Pada zaman dahulu kala, hiduplah sebuah keluarga yang kaya raya. Mereka mempunyai dua anak laki-laki yang mempunyai sifat bertolak belakang. Sang kakak adalah orang yang sangat rakus dan licik. Dia akan melakukan apa saja untuk mendapatkan keinginannya. Sedangkan sang adik adalah seorang yang baik hati serta tidak rakus seperti kakaknya. Suatu hari ketika keduanya sudah beranjak dewasa dan berkeluarga, kedua orang tua mereka meninggal dunia. Ayah dan ibu mereka mewariskan harta yang sangat banyak untuk keduanya. Setelah mengurus pemakaman kedua orang tuanya, sang kakak memanggil sang adik beserta istrinya.
“Aku adalah anak laki-laki tertua, jadi akulah yang berhak membagi harta warisan ayah dan ibu,” kata Sang Kakak.
Sang kakak yang sangat tamak mengambil semua harta warisan peninggalan orang tua mereka. Ia hanya memberi sebuah rumah yang sangat kecil di dekat hutan kepada sang adik. Sang adik pun tinggal di sana bersama istrinya, sedangkan sang kakak membawa semua harta warisan peninggalan orang tua mereka. Sang kakak sangat senang memiliki banyak harta sehingga tidak perlu khawatir dengan masa depan keluarganya. Sang adik menerima keputusan kakaknya dengan ikhlas. Di rumah barunya, sang adik tidak memiliki apapun, kecuali sebuah pohon belimbing di halaman belakang rumah. Ia berharap jika pohon belimbing itu bisa berbuah, sehingga ia dan istrinya bisa menjual buahnya untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Pohon belimbing itu berdaun sangat lebat, berbatang besar, dan memiliki akar kuat, yang menancap ke dalam tanah. Sang adik dan istrinya merawat pohon belimbing itu dengan baik. Setiap hari mereka menyirami pohon belimbing itu agar cepat berbuah. Mereka juga rajin membersihkan setiap helai daun yang jatuh tertiup angin dan berserakan di sekitar pohon. Suatu pagi sang adik melihat pohon belimbing itu sudah mulai berbuah. Ia dan istrinya sangat gembira karena pohon belimbing itu berbuah sangat banyak. Mereka pun semakin rajin merawat pohon belimbing itu sambil menunggu buah belimbing siap dipetik. Beberapa hari berlalu, buah belimbing akhirnya siap untuk dipetik.
Namun sang adik menunda untuk memetik buah belimbing itu karena sudah terlalu sore. Saat pagi tiba, ia segera menuju ke halaman belakang rumah sambil membawa karung. Akan tetapi, ia sangat terkejut ketika melihat buah belimbing yang semula banyak, kini hanya tinggal sedikit dan tidak cukup untuk dijual ke pasar. Ia pun mengurungkan niatnya untuk memetik buah belimbing itu. Keesokan harinya, ketika sang adik memeriksa buah belimbingnya, ia mendapati seekor burung gagak bertengger di pohon belimbing. Gagak itu mengambil buah belimbing dan membawanya pergi. Hari demi hari, burung gagak selalu datang setiap hari untuk mengambil buah belimbing sang adik. Akhirnya, sang adik memberanikan diri untuk menghampiri burung gagak itu.
“Wahai, Burung Gagak, pohon belimbing ini satu-satunya harta yang aku punya. Jika engkau mengambil buahnya setiap hari, aku dan istriku tidak bisa menjualnya ke pasar,” Sang Adik berkata jujur.
“Jangan khawatir, aku akan mengganti buah belimbing ini dengan emas.”
“...”
“Besok, tunggulah di sini dan siapkan sebuah tas kain kecil!”
“...”
“Dan ingatlah, tas itu tidak boleh lebih panjang dari lenganmu!”
“...”
Sang adik hanya termangu mendengar perkataan burung gagak itu. Setelah burung itu pergi, ia segera memberitahukan kejadian itu kepada istrinya. Sang istri kemudian membuat sebuah tas kain, sesuai dengan permintaan burung gagak. Mereka menunggu pagi dengan tidak sabar. Mereka ingin membuktikan apakah burung gagak itu menepati janjinya atau hanya membohongi mereka. Keesokan paginya, burung gagak itu tampak bertengger di pohon belimbing. Ketika sang adik dan istrinya keluar rumah, burung gagak segera membuka sayapnya lebar-lebar, lalu berubah menjadi burung gagak yang sangat besar. Burung gagak itu segera memberi isyarat agar mereka naik ke punggungnya. Burung gagak raksasa itu terbang melewati hutan dan berhenti di sebuah gunung. Burung itu kemudian membawa mereka ke sebuah tempat, yang mirip sebuah sumur. Menakjubkan. Tempat itu penuh dengan emas berkilauan.
