Juan adalah seorang anak laki-laki yang tinggal bersama ibu dan kedua kakaknya. Kedua kakaknya tidak senang padanya karena Juan tidak bisa mengerjakan pekerjaan di rumah dengan benar. Ketika membantu mencuci piring, ia selalu membuat piring-piring itu pecah. Saat diminta oleh ibunya untuk mencuci baju, ia selalu membuat baju-baju itu menjadi sobek sehingga tidak bisa dipakai. Karena itulah, kedua kakaknya selalu mengejeknya. Mereka selalu mengatakan bahwa Juan anak yang bodoh. Sejak saat itu Juan pun berhenti membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Ia merasa apa yang dikerjakannya justru membuat masalah untuk keluarganya. Kedua kakaknya semakin geram melihat Juan yang hanya bisa bermain setiap hari. Maka suatu hari kedua kakaknya pun meminta ibu mereka untuk menyuruh Juan menebang kayu di hutan.
Kakak-kakaknya berharap Juan hilang di hutan dan tidak kembali lagi ke rumah. Juan pun berangkat ke hutan. Ia ingin membuktikan bahwa kali ini ia bisa melakukan pekerjaannya dengan benar. Dengan membawa sebuah kapak di tangan, Juan pergi ke tengah hutan mencari kayu yang harus dia tebang. Juan sudah bertekad untuk tidak melakukan kesalahan apa pun agar keluarganya percaya bahwa ia bukanlah anak yang bodoh seperti yang selalu kakak-kakaknya katakan. Ia akan membuktikan ia mampu melakukan perintah ibunya. Sesampainya di hutan, Juan langsung mencari pohon yang dimaksud oleh ibunya. Kini pohon itu telah berada di hadapannya. Ia melihat pohon itu hanyalah pohon yang kecil dan tidak terlalu tinggi. Di dalam hati ia yakin bahwa ia bisa menebangnya dengan sangat mudah. Juan pun melangkah menuju pohon itu. Ketika Juan bersiap mengayunkan kapaknya, tiba-tiba pohon itu berbicara kepadanya.
“Jangan potong tubuhku!”
Juan terkejut dan menghentikan ayunan kapaknya.
“Aku berjanji untuk memberikan seekor kambing yang bisa mengeluarkan emas untukmu jika kamu tidak memotongku,” kata pohon itu memohon kepada Juan.
Juan pun merasa sangat senang dengan tawaran pohon itu. Ia mengurungkan niatnya untuk menebang pohon seperti perintah ibunya. Ia yakin ibunya akan lebih senang jika ia membawa pulang kambing yang ditawarkan oleh si pohon. Kemudian dari dalam kulit pohon itu keluarlah seekor kambing seperti yang dijanjikannya kepada Juan.
“Ketika kamu memegang ekornya, kambing ini akan mengeluarkan emas,” kata pohon itu.
Juan membawa pulang kambing itu. Di tengah perjalanan pulang, Juan bertemu dengan teman lamanya. Ia berhenti untuk berbincang-bincang dengannya. Juan menceritakan tentang asal-usul kambingnya. Temannya sangat tertarik ketika Juan berkata bahwa kambing yang ia bawa bisa mengeluarkan emas. Teman Juan itu pun ingin untuk mengambil kambing itu dari Juan. Ia lalu mengajak Juan untuk bermain di rumahnya. Sesampainya di rumah, teman Juan memberikan banyak makanan kesukaan Juan. Karena terlalu asyik menyantap makanannya, Juan tidak menyadari bahwa temannya telah menukar kambing itu dengan kambing biasa. Setelah menghabiskan makanannya, Juan pulang ke rumahnya dengan membawa kambingnya.
Ia sama sekali tidak curiga terhadap temannya. Sesampainya di rumah, Juan segera memberi tahu ibu dan kedua kakaknya tentang kambing yang bisa mengeluarkan emas dengan memegang ekornya. Ibu dan kedua kakaknya tidak percaya pada apa yang dikatakan oleh Juan. Oleh karena itu, Juan segera ingin membuktikan pada mereka. Juan memegang ekor kambing itu dan mengusap-usapnya. Ibu dan kakaknya memerhatikannya. Namun, karena kambing itu bukanlah kambing yang diberikan oleh pohon di hutan, tidak ada emas yang keluar darinya. Juan mencobanya berkali-kali tapi tetap saja tidak ada apa pun yang keluar dari kambing itu. Ketika sedang mengusap-usap ekor kambing tersebut, kambing itu tiba-tiba malah mengeluarkan kotoran.
