Sore itu cuaca sangat dingin, angin berhembus menusuk nadi yang bernyanyi. Membuat bulu roma menjadi tegang. Kala itu Joni sedang di rumah Nenek di Desa Gading Rejo. Nenek Joni, perempuan berparubaya, bertubuh tinggi, berkeriput, rambut yang menipis dengan bola mata berwarna keabu-abuan. Nenekku bernama Tini. Awan yang berwarna biru tiba-tiba berubah menjadi kehitaman dan petir datang saling sahut-sahutan. Selang berapa menit setelah itu turunlah hujan, hujan yang besar dengan petir-petir yang menyambar pepohonan. Sore itu Joni kedinginan sampai badannya berasa menggigil bak dipeluk batu es.
Sekitar pukul 19.00 Joni masih saja kedinginan dan tidak nyaman dengan suhu malam ini. Mungkin Joni memang terbiasa dengan suhu di sini. Tidak lama kemudian tanganku yang mulus ini ternyata timbul bentol-bentol yang kecil seperti digigit nyamuk, tetapi bentol ini bukannya karena gigitan nyamuk tetapi karena Joni alegri dengan suhu yang dingin seperti ini. Akibatnya bisa sampai seperti ini, tangan, kaki, badan sampai seluruh tubuh banyak sekali bentol-bentolnya. Kata orang orang dulu si dinamakan "Giduan" Rasanya sangat gatal sekali.
Omku bernama Ujang bertumbuh tinggi, berbadan kurus, berkulit putih. Ia berkata. "Joni, kenapa tangannya?" Ujar Om Ujang sambil menoleh ke arah tanganku. .
"Iya ini Om tangannya pada bentol-bentol." jawabku.
"Kok bisa?"
"Karena alergi dingin om jadi seperti ini bentuknya!"
"Ya sudah mendingan kamu lekas pergi ke Abah Cinong, tempat pemandian air panas. Siapa tahu bisa mengurangi rasa gatal pada tubuhmu."
"Memangnya masih buka Om jam segini?"
"Masih buka, minta antar sana sama Bonbon!"
Bonbon itu sepupuJoni yang berumur 15 tahun, hanya selisih 3 tahun dari umur Joni. Karena Omku menyarankan untuk Joni pergi ke Abah Cinong, tempat pemandian air panas akhirnya Joni meminta tolong kepada Bonbon sepupunya.
"Hayo Joni kita berangkat." Ujar Bonbon.
"Ya sudah tunggu sebentar, Joni ingin ganti baju dulu." Sahutnya.
Setelah ganti baju Joni dan Bonbon bergegas pergi ke Abah Cinong, tempat pemandian air panas. Di perjalan sangatlah dingin udaranya kebetulan Joni tidak memakai jaket waktu itu lupa membawanya. Sepi sunyi di jalanan, apabila ramai hanya kendaraan saja berlalu-lalang melintas. Sesampainya di Abah Cinong, Joni melihat suasananya sangat nyaman sekali dan hawanya hangat. Joni mencari tempat yang nyaman sekali. Ketika sudah berendam di air panas. Subhanallah Allohhu Akbar Alhamdulillahirobil Alamin rasanya benar-benar nikmat sekali. Rasa gatal di tubuhku segenap sirna dengan air panas itu. Berendam sampai seluruh tubuh tidak kelihatan. Walaupun pertamanya sangat panas rasanya tetapi setelah itu rasa panas hilang menjadi hangat.
"Bagaimana Joni rasanya, panas bukan?" Teriak Bonbon.
"Waaaahh, sangat nikmat sekali rasanya!" Sahut Joni.
"Hayolah turun, kita berendam bareng."
"Iya Joni!!"
Baru saja berendam sebentar tiba-tiba perut sudah keroncongan saja. Ketika itu Joni bergegas membeli pop mie dan kopi susu yang sudah di seduh oleh Bonbon di tempat pemandian air panas. Sambil menikmati makan pop mie dan minuman kopi susu. Joni pun masih berendam, rasanya tak ingin terlewatkan masa-masa yang seperti ini. Selesai makan dan minum kopi Joni, diam sejenak dan tiba-tiba Joni mendengar suara orang yang sedang bernyayi, seperti ada orkes di kampung ini.
"Bonbon, dengar suara itu tidak?" Tanya Joni.
"Suara apa memangnya Joni?" Jawabnya sambil mencari suara tersebut.
"Sepertinya ada orkes dangdut ya di kampung ini?"
