuk memohon perlindungan.”
“Selamat datang di kerajaan kami yang aman dan damai, Tuan. Perlindungan seperti apakah yang Anda harapkan dari kami?” sambut Sang Raja.
“Saya sedang menulis sebuah buku yang sangat penting, tetapi penguasa di tempat saya berasal tidak menyukainya. Ia selalu berusaha menangkap saya. Ia pun tak segan menganiaya bila saya tetap melanjutkan menulis buku ini. Jika Anda berkenan, saya bermaksud menyelesaikan buku saya di sini.”
Raja memang terkenal menyukai ilmu pengetahuan. Ia menghimpun banyak buku dan membuat perpustakaan kerajaan. Karenanya, Raja sangat senang mendengar rencana Ghazlan.
“Oh, tentu saja, Tuan. Kami menyambut Anda dengan sukacita. Buku apa yang sedang Anda tulis?” tanya Raja antusias.
“Saya sedang menulis buku pengobatan, Yang Mulia.”
“Bagus, bagus. Kalau begitu, Anda bisa tinggal di kastil dekat dengan perpustakaan kerajaan. Silakan menyelesaikan buku Anda di sana,” kata Raja memberi izin.
Ghazlan tersenyum senang. Rencananya berhasil. Ia mendapatkan tempat tinggal yang layak. Raja juga menyuruh pelayan istana mengirimkan makanan dan memenuhi semua kebutuhannya. Namun alih-alih menulis buku, Ghazlan malah melakukan hal lain. Di kastil itu dia terus melatih mantra-mantra sihirnya. Ia bersiap-siap sebelum menjalankan rencana jahatnya. Ia harus memastikan semua mantranya akan berhasil. Jika salah sedikit saja, pasti akan ketahuan. Raja pun bisa menjatuhkan hukuman berat padanya. Ketika Ghazlan sudah fasih melafalkan mantra-mantranya, ia mulai beraksi. Ghazlan menyamar menjadi wanita tukang cuci istana. Ia datang ke kamar Safia dan mengetuk pintunya.
“Siapa?” tanya Putri Safia.
“Saya, Tuan Putri. Tukang cuci istana.”
“Masuklah kalau begitu.”
Ghazlan pun masuk ke kamar Putri Safia. Putri sedang duduk di kursi malasnya sambil membaca buku. Putri tak sedikit pun curiga pada Ghazlan yang membawa keranjang besar. Secepat kilat, Ghazlan memasukkan Putri Safia ke dalam kantong pakaian yang besar. Kemudian ia memasukkannya ke dalam keranjang. Ghazlan membawa Putri Safia ke dalam kastil tempatnya tinggal.
“Lepaskan aku!” teriak Putri Safia saat dikeluarkan dari kantong cucian.
“Sekarang bukan saatnya ribut, Tuan Putri. Anda harus saya amankan dulu sebelum rencana saya berikutnya berjalan!” tukas Ghazlan.
Penyihir pun mengucapkan mantra. Perlahan-lahan Putri Safia merasakan tubuhnya membeku dan menyusut. Ia berubah menjadi boneka kecil. Ia masih bisa bicara, mendengar, dan melihat. Namun ia sama sekali tak bisa bergerak.
“Diamlah di sini dulu, Putri!”
Ghazlan menyimpan boneka Putri Safia ke dalam lemarinya dengan hati-hati. Putri Safia merasa marah pada Ghazlan. Raja telah memberinya bantuan, tapi dia malah berbuat kejahatan. Namun, Putri Safia juga merasa sedih. Dalam keadaaannya sekarang, ia tak bisa berbuat apa-apa. Ia merasa khawatir pada kedua orang tuanya. Ia takut Ghazlan melakukan hal yang jahat pada mereka.
“Tolong!” teriak Putri Sofia.
Berulang kali ia menjerit meminta tolong, tapi tak ada yang mendengar. Suaranya menjadi kecil dan begitu lemah. Mungkin tak ada manusia yang bisa mendengarnya. Putri Safia menangis sedih di dalam lemari kayu. Sementara itu istana gempar karena sang putri menghilang. Tak ada satu pun yang tahu ke mana putri pergi, termasuk para dayang. Raja dan Ratu sangat gundah kehilangan putri kesayangan mereka. Ratu terus menangisi Putri Safia. Raja mengerahkan pasukan untuk mencari sang putri ke seluruh penjuru kerajaan. Sayangnya usaha itu tak membuahkan hasil. Ghazlan terus mendampingi raja. Ia berpura-pura ikut sedih dan mengkhawatirkan keadaan Putri Safia.
