Di sebuah desa dekat kaki gunung, hiduplah dua anak laki-laki bersama ibu tiri mereka. Ayah mereka meninggal beberapa hari sebelumnya. Keduanya merasa sangat sedih karena kepergian ayah mereka. Kini keduanya terpaksa hidup bersama ibu tiri mereka. Setelah kematian ayah mereka, si ibu tiri berubah menjadi lebih kejam dari sebelumnya. Ia bahkan memberikan makanan sisa kepada kedua anak tirinya untuk makan malam mereka. Ketika pagi tiba, kedua kakak-beradik itu diberi perintah oleh ibu tiri mereka. Ia menyuruh keduanya untuk mencari kayu di hutan. Keduanya harus membawa kayu sebanyak-banyaknya dan tidak diijinkan kembali ke rumah sebelum matahari tenggelam. Mereka hanya diberi bekal berupa makanan sisa semalam yang hampir basi. Dengan raut wajah yang sangat sedih keduanya berangkat menuju hutan.
Mereka harus melewati jalan berkelok-kelok yang terjal untuk dapat sampai ke hutan. Kedua kakak-beradik itu saling menyayangi satu sama lain. Saat ayah mereka masih hidup, keduanya selalu pergi bermain bersama. Mereka pun terkadang mengikuti ayah mereka berburu ke hutan. Meskipun kini keduanya harus tinggal bersama ibu tiri, mereka telah berjanji untuk saling menjaga satu sama lain. Apa pun yang dilakukan oleh si ibu tiri, mereka akan menghadapinya bersama. Mereka tidak memiliki siapa pun untuk melindungi mereka dari ibu tiri yang kejam. Keduanya sampai di hutan setelah melewati perjalanan yang panjang. Terik matahari membakar kulit mereka. Tanpa menyia-nyiakan waktu mereka segera berkeliling untuk mencari kayu bakar.
Ketika matahari tepat berada di atas kepala keduanya memutuskan untuk memakan bekal mereka. Saat membuka bekal yang diberikan oleh ibu tiri mereka, kedua kakak-beradik itu merasa sangat pilu hatinya. Makanan itu telah basi. Namun karena sangat lapar, mereka tidak mempunyai pilihan lain. Mereka pun memakannya dengan berlinang air mata. Setelah mendapatkan cukup banyak kayu bakar, keduanya segera pulang. Matahari telah tenggelam ketika keduanya sampai di rumah. Mereka segera mencari ibu tiri mereka dan menyerahkan kayu-kayu yang telah mereka dapatkan. Namun, si ibu tiri tampak tidak senang dengan jumlah kayu yang mereka bawa. Raut mukanya masam dan mengatakan kepada kedua anak tirinya itu untuk membawa kayu lebih banyak lagi besok.
Matahari belum terbit ketika ibu tiri membangunkan kedua kakak-beradik itu keesokan harinya. Ia menyuruh keduanya untuk segera bangun dan berangkat mencari kayu agar bisa memperoleh kayu lebih banyak dari hari sebelumnya. Keduanya segera bersiap-siap. Ibu tiri kembali memberikan bekal sebelum mereka berangkat. Kedua kakak-beradik itu mempercepat langkah agar bisa sampai di hutan lebih awal. Dengan begitu mereka mempunyai cukup waktu untuk memperoleh kayu yang lebih banyak. Di hutan, keduanya segera berkeliling mencari kayu bakar. Tubuh mereka memang terlihat sangat kuat untuk bisa membawa kayu sebanyak-banyaknya. Hal itu dikarenakan saat ayah mereka masih hidup, keduanya memperoleh makanan yang sangat bergizi sehingga tubuh mereka menjadi sehat dan kuat.
Setelah memperoleh cukup banyak kayu bakar, keduanya beristirahat dan membuka bekal mereka. Saat membuka bekal itu, keduanya lagi-lagi merasa sangat sedih. Bekal hari ini tidak lebih baik dari bekal yang ibu tiri mereka berikan kemarin. Sang kakak hanya bisa menghibur adiknya dan mengatakan untuk tidak bersedih. Pencarian kayu masih mereka lanjutkan hingga sore hari. Kali ini keduanya mendapatkan kayu bakar yang lebih banyak. Mereka berpikir si ibu tiri akan merasa senang karena mereka membawakan kayu yang lebih besar dan lebih banyak. Sesuai pesan ibu tiri, keduanya belum berani pulang hingga matahari tenggelam. Mereka menunggu hingga matahari terlihat berwarna kemerahan. Keduanya lalu membawa kayu-kayu yang sangat berat itu di atas kepala mereka. Sesampainya di rumah, mereka segera meletakkan kayu dan memberi tahu ibu tiri mereka.
Namun lagi-lagi si ibu tiri mereka masih merasa kurang puas dengan hasil yang didapat kedua anak tirinya itu. Ia mengamati kayu-kayu itu dengan raut muka yang sangat masam. Kedua kakak-beradik itu pun hanya bisa menghela napas panjang. Kali ini mereka tidak berani menebak apa lagi yang akan diperintahkan oleh si ibu tiri keesokan paginya. Seperti itulah kedua kakak-beradik itu menjalani hidup mereka setiap hari. Keduanya selalu pergi ke hutan untuk memenuhi permintaan ibu tiri mereka. Setiap dibawakan kayu bakar dengan jumlah banyak pun si ibu tiri selalu merasa tidak puas. Kulit mereka semakin hitam terkena sengatan matahari. Rambut mereka sangat kotor. Bahkan tubuh mereka pun berubah menjadi sangat kurus.
