CAMPUR ADUK

Wednesday, June 30, 2021

KEINGINAN MENIKAH

Dono di ruang makan sedang baca buku sambil menikmati gorengan dan minum teh. Kasino dan Indro duduk di ruang tengah sedang nonton Tv, ya sambil menikmati makan gorengan dan minum kopi.

"Swasta kerjaan kita kan Kasino?" kata Indro.

"Iya," kata Kasino.

"Kerja swasta itu enaknya mengatur kerjaan sendiri. Beda dengan kerja jadi pegawai negeri, ya di atur dengan aturan yang telah di tetapkan," kata Indro.

"Iya," kata Kasino.

Acara Tv menberitakan tentang artis muda yang ingin menikah, ya dilihat dari umur artis muda memang sudah pantes untuk nikah.

"Keinginan menikah," kata Indro.

"Beritanya tentang artis muda, ya ingin menikah di usia muda," kata Kasino.

"Cewek itu maunya sama cowok yang mapan dari segi ekonominya agar jalan kehidupannya berjalan dengan baik," kata Indro.

"Kenyataannya begitu sih," kata Kasino.

"Ada sebuah  cerita kenyataan. Cewek sudah jadian sama cowok bisa di bilang pacaran. Cowoknya memang awalnya kaya. Seiring waktu cowok jadi miskin, bangrut gitu usahanya. Cewek tetap mau sama cowoknya. Sampai biaya apa pun yang banyak berkorban itu ceweknya, ya menikah gitu. Bisa di bilang sudah telanjur jatuh cinta gitu," kata Indro.

"Kalau bertengkarkan pastinya yang di ungkit ekonomi juga," kata Kasino.

"Kaya berita di Tv tentang harta gono gini," kata Indro. 

"Cerita itu pasti ada kesamaan di mana-mana," kata Kasino.

"Hidup tidak bisa hanya urusan cinta doang. Banyak orang tua yang menjalankan hidup lebih dulu dari kita berkata dengan baik tujuannya memberikan nasehat yang baik untuk menjalankan hidup ini. Kerja dengan baik dulu baru menikah, ya agar urusan rumah tangga berjalan dengan baik.....jauh dari kata cerai," kata Indro.

"Dalam urusan kerjaan. Sekarang ini. Kompetisi dengan baik. Pinter melawan pinter demi mendapatkan pekerjaan yang baik," kata Kasino.

Kasino dan Indro terus menoton Tv yang acara bagus banget gitu.

"Oooo iya Kasino. Aku mau nanya sesuatu?!" kata Indro.

"Apa?" kata Kasino.

"Kalau cowok mengatur pola makan dan minumnya dengan baik dan juga olahraga dengan baik. Berarti staminanya luar biasa. Apalagi jika hubungan suami istri. Cowok yang staminanya luar biasa bisa mengalahkan ceweknya di kasur dong?!" kata Indro.

"Bisa mengalahkan ceweknya di kasur," kata Kasino.

"Jadi tidak seimbang hubungan suami istrinya?!" kata Indro.

"Iya," kata Kasino.

"Untuk seimbang hubungan suami istri. Berarti ceweknya harus mengatur pola makan dan minumnya dengan baik dan juga olah raga dengan baik. Stamina cewek juga luar biasa," kata Indro.

"Bener omongan Indro," kata Kasino menegaskan omongan Indro.

"Ya sudah tidak perlu di bahas lebih jauh lagi. Sekedar saja. Fokus nonton Tv!" kata Indro.

"Emmmm," kata Kasino.

Kasino dan Indro, ya fokus nonton Tv yang acaranya bagus gitu dan tetap menikmati minum kopi dan gorengan. Dono tetap baca buku dengan baik.

SI KANCIL DAN KERBAU DUNGU

Alex duduk di ruang tengah.

"Baca buku apa nonton Tv ya?" kata Alex berpikir panjang.

Alex berpikir dengan baik dan akhirnya memutuskan "Baca buku!"

Alex mengambil buku di mejanya dan segera di baca dengan baik.