"Sepertinya sih begitu."
"Memang ada apa Joni?"
"Oouuuh, bagaimana kalau nanti ketika pulang kita mampir dahulu ke tempat itu!"
"Oke Joni , setuju."
Sambil menikmati hangatnya air yang membasahi badanku, Joni juga menikmati dan mendengarkan suara orkes dangdut di kampung ini. Ketika itu Joni pulang dan langsung menghampiri parkiran untuk pulang ke rumah dan sebelum pulang Joni nonton orkes dangdut di kampung itu dengan sepupunya Bonbon. Ternyata benar dugaanku kalau ada orkes dangdut di sini, ya itu juga karena ada yang hajatan maka dari itu hiburannya adalah organ tunggal. Nonton paling belakang.
Menonton biduan yang sedang bernyayi di atas panggung dengan pakaian yang seksi sekali. Biduan itu bertubuh tinggi, bebadan sekal, berkaki jenjang, berambut panjang dan lurus, memakai sepatu high heels dan rok mini. Sangatlah waaaaw sekali pakaiannya. Menonton dengan asiknya bersama sepupu Joni.
Sekitar 30 menit Joni menonton okres dangdut, lalu Joni segera pulang. Sekitar pukul 22.00 WIB. Joni pulang ke rumah Neneknya di Desa Gading Rejo. Suasananya yang dingin, sepi, sangat gelap di sepanjang perjalanan, sampai tibalah Joni di rumah Neneknya. Secepatnya Joni dan Bonbon bergegas ke kamar masing-masing. Kebetulan orang rumah sudah tidur. Sangat dingin sekali tidur di kasur ini sampai-sampai Joni mengunakan selimut yang sangat tebal. Tidak lama kemudian Joni tertidur dengan lelapnya. Joni bermimpi kalau Joni itu menjadi seorang penyayi. Bernyayi, berjoget, gembira dan bahagia dalam mimpi Joni. Namun, mimpi itu hanya kembang tidur Joni saja. Keesokan harinya ketika Joni bangun dari tidur Joni. Joni merasa gatal-gatal lagi di seluruh badan Joni. Ternyata yang Joni alami bukanlah menjadi seorang penyayi melaikan penyakitnya masih bereaksi sekujur tubuhnya.
Embun pagi dan kicauan burung menemani cahaya mentari. Joni ingin sekali lari pagi agar tubuh Joni dapat berkeringat dan tidak kedinginan dan gatal-gatal lagi. Joni lari pagi ingin mengajak sepupunya.
"Bonbon, bangun Bonbon." Teriak Joni sambil mengetuk pintu kamarnya.
"Hoooaaammss....." Jawabnya.
"Bonbon, bangun Bonbon." Teriak Joni sambil mengetuk pintu kamarnya.
"Hoooaaammss....." Jawabnya.
"Bonbon, cepat bangun. Hayo kita lari pagi bareng!"
"Emmh, iya iya tunggu sebentar. Bonbon cuci muka dulu."
"Setelah Bonbon sudah rapih, Joni dan Bonbon berangkat untuk lari pagi di sekitar kampung ini. Sangatlah ramai di pagi hari, ternyata banyak juga yang sedang berolahraga di kampung ini. Sekitar 45 menit lamanya berolahraga lalu Joni dan sepupunya istirahat sebentar di bawah pepohonan. Suara air yang mengalir membuat hati terasa tenang dan damai. Kala itu bentol-bentol yang ada di tubuh Joni sudah hilang karen badan Joni mulai berkeringat. Tidak lama kemudian Joni dan Bonbon kembali pulang ke rumah Nenek untuk istirahat dan sarapan pagi, sesampainya di rumah Nenek Joni melihat Nenek sedang di dapur. Kebetulan Nenek Joni sedang memasak untuk sarapan. Joni bergegas menuju dapur.
"Selamat pagi, Nek."Ujar Joni.
"Pagi Cu!" Jawabnya.
"Lagi apa Nek? Pagi-pagi begini sudah sibuk di dapur."
"Laagi masak ini, untuk sarapan nanti."
"Waaahh, enak dong Nek. Nenek masak apa?"
"Nenek masak nasi goreng kesukaanmu Cu."