Burung gagak segera menyuruh mereka mengambil emas-emas itu dan memasukkannya ke dalam tas. Setelah kejadian itu, sang adik dan istrinya menjadi kaya raya, namun hal tersebut tidak membuat mereka sombong. Mereka masih memelihara pohon belimbing keberuntungan di belakang rumah dengan baik. Sekali waktu, burung gagak pun datang untuk mengambil buah belimbing. Sang adik dan istrinya mulai hidup berkecukupan. Suatu hari, sang adik merindukan kakaknya dan berniat untuk mengundang keluarga kakaknya ke rumah mereka. Ia meminta istrinya memasak makanan-makanan enak untuk menjamu sang kakak.
Akan tetapi, ketika sang adik datang ke rumah kakaknya untuk mengundang secara langsung, sang kakak menolak undangan sang adik. Sang kakak berpikir jika sang adik hanya ingin meminta harta warisan, sehingga ia mencoba membujuk sang kakak dengan berbuat baik. Sang adik pulang dengan sedih, tapi ia tidak menyerah begitu saja. Setiap hari ia memohon kepada sang kakak untuk datang ke rumahnya. Akhirnya, sang kakak bersedia menerima undangan sang adik. Pada hari yang telah disepakati, sang kakak berkunjung ke rumah sang adik. Namun, dia sangat terkejut saat melihat rumah adiknya yang begitu bagus.
Ia begitu terheran-heran, tidak percaya karena dahulu dia meninggalkan adiknya tanpa memberi harta apa-apa. Maka, terdorong oleh rasa penasaran, sang kakak bertanya kepada sang adik bagaimana dia bisa menjadi kaya. Sang adik kemudian bercerita mengenai pohon belimbing dan burung gagak yang telah memberikan keberuntungan kepadanya. Kehidupan sang adik yang berkecukupan membuat sang kakak iri. Ia mulai membuat rencana untuk mendapatkan emas-emas dari burung gagak. Dengan licik, sang kakak pura-pura minta maaf kepada sang adik karena telah mengusir dan tidak memberikan harta warisan kepadanya.
Sang kakak juga mengajak adiknya bertukar tempat tinggal untuk sementara waktu sebagai permintaan maafnya. Sang adik menuruti kemauan sang kakak tanpa curiga. Mereka pun bertukar rumah untuk sementara waktu. Sejak tinggal di rumah sang adik, sang kakak melakukan semua kebiasaan sang adik tanpa terkecuali. Ia menyirami dan merawat pohon belimbing setiap hari. Ia berharap burung gagak akan datang dan membawanya ke gunung untuk mendapatkan emas. Dan, benar saja. Suatu pagi burung gagak datang untuk mengambil buah belimbing. Sang kakak pun menghampiri burung gagak dan berkata persis seperti ucapan sang adik dahulu. Jawaban burung gagak pun sama seperti jawaban yang dulu dia berikan kepada sang adik.
“Jangan khawatir, aku akan mengganti buah belimbing ini dengan emas.”
“Besok, tunggulah di sini dan siapkan sebuah tas kain kecil!”
“Dan ingatlah, tas itu tidak boleh lebih panjang dari lenganmu!”
Setelah burung gagak pergi, sang kakak mulai membuat tas dengan muka berseri-seri. Namun, ia sangat serakah sehingga ia membuat tas yang sangat besar. Ia berpikir jika ia bisa membawa banyak emas jika ukuran tasnya lebih besar. Dengan demikian, ia akan semakin kaya raya dan lebih kaya daripada adiknya. Keesokan pagi sang kakak dan burung gagak pergi ke tempat emas-emas berada. Sesampai di tempat itu, sang kakak segera mengambil banyak emas. Ia mengisi penuh tasnya dengan emas, termasuk saku celana dan bajunya. Semuanya diisi dengan emas. Setelah sang kakak selesai mengambil emas, mereka segera bersiap pulang. Burung gagak mulai mengepakkan sayapnya dan terbang dengan membawa sang kakak di punggungnya. Sang kakak tersenyum puas dan berteriak dengan keras. “Aku akan kaya raya... Aku akan kaya rayaaaaaa...” teriaknya di atas punggung burung gagak yang sedang terbang.
Selang beberapa saat, burung gagak merasakan sesuatu yang sangat berat di punggungnya. Dia berusaha mengepakkan sayapnya yang terasa semakin berat. Akan tetapi, usahanya terhenti. Ketika melewati lautan, burung gagak memiringkan sayap kirinya dan sang kakak yang rakus dan tamak terjatuh bersama dengan emas-emas yang ia bawa. Burung gagak segera melanjutkan perjalanan dan mengabari sang adik serta keluarga sang kakak jika sang kakak terjatuh di lautan. Mereka sangat terkejut dan merasakan kesedihan yang mendalam. Namun, semua orang selalu menuai hasil perbuatannya. Tuaian yang baik akan memberikan hasil yang baik, sedangkan tuaian yang buruk akan menghasilkan hasil yang buruk.
***
Ahnjong selesai membaca bukunya.
"Cerita yang bagus dari asal cerita Vietnam," kata Ahnjong.
Ahnjong menutup buku dan menaruh buku di meja.
"Nonton film kartun," kata Ahnjong.
Ahnjong menonton film kartun, ya di Hp-nya saja sih kemajuan teknologi gitu.
No comments:
Post a Comment