Isi buku yang di baca Alex :

Di suatu pagi, Si Kancil merasa perutnya lapar. Saat itu ia sangat ingin memakan buah ke timun lezat di ladang Pak Tani. Tapi Ia takut tertangkap oleh Pak Tani. Jika sampai tertangkap lagi, Pak Tani pasti akan menghukumnya dengan menjadikannya sebagai sate. Namun karena sudah merasa lapar, Si Kancil akhirnya pergi ke ladang ke timun Pak Tani. Ia mengendap-endap menunggu kesempatan untuk mencuri timun, namun tidak berani karena Pak Tani selalu menjaga ladangnya. Akhirnya Si Kancil menyerah, Ia pun pergi meninggalkan ladang Pak Tani. Saat pergi meninggalkan kebun Pak Tani, Si Kancil bertemu seekor Sapi tengah memakan rumput.

“Hai Sapi! Kamu lagi makan siang Sapi!” kata Si Kancil pada Sapi.

“Iya Cil. Mari makanlah rumput bersamaku,” jawab Sapi.

“Ah kamu ada-ada saja sapi. Aku kan tidak makan rumput. Aku mau makan ketimun, kamu mau ketimun tidak hai Sapi?” kata Si Kancil lagi.

“Oh mau mau. Mana ketimunnya Cil?” kata Sapi.

“Itu banyak ketimun di ladang Pak Tani. Mari kita ambil timun Pak Tani,” ajak Kancil.

“Ah tidak. Kalau timun Pak Tani aku tak mau. Pak Tani sudah susah payah menanamnya. Kalau tertangkap mencuri, Pak Tani bisa marah,” Sapi menolak ajakan Kancil.

Si Kancil kemudian pergi meninggalkan sapi makan rumput. Belum lama berjalan, Kancil bertemu kambing tengah makan daun. 

“Kau lahap sekali makan daun hai Kambing!” seru Kancil pada Kambing.

“Oh itu kamu Kancil. Marilah makan daun bersamaku,” ajak Kambing.

“Aku tidak makan daun hai Kambing, tapi ketimun. Kamu mau makan ketimun lezat hai Kambing? Ayo kita ambil ketimun milik Pak Tani di ladang. Kalau cuma ambil sedikit kan tidak apa-apa,” kata Kancil.

“Ah aku tidak mau ambil timun Pak Tani, Kancil. Pak Tani menanam ketimun tersebut untuk dijual ke pasar. Uang hasil penjualan digunakan Pak Tani untuk membiayai keluarganya Cil.” jawab Kambing.

“Ya sudah aku pergi sendiri saja,” kata Si Kancil seraya pergi meninggalkan Kambing.

Kancil kemudian berjalan mencari teman lain untuk diajak mencuri ketimun Pak Tani. Ia sangat khawatir jika mencuri sendirian akan kembali tertangkap oleh Pak Tani. Ia tidak mau dipenggal kepalanya kemudian dijadikan sate oleh Pak Tani. Sampailah Kancil di suatu kubangan lumpur. Ia melihat seekor Kerbau tengah mandi di kubangan lumpur. Pada siang terik, Kerbau memang senang berkubang di kubangan lumpur. 

“Hai Kerbau! Sedang apa kamu di kubangan lumpur? Tubuhmu kan jadi kotor hai Kerbau?” tanya Kancil.

“Aku sedang mandi lumpur Kancil. Saat siang panas sekali jadi aku mandi di kubangan. Tak apa-apa tubuhku kotor, yang penting tidak kepanasan. Mari Kancil mandi di kubangan,” kata Kerbau.

“Ah tidak mau. Tubuhku nanti kotor. Ngomong-ngomong, siang hari ini kamu sudah makan belum Kerbau? Kalau belum, mari kita mengambil ketimun Pak Tani di ladang. Ketimun milik Pak Tani sangat lezat loh,” ajak Si Kancil.

“Aku takut mengambil ketimun Pak Tani, Cil!” kata Kerbau.

“Iya aku tahu. Tapi kita kan hanya mengambil beberapa buah saja Kerbau! Kalau kamu takut, biar aku saja yang memetik buah-buah ketimun itu. Kamu hanya berjalan saja ke ladang Pak Tani bersamaku. Bagaimana mau?” Kancil membujuk Kerbau.