“Raja, saya telah mengundang beberapa peramal di kerajaan ini untuk mencari Putri Safia. Mereka berkumpul di aula istana,” ucap penasihat kerajaan.
Raja menemui mereka dengan wajah yang sedih. Raja berharap mereka bisa menemukan di mana Putri Safia sekarang berada. Dengan begitu, Raja bisa menjemput putrinya pulang ke istana. Sayangnya Ghazlan telah memantrai lemari tempat ia menyimpan putri. Mantra itu membuat putri yang tersimpan dalam lemari tak dapat dicari dengan ilmu sihir lain. Ghazlan mengikuti Raja. Ia ingin memastikan para peramal itu tak ada yang bisa mematahkan mantranya.
“Maafkan kami, Paduka. Kami telah berusaha semampu kami. Tetapi kami tak mendapatkan satu pun petunjuk di mana Putri Safia berada,” ucap salah seorang peramal.
Ghazla tersenyum licik dan berkata dalam hati, “Sampai kapan pun kalian tak akan bisa menemukannya.”
Sudah seminggu Putri Safia menghilang dari istana. Seluruh warga kerajaan ikut berduka. Mereka teringat akan kebaikan dan keramahan sang putri. Sementara itu para pejabat istana berkasak-kusuk. Mereka mengira putri telah menghilang selamanya. Mereka malah membicarakan tentang penerus Raja.
“Raja tak memiliki keturunan selain Putri Safia, kira-kira siapa nanti yang akan menggantikannya?”
“Ya, betul. Raja juga tak memiliki satu pun saudara. Kerajaan pasti akan kehilangan pemimpin.”
“Tentulah aku yang akan menggantikan Raja. Lihat saja sebentar lagi. Tak akan lama waktunya,” gumam Ghazlan dalam hati saat mendengar pembicaraan pejabat-pejabat istana.
Ghazlan pun bersiap menjalankan rencana berikutnya. Kali ini dia mengendap-endap ke kamar Ratu. Ghazlan berpura-pura menjadi pengantar makanan. Ratu jatuh sakit karena terus memikirkan sang putri. Saat Ghazlan datang, tak ada siapa pun di dalam kamar karena Ratu sedang tertidur.
“Ini kesempatan yang baik,” ucap Ghazlan lirih.
Ghazlan pun segera memindahkan Ratu ke meja pengantar makanan dan menutupinya dengan kain yang lebar. Ghazlan bergegas ke kastilnya sebelum Ratu terbangun. Sesampainya di kastil, Ghazlan langsung mengubah Ratu yang masih tertidur menjadi boneka. Ia menyimpannya di lemari yang berbeda dengan lemari Putri Safia. Putri Safia melihat tindakan Ghazlan dari dalam lemarinya. Ia mengintip dari lubang kunci. Ia sangat marah karena Ghazlan telah berbuat jahat pada ibunya.
“Jangan-jangan, setelah ini dia akan mengubah Ayah menjadi boneka juga. Tapi apa yang bisa kulakukan?” pikir Putri Safia.
Sementara ini, dia belum menemukan satu pun cara untuk lepas dari pengaruh sihir Ghazlan. Benarlah perkiraan Putri Safia. Tak lama berselang, Ghazlan membawa Raja dan mengubahnya menjadi boneka. Ghazlan menyimpan boneka Raja di lemari yang sama dengan boneka Ratu. Kerajaan berada dalam kebingungan. Keluarga raja mereka telah hilang satu per satu. Kini sang raja juga menghilang. Penasihat kerajaan tak bisa menemukan di mana Raja berada. Ia hampir putus asa.
“Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan? Siapa yang akan memerintah kerajaan. Bila keadaan ini terus dibiarkan, bisa-bisa para pejabat istana akan berebut menjadi pengganti Raja,” keluhnya.
Ghazlan mendekati penasihat kerajaan. Ia berusaha menenangkannya. Namun pada saat yang bersamaan, ia juga memengaruhi penasihat kerajaan untuk menyerahkan pemerintahan padanya.
“Saya rasa Anda benar, Tuan Ghazlan. Lebih baik pemerintahan sementara diserahkan para orang yang tidak berhubungan langsung dengan jabatan apa pun di istana. Dengan begitu akan lebih netral dan semua bisa menerimanya,” ucap penasihat kerajaan.
“Anda sungguh bijaksana, Tuan Penasihat,” puji Ghazlan untuk membuat penasihat semakin percaya padanya.