Sangat harum sekali masakan yang nenek masak. Tidak lama kemudian Joni dan saudara-saudaraku, menyantap makanan yang sudah disediakan Nenek di meja makan. Setelah makan perut Joni mulai kekenyangan dan mata Joni terasa berat, mungkin karena Joni kekenyangan jadi hawanya ngantuk sekali. Karena mata sudah berat rasanya lalu Joni bergegas menuju kamar, sambil tidur-tiduran dan rebahan di sana. Tidak terasa tiba-tiba Joni sudah memejamkan mata. Nyaman sekali tidur di kamar sampai-sampai Joni mimpi indah menjadi seorang penyayi di kampung ini, padahal Joni bukan orang sini, tapi entah mengapa Joni bisa bermimpi seperti itu.
Joni menjadi seorang penyayi dari kampung ke kampung, dari desa ke desa. Tidak terpikirkan sebelumnya kalau Joni akan menjadi seorang penyayi. Karena sebelumnya Joni hanyalah hobi mendengarkan lagu-lagu dangdut dan hobi menonton organ tunggal di daerah rumah Joni. Siapa menyangka ternyata tiba-tiba Joni menjadi seorang penyayi dan sering mendapat job manggung di mana-mana. Keesokan harinya Joni mendapatkan job manggung di daerah Batu Bantar. Joni mengajak sepupunya untuk menemaninya malam itu.
"Bonbon antarkan saya pergi manggung yuk," Pinta Joni.
"Manggung di mana Joni?" Tanya Bonbon.
"Di daerah Batu Bantar, tidak jauh kok dari rumah Nenek!"
"Oohh, ya sudah nanti Bonbon antarkan ke sana! Jam berapa manggungnya?"
"Jam 8 malam Bonbon, tolong ya antar ya."
"Oke deh nanti Bonbon antarkan deh."
Sebelumnya Joni sudah pernah manggung berkali-kali di kampung ini. Dan ini pertama kalinya Joni minta antarkan dengan sepupunya Bonbon. Akhirnya malam yang ditunggu-tunggu itu tiba, Joni dan Bonbon siap-siap berkemas dari rumah Nenek ke Batu Bantar untuk manggung dalam acara hajatan. Sekitar pukul 7 Joni berangkat berdua dengan sepupuku menaiki sepeda motor. Sepanjang perjalan sangat terlihat sepi sekali, hanyalah suara kodok dan tokek yang meramaikan malam itu.
Setibanya di acara hajatan itu ternyata sangatlah ramai, alat musik yang merdu sedang di mainkan. Ramahnya orang sana menyambut Joni dengan senyuman manis. Tidak lama kemudian Joni bergegas ke atas panggung diiringi dengan pagar bagus yang ada di sana. Sangat senang hatiku malam itu.
"Bonbon, Joni tinggal ke atas panggung dulu ya." Ujar Joni.
“Iya Joni, semoga lancar ya!" Jawab Bonbon.
"Iya Bonbon, Terima Kasih ya."
"Jangan lupa berdoa Joni!"
"Iya tenang."
Jam 9 Joni mulai bernyayi di atas panggung dan mulai menyocokan suara dengan orgen yang ada di sana. Ketika Joni sudah mulai bernyayi di sana, oh my god, tiba-tiba yang biasanya tidak terjadi dalam kondisi manggung akhirnya terjadi pula di malam ini. Tangan Joni yang sedang memegang mike itu tiba-tiba terasa gatal sekali. Joni takut kalau-kalau penyakit gatal-gatalnya datang menyerangnya karena memang di sini semakin malam semakin dingin hawanya. Akhirnya tangan Joni gatal-gatal dan seluruh badan Joni juga gatal, Joni tidak konsentrasi dalam bernyayi. Apa yang tidak Joni inginkan akhirnya kejadian juga kalau gatalnya itu menyerang tubuh Joni, dan seluruh tubuh ini Joni dipenuhi dengan bentol-bentol yang membuat Joni tidak percaya diri dalam saat bernyayi.
Masyarakat Batu Bantar kecewa dengan penampilanku malam itu, karena kondisi Joni yang seperti ini. Tiba-tiba Joni dilemparkan makanan dan sepatu ke badan Joni dan warga berteriak menyuruh Joni turun dari panggung. Dari kejauhan Bonbon melihat kejadian itu. Bonbon pun sedih mengapa semua ini bisa terjadi pada sepupunya itu. Joni bergegas lari turun dari panggung dan menghampiri Bonbon. Sangatlah sedih hati Joni dengan kejadian malam ini karena Joni bukan penyayi yang menawan dengan banyak idola melainkan Joni seorang penyayi penyakitan.