“Baiklah. Tapi ingat ya, kamu yang memetik buah ketimun itu Cil. Aku hanya berjalan menemanimu saja ke ladang Pak Tani,” kata Kerbau.

Si Kancil dan Kerbau Dungu tersebut kemudian berjalan beriringan menuju ladang Pak Tani. Saat itu Pak Tani tengah membersihkan ladangnya. Kancil dengan cerdiknya berjalan di balik tubuh besar kerbau sehingga tidak terlihat Pak Tani. Sedangkan Pak Tani tidak curiga sedikit pun melihat Kerbau melintas di ladangnya, karena Kerbau tidak pernah mencuri ketimun miliknya. Ketika Pak Tani lengah, Si Kancil dengan cekatan mengambil ketimun-ketimun milik Pak Tani. Kancil dan Kerbau dungu kemudian segera pergi ke tempat sepi untuk menikmati ketimun-ketimun segar tersebut.

“Kamu cerdik sekali Kancil. Pak Tani tidak curiga sedikit pun melihat aku berjalan di ladangnya,” kata Kerbau sambil memakan ketimun.

Keesokan harinya Si Kancil dan Kerbau kembali mengulangi perbuatannya mencuri ketimun Pak Tani. Berbeda dengan hari kemarin, kali ini Pak Tani merasa curiga melihat Kerbau terus menerus berlalu-lalang di ladangnya. Pak Tani kemudian memeriksa ketimun-ketimun miliknya yang sebentar lagi akan dipanen. Betapa kagetnya Pak Tani begitu mengetahui bahwa ketimun-ketimun berukuran besar miliknya banyak hilang. 

“Kurang ajar! Kenapa ketimun-ketimun besarku banyak hilang? Jangan-jangan dicuri oleh Kerbau. Awas kau Kerbau!” gumam Pak Tani sangat marah.

Keesokan harinya Pak Tani kembali berjaga di ladang. Ia sudah menyiapkan tambang dan pecut untuk menangkap pencuri ketimunnya. Beberapa saat kemudian, Pak Tani melihat Kerbau berjalan mondar-mandir di ladangnya. Pak Tani mendekati Kerbau secara perlahan.

Kerbau mengetahui dirinya di dekati oleh Pak Tani merasa panik. “Kancil! Pak Tani mendekati kita. Bagaimana Kancil?” kata Kerbau cemas.

“Tenang saja kau Kerbau. Engkau pegang dulu ketimun bagianmu. Aku akan menyembunyikan ketimun bagianku di sana,” kata Si Kancil seraya belari kencang meninggalkan Kerbau sendirian.

Setelah berada di dekat Kerbau, Pak Tani kemudian melemparkan tambang ke arah kepala Kerbau kemudian langsung mengikatnya. 

“Oh tenyata kamu pencuri ketimunku hai Kerbau?” teriak Pak Tani.

“Bu... bu... bukan aku pencurinya..., tapi Si Kancil,” kata Kerbau ketakutan.

“Buktinya itu apa? Engkau memegang ketimun milikku? Si Kancil sudah tidak berani mencuri di ladangku hai Kerbau! Beberapa hari terakhir aku sering melihatmu hilir-mudik di ladangku. Sebagai hukuman dari perbuatanmu, mulai sekarang engkau harus membajak sawahku,” teriak Pak Tani Marah.

“Baik, baiklah Pak Tani. Aku mau membajak sawah milikmu,” kata Kerbau.

Pak Tani memegang erat tambang pengikat kepala Kerbau agar tidak lari. Sejak saat itu kerbau bekerja membajak sawah Pak Tani.

***

Alex selesai baca buku.

"Cerita yang bagus," kata Alex.

Alex menutup bukunya dan di taruh di meja. 

"Main ke rumah Tony apa main game ya?" kata Alex berpikir panjang.

Alex berpikir dengan baik dan memutuskan "Main ke rumah Tony ah!"

Alex keluar dari rumahnya, ya ke rumah Tony untuk main bersama.

KANCIL DAN SAPI

Tony minjem buku sama Andi, ya buku ceritalah. Tony duduk di ruang tamu, ya di rumahnya. Tony memegang buku ia pinjem dari Andi, ya segera di baca dengan baik.