Ibu dan kedua kakaknya pun merasa kesal. Mereka berpikir pastilah Juan hanya berbohong dan hendak membuat mereka marah. Ibu Juan lalu memarahi dan memukul Juan karena telah mengarang cerita bohong tentang kambing yang ia bawa. Kedua kakaknya pun terus memaki Juan dan mengatakan ia tetaplah anak yang bodoh. Juan merasa sangat sedih. Ia tidak mendapatkan makan malam hari itu sebagai hukumannya. Ia hanya bisa menyesali kebodohannya. Ia bertekad akan kembali ke hutan dan menebang pohon yang telah membohonginya. Ia akan membawa pohon itu pada ibunya untuk menebus kesalahan yang telah ia lakukan. Keesokan paginya Juan segera berangkat ke hutan dengan kapaknya. Ia mempercepat langkahnya agar bisa sampai di hutan dengan segera. Tidak berapa lama, Juan segera sampai ke tempat pohon itu berada. Sebelum menebangnya, Juan berbicara kepada pohon itu.
“Kamu sudah berbohong tentang kambing itu. Kambing itu tidak mengeluarkan emas!” kata Juan dengan wajah yang sangat murka.
Juan sudah mulai mengayunkan kapaknya ketika pohon itu kembali memohon kepadanya untuk tidak dipotong.
“Jangan! Kali ini aku akan memberikan sebuah jaring untukmu. Jaring itu akan memberikanmu ikan yang sangat banyak. Kamu hanya perlu meletakkannya di tanah dan membukanya, maka jaring itu akan menghasilkan ikan untukmu.”
Pohon itu kembali berjanji pada Juan. Mendengar perkataan pohon itu, Juan merasa sangat senang. Ia yakin kali ini pohon itu tidak mungkin membohonginya. Juan memutuskan untuk tidak menebang pohon itu. Lalu sama seperti ketika pohon itu memberikannya kambing, kali ini dari kulit pohon keluarlah sebuah jaring ikan. Juan segera mengambilnya dan membawanya pulang. Dalam perjalanan pulang, Juan bertemu kembali dengan teman lamanya. Juan pun menceritakan tentang jaring yang ia dapat dari pohon di hutan. Teman Juan yang licik berniat untuk mengambil jaring itu dan menukarnya dengan jaring ikan yang ia punya di rumah. Ia lagi-lagi mengajak Juan ke rumahnya dan memberinya makanan kesukaannya.
Teman Juan itu pun lalu menukar jaring Juan dengan jaring ikan biasa ketika Juan sedang menikmati makanannya. Juan tidak menyadari hal itu dan pulang begitu saja membawa jaring ikan yang telah ditukar oleh temannya. Juan tidak sabar ingin menunjukkan jaring ikan yang ia bawa kepada ibu dan kedua kakaknya. Kali ini Juan bisa membuktikan kepada mereka tentang keistimewaan jaring ikan yang berhasil ia dapatkan. Begitu sampai di rumah, Juan bergegas memanggil ibu dan kedua kakaknya. Juan berteriak memanggil mereka sehingga ibu dan kakak-kakaknya sangat terkejut. Saat Juan menjelaskan tentang jaring ikan yang bisa mengeluarkan ikan, mereka hanya tertawa dan berpikir kebohongan apa lagi yang hendak Juan tunjukkan. Juan segera beraksi di depan ibu dan kedua kakaknya. Ia membuka jaring ikan dan meletakkannya di tanah sesuai petunjuk pohon di hutan. Juan menggoyang-goyangkan jaring ikan miliknya.
Akan tetapi, meski berkali-kali mencoba, tidak ada satu ikan pun keluar dari jaring milik Juan. Ibu dan kedua kakaknya kembali memarahi dan memaki-maki Juan. Mereka berkata agar Juan tidak terlalu banyak mengkhayal dan melakukan hal yang bodoh. Juan kembali bersedih. Ia tidak percaya bahwa pohon itu telah berbohong untuk kedua kalinya pada Juan. Ibunya pun memberikan hukuman yang sama untuk Juan. Ia tidak diberi makan malam dan dikurung di kamarnya. Juan tidur dalam keadaan lapar dan bertekad untuk menebang pohon di hutan dan membawanya pulang. Pagi-pagi sekali Juan telah berangkat ke hutan. Ia tidak akan memaafkan pohon yang telah membohonginya dan membuatnya dihukum oleh ibunya. Juan tidak akan percaya lagi dengan apa yang dikatakan oleh pohon itu. Juan membawa kapak yang ukurannya lebih besar dari sebelumnya, dengan begitu ia bisa menebangnya dengan mudah. Ketika sampai di hutan dan melihat pohon itu, Juan menumpahkan kemarahannya.
