Teluk adalah bagian laut yang menjorok ke darat dan dibatasi daratan pada ketiga sisinya. Beberapa teluk bisa menjadi tempat wisata, termasuk Teluk Ha Long. Teluk Ha Long atau lebih dikenal dengan Ha Long Bay adalah sebuah teluk yang ada di negara Vietnam. Dalam bahasa Vietnam, Ha Long berarti tempat di mana Naga turun. Keindahan tempat ini membuat banyak wisatawan datang untuk melihat ribuan batu karang yang menjulang tinggi, membentuk pulau-pulau di sekitar teluk. Dahulu kala, ada sebuah laut di Vietnam yang menjadi tempat para nelayan mencari ikan. Para nelayan hidup damai di sebuah desa nelayan di pinggir laut. Setiap malam, mereka membawa kapal ke tengah laut untuk menangkap ikan. Lalu, mereka akan kembali ke darat sebelum matahari terbit. Setiap pagi, desa nelayan selalu ramai oleh kedatangan orang-orang gunung yang membawa hasil panen mereka untuk ditukar dengan ikan.
Di desa nelayan, orang gunung dan para nelayan akan tukar-menukar barang sesuai kebutuhan, misalnya orang gunung menukar ikan dengan sayur atau buah, dan sebaliknya. Penduduk desa nelayan, kepala desa, serta orang-orang gunung sangat senang dengan kebiasaan tukar menukar barang yang mereka lakukan. Setelah para nelayan pulang melaut dan merapikan hasil tangkapan, mereka akan berkumpul dan bersembahyang dengan dipimpin oleh kepala desa. Mereka akan membawa sedikit tangkapan laut, buah-buahan, dan sayur-sayuran yang sudah dimasak, lalu meninggalkannya di pinggir-pinggir bukit. Hal ini sebagai ungkapan syukur kepada Dewa yang telah melindungi dan memberikan makanan kepada mereka.
Pada saat bersembahyang, kepala desa mula-mula membakar dupa lalu mengucapkan beberapa doa, “Wahai, para Dewa, kiranya kalian selalu melindungi desa ini. Terimalah persembahan kami sebagai ucapan terima kasih.”
Setelah mereka selesai sembahyang, para laki-laki akan beristirahat, sebelum kembali melaut pada malam hari, sedangkan para wanita akan memasak hasil tangkapan suami mereka. Setelah selesai memasak, semua keluarga akan saling mengantarkan masakan satu sama lain. Kerukunan dan ketulusan untuk saling membantu menjadi napas kehidupan penduduk di desa nelayan. Setiap ada penduduk yang mengalami kesusahan, maka penduduk yang lain tak segan untuk memberikan bantuan dan penghiburan. Pagi ini cuaca di desa nelayan sedikit berbeda, matahari bersinar sangat cerah, namun angin bertiup agak kencang. Semua penduduk sedang bersiap untuk bersembahyang bersama setelah mereka merapikan hasil tangkapan laut. Ketika kepala desa menyelesaikan permohonan kepada Dewa, suara riuh dan kacau terdengar dari arah laut. Para penduduk yang sedang bersembahyang terkejut dan langsung berhamburan ke laut untuk melihat apa yang terjadi. Sesampai di pinggir laut, mereka melihat kapal-kapal besar berisi pasukan yang terlihat siap berperang dengan banyak senjata. Jarak kapal yang masih cukup jauh dari daratan membuat kepala desa segera memerintahkan penduduk menyelamatkan diri.
“Segera selamatkan anak-anak, para wanita, orang-orang tua!” perintahnya kepada penduduk desa.
“Kita harus lari ke mana, Kepala Desa?” seorang penduduk bertanya dengan muka cemas.
“Kita akan bersembunyi ke desa orang-orang gunung. Cepat-cepaaat. Segera selamatkan keluarga kalian,” seru kepala desa.