Isi buku yang di baca Tony :

Di hutan terdapat suatu padang rumput luas, dihuni oleh keluarga Sapi. Mereka memiliki seekor anak sapi yang tengah beranjak dewasa. Anak sapi memiliki rasa ingin tahu sangat besar. Suatu ketika anak sapi melihat sebuah sungai. Ia meminta izin ibunya untuk berjalan-jalan.

 "Ibu, aku mau berjalan-jalan di sekitar sungai. Boleh kan bu?" tanya Anak Sapi.

 "Boleh anakku, tapi kau harus berhati-hati. Banyak Buaya di sungai. Kau jangan mudah percaya Buaya nak," ibunya menasehati.

Anak Sapi dengan riang segera pergi menuju sungai untuk bermain. Ia sangat senang melihat ikan-ikan kecil berenang kesana-kemari di sungai. Tiba-tiba saja ia mendengar teriakan minta tolong yang ternyata seekor Buaya. Pak Buaya terhimpit oleh sebuah pohon besar yang tumbang. 

Anak Sapi teringat akan nasehat ibunya agar berhati-hati dengan Buaya.

"Tolong aku hai sapi yang baik." kata Pak Buaya.

"Ada apa Pak Buaya? Kenapa tubuhmu terhimpit pohon tumbang?" tanya Anak Sapi.

"Pada saat terjadi gempa bumi, tak kusadari ada sebuah pohon besar di dekatku yang tumbang. Jadi aku terhimpit pohon. Tolong lepaskan aku Anak Sapi baik," Pak Buaya memelas meminta tolong.

"Aku tak mau menolongmu, karena jika engkau terlepas dari pohon itu engkau pasti akan memakanku." Anak Sapi menolak menolong Pak Buaya.

"Jika engkau tak menolongku sekarang aku pasti akan mati, jadi aku berjanji tak akan memakanmu Anak Sapi." Pak Buaya memelas.

"Baiklah kalau begitu aku akan menolongmu," kata Anak Sapi.

Anak Sapi kemudian dengan susah payah mendorong batang pohon besar. Pak Buaya akhirnya terlepas dari himpitan pohon. Setelah terlepas, tiba-tiba saja mulut Pak Buaya menggigit kaki Anak Sapi. Anak Sapi tentu saja kaget.

"Aduh...Apa-apaan Pak Buaya? Kenapa menggigitku? Kau ingkar janji Pak Buaya! Aku menyesal telah menolongmu," Anak Sapi marah.

"Diamlah Anak Sapi bodoh. Aku sudah tiga hari tidak makan. Silahkan kau tanya binatang lain, mereka pasti akan melakukan hal sama jika ada di posisiku," Pak Buaya tidak perduli.

Kebetulan saat itu ada sebuah tikar lapuk hanyut di sungai. Anak Sapi meminta pendapatnya setelah menceritakan pada tikar kejadian yang menimpanya. Tapi tikar justru membela Pak Buaya.

"Itu sudah nasibmu hai Anak Sapi jadi terimalah. Waktu aku masih dalam kondisi baru, selalu dipakai oleh manusia. Tapi sekarang lihatlah aku dibuang di sungai begitu saja," kata Tikar Lapuk.

Tidak lama ada keranjang tua hanyut di sungai. Anak Sapi menanyakan hal sama pada keranjang tua tapi jawaban keranjang tua sama dengan jawaban tikar lapuk. Kemudian muncul seekor Bebek tua. Setelah Anak Sapi menceritakan masalahnya pada bebek tua, lagi-lagi si bebek justru membela Buaya. Bebek tua mengatakan ia melarikan diri karena hendak disembelih oleh majikannya. Setelah Bebek tua pergi, munculah Si Kancil. Anak Sapi menceritakan masalahnya pada Si Kancil. 

Pak Buaya tenang-tenang saja karena yakin Si Kancil pasti membelanya. Si Kancil mengatakan ia harus tahu kejadian sebenarnya. Ia meminta Pak Buaya dan Anak Sapi agar mengulang kembali kejadiannya dari awal. Pak Buaya dan Anak Sapi setuju. Pak Buaya melepaskan gigitannya pada kaki Anak Sapi. Kemudian Anak Sapi mendorong kembali batang pohon ke tubuh Pak Buaya.

