Hujan kelihatannya mulai bersahabat, memberi kesempatan pada Tono dan Tinu untuk berkeliling menikmati indahnya pemandangan taman bunga. Sebagai saudara kembar yang akrab, mereka sama-sama mengenakan kaos oblong berwarna biru tua, jeans hitam, topi hitam dan mengenakan sepatu hitam blasteran putih. Nyaris tak dapat dibedakan. Namun hanya 1 hal yang dapat membedakan ke dua saudara kembar tersebut, yaitu sifat mereka. Jika tono bersifat ramah tamah dan banyak bicara, maka berbeda dengan Tinu yang sangat pendiam dan jarang sekali berbicara.
Asyik menikmati pemandangan di tengah taman, Tono melihat seorang gadis yang sedang duduk santai di bangku-bangku taman sambil bersetandar di sebuah pohon yang besar.
"Tinu ada gadis tu Tinu, mangsa baru. Yuk deketin," kata Tono mengajak Tinu untuk mendekati gadis yang duduk di tengah taman itu.
Gadis yang memakai selendang merah muda, bergaun coklat dan berambut diikat satu rapi sekali.
"Aduhai, dilihat dari belakang saja anggun banget, apa lagi dari depan?" Tono menyangkalnya.
Tono pun memaksa saudara kembarnya untuk langsung menemui gadis itu. Tono menyuruh Tinu untuk membuat puisi romantis untuk di persembahkan pada gadis itu.
"Mohlah Tono, Saya males. Sudahlah gak usah gombal. Nanti kamu nyesel kalau di tolak sama demenanmu itu. Saya juga bener-bener males buatin puisi yang menggugah perasaan itu. Jadi Saya tegaskan jangan menggombal. " kata Tinu dengan terus terang.
Namun Tono tetap memaksa. Akhirnya Tinu pun membuat puisi yang dapat meluluhkan hati sang gadis itu.
"Oh gadis yang menyandarkan tubuhmu di sebelah pohon. Engkau sangat anggun menawan hati. Tubuhmu yang wangi, rambutmu yang indah meningkat pesona aura dari dalam diri mu duhai gadis yang cantik. Ingin Saya bisa memiliki mu, oh gadis pujaan hati. Maukah kau berkenalan dengan Saya dengan pesona karismatik yang menggugah adinda memandang," Tono membaca puisi untuk gadis yang di sukainya.
Gadis itu pun langsung membalikkan tubuhnya, dan apa yang terjadi? alangkah kagetnya Tono ketika melihat gadis itu berbalik. Ternyata yang di dapati adalah seorang Banci kaleng yang mencari mangsa. Dan tersenyum-senyum pada Tono.
"Bang ganteng romantis banget. Saya terkesan banget dengan lantunan puisi tadi yang Abang bacakan." kata Banci itu.
"Busyettt banget niiiiiiiii........bidadarinya yang Saya incer jadi setan alas gini. Ampun deh Saya kapok merayu gadis pinggir jalan," kaget Tono setengah pingsan.
"Rasain tu To, akibatnya kebanyakan gombal," ejek Tinu.
No comments:
Post a Comment