“Kamu telah menipuku lagi! Aku akan menebangmu kali ini!” kata Juan dengan geram.
Pohon itu pun kembali memohon kepada Juan. Kali ini ia berjanji akan memberikan sesuatu yang akan bermanfaat untuk Juan. Pohon itu memberikan sebuah tongkat kepada Juan.
“Tongkat ini sangat sakti. Ketika kamu mengucap ‘Boomba Boomba’ tongkat ini akan memukul siapa saja yang mengganggumu.”
Mendengar perkataan pohon itu, Juan tidak kuasa untuk menolaknya. Namun, Juan berkata jikalau kali ini pohon itu membohonginya, ia akan menebang pohon itu di hari berikutnya. Pohon itu pun berkata bahwa kali ini pasti tongkat itu akan membantunya. Tanpa berpikir panjang Juan segera pulang membawa tongkat pemberian pohon itu. Juan kembali bertemu dengan teman lamanya yang sangat licik di jalan.
“Apa yang kamu bawa kali ini, Juan?” temannya itu bertanya kepada Juan.
Ia yakin Juan membawa sesuatu yang bisa ia ambil sama seperti kambing dan jaring ikan sebelumnya.
“Ini hanya tongkat biasa. Tapi apabila aku mengucapkan ‘Boomba Boomba’, maka tongkat ini akan memukul siapa saja yang menggangguku.”
Mendengar kata ‘Boomba Boomba’, tongkat itu pun terlepas dari tangan Juan dan menuju teman di depannya. Dengan membabi buta tongkat itu memukuli teman Juan yang telah mengambil kambing dan jaring ikan miliknya.
“Baiklah... baiklaaah... aku akan kembalikan kambing dan jaring ikan yang telah aku ambil darimu,” kata teman Juan yang kesakitan karena pukulan tongkat itu.
Juan pun mendapatkan kembali kambing dan jaring ikan miliknya yang telah ditukar oleh temannya yang iri dan licik itu. Dengan hati yang sangat gembira Juan kembali ke rumah. Di rumah ia kembali memanggil ibu dan kedua kakaknya.
“Kalian telah mencaci maki dan merendahkanku selama hidupku. Kalian harus menerima akibatnya. Boomba Boomba!”
Tongkat itu kembali lepas dari tangan Juan dan menuju ke arah kedua kakaknya. Tongkat itu memukul keduanya dengan sangat keras. Kedua kakak Juan berteriak kesakitan dan meminta ampun kepada Juan. Juan lalu memegang ekor kambing dan membentangkan jaring ikan di tanah. Dari kambing itu keluarlah emas yang banyak. Jaring ikan itu pun mengeluarkan ikan yang sangat banyak. Juan pun segera menyuruh tongkat itu berhenti memukul kedua kakaknya. Mereka akhirnya percaya kepada Juan. Setelah peristiwa itu ibu dan kedua kakak Juan memperlakukannya dengan baik. Juan pun kini menjadi anak yang selalu rajin membantu pekerjaan ibunya. Ia telah bertekad untuk membantu ibunya dan mengerjakan pekerjaannya dengan benar tanpa melakukan kesalahan. Tongkat yang diberikan pohon di hutan digunakan Juan untuk hal-hal yang bermanfaat.
Saat tengah malam ada pencuri yang datang, Juan akan berteriak “Boomba Boomba” dan tongkat itu akan memukuli para pencuri hingga mereka tidak berani kembali.
Berkat Juan rumah mereka menjadi aman.
***
Suzy selesai membaca bukunya.
"Ok bagus cerita asal dari Filipina," kata Suzy.
Suzy menutup bukunya dan buku di taruh di meja dengan baik.
"Main game ah!" kata Suzy.
Suzy segera main game di Hp-nya, ya bermain dengan baik sih.
No comments:
Post a Comment