"Oh jadi begitu kejadian awalnya," kata Si Kancil.

"Iya betul Kancil," kata Pak Buaya.

"Sekarang giliranmu hai Anak Sapi! Lepaskan batang pohon ini," kata Pak Buaya pada Anak Sapi.

Mendengar itu Si Kancil segera membisiki Anak Sapi agar cepat melarikan diri. Anak Sapi sangat senang mengetahui bahwa ini hanyalah akal Si Kancil untuk membantunya melarikan diri dari Pak Buaya. Mereka berdua segera berlari kencang meninggalkan Pak Buaya yang tidak bisa bergerak terhimpit pohon. Mengetahui hal tersebut Pak Buaya sangat marah.

"Hai Anak Sapi! Hai Kancil! Mau kemana kalian? Kurang ajar kau Kancil ternyata ini tipu muslihatmu," Pak Buaya sangat marah.

"Rasakan akibatnya Pak Buaya! Kau tak bisa dipercaya. Sudah dibantu tapi malah mau memakan Anak Sapi. Selamat tinggal Pak Buaya," teriak Si Kancil.

***

Tony selesai baca buku.

"Bagus ceritanya," kata Tony.

Tony menutup bukunya dan menaruh di meja. 

"Main game ah!" kata Tony.

Tony ke ruang tengah dan segera menghidupkan Tv dan juga Playstasion. Tony dengan asik main game mobil.

KANCIL MENIPU HARIMAU

Andi pulang sekeloh, ya seperti biasa berganti baju dengan baik. Makan Andi di ruang makan, ya ibu menyiapkan makan untuk Andi. Dengan lahapnya Andi makan makanan yang di buat ibu. Sampai perut Andi kenyang. Andi pun ke ruang tengah. Sebenarnya Andi ingin main keluar rumah karena hari hujan, ya di dalam rumah saja. Andi mengambil buku di meja dan segera di bacanya dengan baik banget.

Isi buku yang di baca Andi :

Si Kancil setelah menyeberangi sungai. Si Kancil beristirahat sejenak di tengah hutan. Perutnya sudah tidak merasa lapar lagi karena terus berlari setelah menyeberangi sungai, takut dikejar Buaya. Setelah rasa lelahnya sedikit hilang, ia kemudian berjalan-jalan di tengah hutan untuk mencari makan. Pada saat itu, seekor Harimau lapar tiba-tiba muncul di depannya.

"Wah, senang sekali bertemu denganmu Kancil. Kebetulan perutku lapar," kata Harimau kepada Kancil sambil nyengir memperlihatkan taringnya yang tajam. 

Kancil terlihat tenang meski sebenarnya dia sangat ketakutan. Dia berpikir tentang bagaimana menipu Harimau lapar ini. Akhirnya ia berpikir untuk menggunakan tipuan yang sama dengan tipu daya pada buaya, yaitu mencari makan terlebih dahulu.

"Biar saya cari makan dulu, Harimau. Setelah saya kenyang, Anda bisa memakan saya," jawab Kancil.

"Benarkah aku bisa memakanmu ? Kamu jangan coba-coba membodohiku Kancil. Aku akan memberimu kesempatan untuk mencari makanan dulu, tapi jika kamu kabur, aku pasti bisa menangkapmu Kancil," Pak Harimau mengancam Kancil.

 "Tentu saja Pak Harimau, bagaimana bisa tubuh kecilku keluar dari kejaranmu? Aku akan mencari makan dulu, tapi tolong bisakah Pak Harimau berbalik dulu? Aku takut melihat taring yang tajam," kata Kancil.

"Baiklah, aku membalikkan badanku. Setelah aku selesai makan, beri tahu aku Kancil," kata Pak Harimau.

Setelah Pak Harimau membalikkan badannya, Kancil langsung kabur. Sementara itu, Pak Harimau menunggu Kancil makan dengan tidak sabar.

“Kamu belum makan Kancil?" Pak Harimau bertanya, mulai marah.