Penasihat kerajaan pun segera mengumpulkan pejabat kerajaan. Pejabat kerajaan terpaksa menyetujui pengangkatan Ghazlan menjadi pengganti raja sementara. Penasihat juga mengumumkannya kepada rakyat di penjuru kerajaan. Mereka kini mempunyai raja baru. Ghazlan mulai mengganti para pejabat kerajaan yang tidak menyukainya. Ia membuat aturan baru di kerajaan. Sihir dilarang keras dipelajari dan digunakan. Ghazlan beralasan ilmu sihir sering digunakan untuk kejahatan sehingga harus dimusnahkan. Padahal sebenarnya dia tak ingin satu pun orang di kerajaan yang mengusai ilmu sihir kecuali dirinya. Dengan begitu dia bisa melanggengkan kekuasaannya. Ghazlan belum mengubah Putri Safia kembali menjadi manusia. Jika ia terburu-buru mengubahnya kembali, bisa-bisa kedoknya terbongkar. Ghazlan belum berhasil menemukan mantra untuk menghapus ingatan Putri Safia. Suatu hari, seekor tikus kecil masuk ke dalam lemari tempat boneka Putri Safia disimpan. Ia mendengar suara tangis dan mencarinya.
“Apa kau menangis, boneka cantik?” tanya Tikus.
Putri Safia terkejut. Sudah lama tak ada satu pun yang mendengar teriakannya, apalagi tangisnya.
“Kau mendengar suaraku, tikus kecil?”
“Ya, tentu saja. Kenapa kau bisa bicara dan menangis? Kau boneka ajaib?” tanya Tikus lagi.
“Kau juga bisa bicara bahasa manusia. Apa kau tikus ajaib?” Putri Safia balik bertanya.
“Tidak. Kau bicara dalam bahasaku,” elak Tikus.
“Apa aku sekarang sedang bicara dalam bahasa tikus?” Putri Safia jadi bingung.
“Entah. Mungkin kita bicara dengan bahasa berbeda. Apa itu penting? Yang penting kita saling memahami apa yang kita bicarakan, bukan?”
“Ya, kau benar,” jawab Putri Safia.
“Jadi, kenapa kau menangis?”
“Entah sudah berapa lama aku berada dalam lemari ini, Tikus. Aku tak tahu kapan siang kapan malam. Tapi rasanya sudah sangat lama aku berada di sini. Tak ada yang mendengar teriakanku meminta tolong. Kaulah yang pertama mendatangiku dan mengatakan mendengar tangisanku,” cerita sang putri.
“Aku sebenarnya adalah Safia, putri raja kerajaan ini,” lanjut Putri Safia.
“Jadi kau putri yang hilang itu? Bagaimana kau bisa berada di sini? Mengapa kau menjadi boneka?” sela si tikus kecil.
“Penyihir jahat telah mengubahku menjadi seperti ini. Ia juga mengubah ayah dan ibuku menjadi boneka. Keduanya disimpan di lemari kayu di sudut sana.”
“Malang sekali nasib keluargamu. Sekarang kerajaan ini punya raja baru. Namanya Raja Ghazlan. Ia melarang sihir dipelajari dan digunakan di kerajaan ini. Mungkin penyihir yang mengubahmu menjadi seperti ini telah pergi dari kerajaan.”
“Apa? Ghazlan menjadi raja?” Putri terkejut.
“Ya. Memangnya kenapa?”
“Dialah yang menyihir aku dan kedua orang tuaku menjadi boneka.”
“Jadi dia penyihir?”
Putri Safia mengangguk.
“Dia telah mengusir peramal dan penyihir baik keluar dari kerajaan ini. Sebagian dari mereka kini tinggal di hutan,” ujar tikus kecil itu.
“Kira-kira, mereka bisa mengembalikan aku menjadi manusia lagi atau tidak, ya?”
“Kalau itu aku tidak tahu. Begini saja. Aku akan membawamu keluar dari lemari ini untuk menemuinya. Ada penyihir wanita yang kukenal. Ia penyihir yang baik. Ia tinggal di tengah hutan. Aku akan membantumu pergi ke mana saja untuk mengembalikanmu menjadi manusia.”
Wajah Putri Safia merona senang.
“Terima kasih, tikus kecil!”
Tikus itu segera mengerat lemari kayu untuk membuat lubang. Ketika lubang itu sudah cukup lebar untuk dilewati boneka Putri Safia, ia menarik boneka itu keluar. Ia lalu membawa sang putri pergi menemui penyihir wanita di hutan.
“Tikus kecil, apa yang kau bawa?” ujar sang penyihir wanita saat melihat si tikus memanggul sesuatu.