Para penduduk berhamburan, berusaha menyelamatkan keluarga mereka. Mereka berlarian menuju ke arah desa orang-orang gunung. Namun, saat mereka tengah berlarian, tiba-tiba sebuah ledakan terjadi. Kapal-kapal itu mulai menyerang rumah penduduk dengan membabi buta. Orang-orang desa yang melihat kejadian itu berteriak ketakutan sambil terus berlarian. Anak-anak dan wanita mulai menangis dan terlihat ketakutan. Kapal-kapal besar yang menyerang itu semakin mendekati daratan. Tangisan anak-anak dan wanita kian menjadi-jadi. Kepala desa mulai kebingungan, namun dia segera terpikir untuk meminta bantuan kepada para Dewa. Kepala desa segera berlari dengan sangat berani ke arah bukit tempat mereka sembahyang dan langsung memohon kepada para Dewa.
“Wahai, para Dewa, kami tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Kenapa mereka menyerang kami? Tolonglah kami. Kami tidak tahu harus berbuat apa.”
“Kami tidak pernah berbuat jahat atau menyerang desa lain. Kami selalu hidup dengan damai dan saling menolong. Tolonglah kami, wahai, Dewa.”
Kepala desa terus berdoa meski suasana di sekitar desa masih sangat kacau. Serangan dari kapal-kapal besar itu belum berhenti. Senjata-senjata mereka yang bisa mengeluarkan api terus menyerang penduduk. Beberapa rumah penduduk desa sudah terbakar, sehingga anak-anak semakin ketakutan dan terus menangis tanpa henti. Semua penduduk sadar jika mereka tidak mungkin berlari. Tiba-tiba semua orang mulai memanggil-manggil Dewa, berdoa memohon pertolongan.
“Wahai, para Dewa, lindungilah kami, lindungilah kami!”
Kini, semua orang larut dalam doa kepada pelindung mereka yaitu para Dewa. Selang beberapa saat, tanpa mereka sadari, langit menjadi sangat gelap. Kemudian, sebuah sinar yang sangat terang datang dari arah langit. Semua orang, termasuk kapal-kapal besar dan pasukannya terkejut melihat keadaan itu. Perlahan-lahan, cahaya itu mendekat ke desa nelayan. Saat cahaya itu semakin mendekat, penduduk desa nelayan melihat dua ekor naga besar dan bercahaya turun dari langit.
Mereka spontan berteriak, “Dewa akan menolong kita. Dewa telah mengirim penolong untuk kita...” teriak penduduk desa.
Rupanya, para Dewa mendengar doa-doa penduduk desa nelayan. Oleh karena itu, para Dewa mengirimkan Ibu Naga dan Anak Naga untuk melindungi penduduk desa nelayan. Ibu Naga dan Anak Naga mendekati kapal-kapal besar. Tiba-tiba, mulut kedua naga itu menyemburkan sesuatu yang berbentuk mutiara ke arah laut. Dan, sungguh ajaib! Mutiara-mutiara itu seketika berubah menjadi batu-batu karang menjulang tinggi di laut. Batu-batu karang itu berjumlah sangat banyak, seakan mengepung kapal-kapal para penyerang. Kapal-kapal itu mulai mundur dan berbalik arah, kembali ke arah mereka datang dan mulai menjauhi daratan. Kepala desa sudah kembali ke tengah-tengah penduduk desa nelayan yang sudah mulai tenang.
Tiba-tiba seorang anak berteriak sembari menunjuk ke arah laut, “Lihat ... Lihat ... Kedua naga itu ...”
Kedua naga itu mulai terbang ke arah laut. Lalu, keajaiban kembali terjadi. Kedua naga itu terbang ke arah berlainan. Ibu Naga terbang ke arah utara dan Anak Naga terbang ke arah selatan. Tapi, kedua naga itu tidak pergi. Mereka turun ke air dan berubah menjadi batu karang.
“Mereka akan melindungi desa ini, selamanya,” kata kepala desa kepada penduduk.
Penduduk desa tersenyum satu sama lain dan tampak senang. Mereka tidak takut lagi karena Dewa telah mengirimkan pelindung untuk melindungi dan menjaga desa nelayan.
***
Chun Cha selesai membaca bukunya.
"Cerita, ya bagus asal dari Vietnam," kata Chun Cha.
Chun Cha menutup bukunya dan menaruh buku dengan baik di meja.
No comments:
Post a Comment