Lama tak ada jawaban dari Kancil, Pak Harimau membalikkan badannya. Setelah membalikkan badannya, Pak Harimau terkejut menyadari bahwa Kancil telah melarikan diri. Pak Harimau marah dan ditipu oleh Kancil. Ia langsung mengejar Si Kancil dengan melihat jejak kaki yang ditinggalkan Si Kancil.

"Betapa bodohnya aku bisa tertipu oleh Kancil. Awas Kancil! Kemanapun kamu pergi, aku akan mengejarmu," Harimau berteriak dengan sangat marah.

Sementara itu, Si Kancil terus berlari di tengah hutan dengan cepat dan terengah-engah. Suatu ketika dia melihat seekor Ular sedang tidur. Si kancil langsung berhenti berlari karena takut membangunkan Ular.

"Oh, ada Ular tidur. Saya harus berhenti sejenak, agar Ular ini tidak bangun. Tapi jika saya tetap di sini, Harimau pasti akan menangkap saya. Bagaimana ini?" Kancil itu mencoba masuk akal.

Tapi bukan namanya Si Kancil kalau tidak pandai. Masuk akal untuk kembali membodohi Harimau yang lapar.

"Biarkan aku duduk di sini menunggu Harimau dulu," kata Kancil dalam hati.

Tak lama kemudian Harimau tiba di tempat Si Kancil dan mengancam akan segera memakannya.

"Rupanya kau di sini Kancil. Kau Kancil kasar berani menipuku. Aku akan memakanmu sekarang juga," kata Harimau.

"Sssst... tolong jangan bicara keras-keras Harimau. Sekarang saya disuruh oleh Baginda Sulaiman untuk menjaga ikat pinggangnya," kata Kancil sambil menunjuk Ular yang sedang tidur.

"Kamu pikir aku bodoh Kancil? Itu Ular bukan ikat pinggang. Sini Kancil biar aku makan tubuhmu. Aku muak dengan tipu dayamu," kata Harimau dengan sangat marah.

“Waduh, ternyata Harimau tidak tahu tentang sabuk Baginda Sulaiman, penguasa binatang. Waktu Raja Hutan tidak tahu? Siapa yang memakai sabuk Baginda Sulaiman, maka dia akan ditakuti. Oleh semua binatang di hutan," Kancil mencoba menipu Harimau lagi.

"Jangan bodohi Kancil lagi! Aku tidak percaya!" Harimau membentak Kancil

“Kalau tidak percaya, coba pakai ikat pinggang ini dulu. Tidak ada salahnya mencoba kan?” kata Kancil

"Hmmm... ada benarnya juga. Aku coba ke sini dulu," Harimau berpikir tidak ada salahnya mencoba ikat pinggang yang sebenarnya Ular itu.

Harimau menjulurkan lidahnya untuk membelai ikat pinggang sebelum memakainya. Itu membangunkan Ular yang sedang tidur. Ular kemudian menjadi sangat marah pada Harimau yang mengganggu waktu istirahatnya.

"Harimau kasar! Kenapa kamu mengganggu tidurku?" teriak Ular pada Harimau.

Harimau itu kaget, ternyata ikat pinggang itu adalah Ular. Harimau segera mundur untuk menjauh dari Ular, tetapi Ular itu lebih cepat membungkus tubuh Harimau sambil menggigitnya. Harimau itu tidak mau kalah, ia menggigit tubuh Ular itu dan mencakar tubuh Ular itu dengan cakarnya yang tajam. Untuk waktu yang lama, Harimau bertarung sengit dengan Ular. Sang Kancil pun segera mengambil kesempatan itu. Dengan cerdik, dia langsung kabur dari mereka berdua.

"Aku harus berlari cepat sebelum mereka berdua menyadari apa yang sebenarnya terjadi," Kancil itu segera berlari dan menghilang di tengah hutan. 

***

Andi selesai baca buku.

"Cerita yang bagus," kata Andi.

Andi menutup buku dan menaruh buku di meja. Keadan di luar masih hujan. Andi ke kamarnya dan segera belajar di kamar, ya mengulang pelajaran yang di ajarkan guru di sekolah.

PUTRI TANABATA

Haruka berada di rumahnya dan duduk di ruang tengah.