“Jika kalian hanya mendapat kayu sebanyak ini, aku tidak mempunyai cukup uang untuk memberi kalian makan!”
Begitulah kata si ibu tiri setiap kali keduanya pulang dari hutan. Sang kakak sangat mengkhawatirkan adiknya. Ia melihat adiknya semakin lama semakin kurus. Terkadang si ibu tiri tidak memberi mereka makan malam. Keduanya kini tampak sangat kurus dengan kulit dan rambut terbakar sinar matahari. Akan tetapi, tidak ada satu pun orang yang bisa menolong keduanya. Mereka tidak mempunyai kerabat yang bisa membawanya keluar dari rumah ini. Suatu sore ketika keduanya sedang mengikat kayu-kayu di hutan, seekor elang terbang berputar-putar di atas mereka. Keduanya sangat terkejut. Mereka takut kalau-kalau elang itu hendak memangsa mereka. Namun tampaknya burung elang itu melihat kekhawatiran kedua anak laki-laki di bawahnya. Ia pun menghampiri mereka.
“Jangan takut! Aku akan melindungi kalian!” Setelah berkata seperti itu, ia pun segera pergi meninggalkan mereka yang masih merasa terkejut dengan kehadiran elang tersebut.
Si ibu tiri merasa makin tidak senang dengan kedua kakak-beradik itu. Saat keduanya sampai di rumah, ia memarahi dan mengatakan bahwa mereka sangat malas sehingga hanya mendapatkan sedikit kayu. Semakin hari keduanya tampak semakin kurus sehingga tubuh mereka terlihat hanya seperti tulang yang dibalut oleh kulit. Si ibu tiri memberikan makanan yang semakin tidak layak untuk keduanya. Karena kekurangan makanan, kakak-beradik itu merasa tubuh mereka semakin lemah. Akan tetapi, ibu tiri terus memaksa mereka untuk pergi ke hutan. Ia mengancam jika keduanya tidak pergi ke hutan, ia tidak akan memberi mereka makan. Dengan langkah terhuyung-huyung keduanya pergi ke hutan. Sesampainya di hutan, sang kakak melihat adiknya telah jatuh pingsan. Ia merasa panik. Dengan cepat ia membawa tubuh adiknya ke bawah pohon. Diberinya air untuk adiknya itu. Beberapa saat kemudian adiknya kembali sadar. Melihat adiknya sangat lemah, sang kakak memberikan semua bekal yang mereka bawa untuk dimakan oleh adiknya. Setelah menunggu adiknya selesai makan, ia segera naik ke atas pohon. Dari atas pohon sang kakak menjatuhkan sesuatu ke bawah.
“Ini kayunya! Bawalah kepada ibu tiri!”
Adiknya yang berada di bawah sangat terkejut. Yang dijatuhkan ke bawah bukanlah kayu seperti kata kakaknya, melainkan tangan kakaknya sendiri. Setelah itu sang kakak pun menjatuhkan kedua kakinya ke bawah.
“Ibu tiri tidak pernah puas,” kata sang kakak kepada adiknya.
“Ia hanya menginginkan tulang-tulang kita, bukan kayu-kayu ini,” lanjut sang kakak lagi.
Melihat kakaknya mematahkan kedua tangan dan kakinya untuk diberikan kepada ibu tiri mereka, sang adik hanya bisa menangis. Melihat kejadian ini, burung elang yang sedang melintas merasa sangat pilu. Ia pun mendekati kedua kakak-beradik yang malang tersebut. Ia mengambil kedua tangan dan kaki sang kakak dan membawanya terbang. Sang burung elang terbang meninggalkan hutan. Ia pergi ke rumah ibu tiri kedua anak malang itu. Melihat ibu tiri sedang berada di rumah, burung elang itu segera merendahkan terbangnya. Ia menghampiri si ibu tiri dan memberikan kedua kaki dan tangan sang kakak. Ibu tiri sangat terkejut melihat sepasang kaki dan tangan itu.
“Bukankah kamu hanya menginginkan tulang-tulang mereka?” tanya burung elang itu kepada ibu tiri.
Ibu tiri sangat ketakutan. Seluruh tubuhnya gemetar dan matanya membelalak. Ia pun segera berlari dari rumah. Ia berlari dengan sangat kencang. Sejak saat itu ibu tiri tidak pernah lagi kembali ke rumah. Burung elang segera kembali ke hutan dan mengajak kedua kakak-beradik itu untuk kembali ke rumah. Kini keduanya bisa hidup dengan bahagia di rumah mereka. Mereka pun tidak melupakan jasa burung elang yang telah menolong mereka. Keduanya sering pergi ke hutan untuk mengunjungi elang yang telah menyelamatkan mereka dari kekejaman ibu tiri.
***
Son Ye-Jin selesai membaca buku.
"Bagus cerita yang baru aku baca ini...asal cerita dari Filipina," kata Son Ye-Jin.
Son Ye-Jin menutup bukunya dan buku di taruh di meja.
"Nonton vidio musik di Youtobe saja!" kata Son Ye-Jin.
Son Ye-Jin segera nonton vidio musik yang populer, ya viral gitu di Youtobe di Hp-nya lah.
No comments:
Post a Comment