Tikus pun menceritakan semua yang ia alami. Ia memperkenalkan Putri Safia pada penyihir itu.
“Maafkan saya, Yang Mulia Putri. Saya tidak tahu Anda dalam masalah seperti ini,” ucap penyihir wanita. Ternyata ia mengenali Putri Safia.
Ia merasa iba dengan musibah yang menimpa keluarga raja.
“Maafkan juga kalian jadi terusir dari kerajaan. Jika ayahku bisa kembali menjadi raja, ia pasti akan mengizinkan kalian tinggal lagi di dalam kerajaan.”
“Terima kasih, Putri.”
“Jadi, apakah Anda bisa menolongnya?” tanya tikus kecil.
Penyihir itu menggeleng sedih.
“Ilmu sihir untuk mengubah manusia menjadi bentuk lain termasuk ilmu sihir hitam. Saya tak pernah mempelajarinya. Saya tak tahu mantra untuk mematahkan sihirnya.”
Putri dan tikus kecil kecewa mendengarnya. Mereka tak tahu harus berbuat apa lagi.
“Namun, ada cara lain untuk menghilangkan kekuatan sihir jahat yang dimiliki seseorang. Tapi cara ini cukup berbahaya,” lanjut sang penyihir wanita.
“Bagaimana caranya? Sebahaya apa pun, akan kucoba,” ucap sang putri.
“Anda harus pergi ke ladang rumput ajaib untuk mengambil benihnya. Rumput ajaib itu dijaga oleh anjing hitam yang buas. Agar ia tenang, Anda harus menyanyikan lagu pengantar tidur. Setelah itu, teruskan perjalanan ke selatan hingga bertemu dengan kuda oranye,” ucap penyihir wanita memberi penjelasan.
“Lantas apa yang harus kami lakukan?”
“Beri makan kuda itu benih rumput ajaib. Ia akan patuh. Bisikkan padanya untuk mengantar Anda ke pohon pir sihir. Anda bisa memetik satu lalu ukirkan nama penyihir jahat yang ingin Anda hilangkan kekuatan sihirnya. Di dekat pohon pir sihir, ada sumur yang di dalamnya hidup ghoul.”
“Apa itu ghoul?” tanya Putri Safia.
“Dia adalah raksasa yang memakan kekuatan sihir para penyihir. Saat pir sihir bertuliskan nama penyihir Anda lemparkan ke dalam sumur. Ghoul akan memakannya dan menyerap kekuatan penyihir tersebut. Anda akan terbebas dari pengaruh sihirnya.”
“Baiklah, aku akan pergi dengan tikus kecil ini.”
“Hati-hatilah, Putri!”
Putri Safia dan tikus kecil itu pergi menuju ladang rumput ajaib. Saat mereka tiba, anjing hitam tengah bersiaga. Tikus kecil meletakkan boneka Putri Safia di dekat anjing itu secara diam-diam. Putri mulai bernyanyi lagu pengantar tidur. Tikus kecil pun segera mengambil beberapa batang rumput ajaib yang benihnya sudah tua. Setelah itu, tikus kembali pada sang putri dan membawanya pergi. Mereka mencari kuda oranye ke selatan. Setelah berjalan cukup jauh, mereka menemukannya. Benih rumput ajaib itu segera diberikan pada kuda oranye. Mereka naik ke punggung kuda. Kuda oranye itu tidak berlari, ia terbang membawa tikus kecil dan boneka putri menuju pohon pir sihir.
“Inikah pohon pir itu?”
“Saya rasa iya. Saya akan memanjat dan menjatuhkan sebuah,” ujar tikus kecil.
Buah pir ranum jatuh di dekat boneka putri. Tikus kecil menuliskan nama Ghazlan dengan gigi serinya yang tajam. Ia lalu mendorong buah itu ke dalam sumur. Buah itu pun terjatuh.
“Aaarrrgghhh!!”
Terdengar suara teriakan dari dalam sumur yang mengejutkan tikus dan Putri Safia. Namun, tiba-tiba Putri Safia merasakan ada yang berubah. Tubuhnya terasa menghangat dan melemas. Ia kembali menjadi manusia dengan ukuran yang semestinya. Putri Safia sangat gembira. Sekarang kedua orang tuanya pasti juga telah berubah menjadi manusia normal. Ia mencari tikus kecil yang menolongnya.
“Tikus kecil, di mana kau?”
Putri Safia tak menemukannya di mana-mana. Ia malah menemukan seorang pemuda tergeletak di dekat sumur.
“Tuan, Anda baik-baik saja?”
Putri Safia berusaha menolong pemuda itu. Sang pemuda mulai siuman. Ia tampak terkejut melihat dirinya sendiri.
“Aku berubah? Aku juga berubah?” gumamnya.
Putri Safia tak mengerti.
“Apanya yang berubah?” tanya Putri Safia.
“Putri juga sudah berubah?” tanya pemuda itu seolah telah mengenal Putri Safia.
“Ya, saya kembali menjadi manusia. Siapa Anda? Anda mengenal saya?” tanya Putri Safia lagi.
“Saya tikus kecil, Putri. Nama saya Firas. Seorang penyihir telah mengubah saya menjadi tikus saat saya tertidur ketika menunggui kebun kurmanya. Saya tak tahu siapa penyihir itu. Mungkin dia penyihir yang sama dengan penyihir yang mengubah Anda menjadi boneka. Terima kasih, Putri. Berkat Anda saya bisa kembali menjadi manusia,” ujar pemuda yang ternyata adalah jelmaan tikus kecil.
“Saya yang seharusnya berterima kasih pada Anda,” ucap Putri Safia sambil tersipu.
Firas dan Putri Safia segera kembali ke istana. Mereka harus segera membongkar kejahatan Ghazlan. Raja dan Ratu juga perlu diselamatkan. Di istana, Ghazlan kebingungan karena kemampuan sihirnya tiba-tiba sirna. Ia terus mencoba merapalkan mantranya, tapi tak satu pun mantra yang bekerja. Ghazlan pun curiga. Sudah lama ia tidak menengok kastil lamanya. Setelah menjadi raja, ia pindah ke istana. Ghazlan terkejut saat membuka lemarinya. Boneka Putri Safia telah menghilang. Sedangkan dari lemari lain di sudut kamar, terdengar bunyi gaduh meminta lemari di buka. Pada saat bersamaan, Putri Safia dan Firas masuk ke dalam kastil itu. Mereka menangkap basah Ghazlan. Firas segera meringkusnya. Ghazlan tak berdaya tanpa kekuatan sihirnya. Putri Safia bergegas menyelamatkan kedua orang tuanya. Ia membuka lemari tempat ayah dan ibunya disembunyikan.
“Ayah! Ibu!”
Putri Safia memeluk keduanya. Ia lega kedua orang tuanya selamat.
“Apa yang terjadi? Kenapa Ayah dan Ibu ada di dalam lemari ini, Safia?” tanya Raja.
Ia tak ingat apa yang telah terjadi. Rupanya Ghazlan telah menggunakan mantra penidur untuk menangkap raja. Putri Safia menjelaskan semua kepada ayah dan ibunya. Raja menjadi marah. Ia begitu geram pada Ghazlan. Raja pun mengirim Ghazlan ke penjara untuk merasakan akibat dari perbuatan jahatnya. Raja juga sangat berterima kasih kepada Firas. Tanpanya, tentu keluarga raja belum bisa terbebas dari sihir jahat Ghazlan.
“Firas, bagaimana kalau kau kunikahkan dengan putriku? Kulihat kau pemuda yang baik,” ucap Raja.
“Ampun, Yang Mulia. Hamba tidak bermaksud menolak. Hamba hanya seorang pemuda miskin. Tak pantas menjadi menantu Paduka Raja,” jawab Firas.
Putri Safia kecewa mendengar penolakan halus Firas.
“Kalau begitu, aku hadiahkan kau kebun yang luas di wilayah Selatan. Juga seratus ekor unta dan seratus ekor domba. Nah, sekarang kau bukan lagi pemuda miskin,” ucap Raja.
Firas tak percaya mendengarnya. Selama ini dia menolong putri tanpa mengharapkan pamrih apa pun.
“Terima kasih, Paduka Raja. Saya memenuhi permintaan Anda bila Putri juga menyetujuinya,” jawab Firas.
Tentu saja Putri Safia setuju. Ketika Putri Safia tahu bahwa Firas adalah tikus kecil yang telah membantunya, ia telah jatuh hati padanya. Keduanya pun melangsungkan pernikahan dan hidup bahagia selamanya.
***
Aline selesai membaca bukunya.
"Cerita yang bagus asal cerita dari Filipina," kata Aline.
Aline menutup bukunya dan menaruh buku di rak buku.
"Nonton Tv aja!" kata Aline.
Aline mengambil remot di meja dan menghidupkan Tv dengan baik. Acara Tv yang di tonton Aline, ya film kartun. Aline menaruh remot di meja dengan baik dan fokus nonton Tv yang bagus itu.
No comments:
Post a Comment