"Hari melelahkan kerjaan ku banyak di kantor," kata Haruka.

Haruka ingin nonton Tv, ya ingin mengambil remot di meja untuk menghidupkan Tv. Haruka melihat buku di meja, ya di ambil lah.

"Buku ini aku beli di toko buku belum aku baca," kata Haruka.

Haruka membuka buku dan segera membaca buku.

Isi buku yang di baca Haruka.

Pada zaman dahulu kala, tinggalah seorang pemuda yang hidup di desa. Pemuda tersebut sangat rajin bekerja. Dia bekerja di sebuah hutan yang dekat dengan tempat tinggalnya. Di suatu pagi yang cerah, dia pergi ke hutan dengan hati bahagia. Namun, langkah kakinya terhenti ketika kakinya tersandung sebuah baju di tepi sungai. Dia memperhatikan baju tersebut, baju itu sangat indah. Menyangka bahwa baju itu tidak ada pemiliknya, akhirnya sang pemuda mengambil baju tersebut lalu disimpannya. Sang pemuda akhirnya melanjutkan perjalanan. Ketika di tengah jalan, seorang wanita cantik menemui sang pemuda dan bertanya tentang sesuatu hal.

 “Permisi, apakah anda menemukan baju bidadariku ?” tanya sang wanita.

Sang pemuda terkejut melihat kecantikan wanita tersebut. Sang wanita sangat cantik layaknya bidadari. Karena sang pemuda baru mengetahui bahwa wanita di hadapannya adalah seorang bidadari, dia lantas berbohong. Pria itu berbohong karena telah jatuh cinta kepada sang wanita.

 “Tidak, aku tidak menemukan baju bidadarimu,” jawab sang pria.

Sang wanita akhirnya tertunduk sedih. Dia tidak bisa membayangkan apabila dia tidak dapat kembali ke kahyangan. Sebab, baju bidadarinya tidak ditemukan kembali. Dia dapat terbang ke kahyangan apabila menggunakan baju bidadarinya. Melihat kesedihan sang bidadari, akhirnya sang pemuda angkat bicara. Dia menawarkan agar wanita tersebut tinggal di rumahnya.

“Jika kamu tidak dapat kembali ke kahyangan, sebaiknya engkau tinggal bersamaku saja, aku akan menikahimu,” kata sang pemuda.

Akhirnya bidadari tersebut menyetujui ajakan sang pemuda. Mereka segera menikah dan tinggal bersama. Wanita tersebut akhirnya di kenal dengan Putri Tanabata. Waktu demi waktu pun berlalu, tanpa di duga seekor merpati hinggap ke rumah Putri Tanabata dan sang pemuda. Merpati itu bermain-main di rumah mereka. Tanpa di sadari, sang merpati menemukan baju bidadari Putri Tanabata. Merpati tersebut memainkan baju tersebut dengan mematuk-matukan paruhnya pada baju bidadari Putri Tanabata. Putri Tanabata terkejut sekaligus kegirangan karena telah menemukan baju bidadarinya. Di tidak sabar untuk kembali ke kahyangan.

Sebenarnya, Putri Tanabata juga sedih apabila pergi meninggalkan suaminya di bumi. Namun, walau bagaimana pun dia sebenarnya adalah seorang biadadari. Seorang bidadari sewajarnya tinggal di kahyangan. Putri Tanabata lalu menghampiri suaminya untuk membicarakan perihal kepergiannya.

“Suamiku, baju bidadariku telah kutemukan. Aku akan berencana pergi ke kahyangan,” jelas Putri Tanabata.

Mendengar penjelasan istrinya, sang pemuda terkejut.

“Jika kamu pergi ke kahyangan, bagaimana dengan diriku ? aku pasti akan kesepian,” sahut sang pemuda sedih.

Putri Tanabata menghela nafas, lalu berkata “Dengarlah suamiku, kita masih akan tetap bertemu. Buatlah 1000 pasang sendal yang terbuat dari jerami. Sendal-sendal tersebut harus engkau kuburkan di bawah pohon bambu. Itu adalah syarat supaya engkau bertemu kembali denganku.”

Putri Tanabata dan suaminya akhirnya berpisah. Sang istri harus pergi ke kahyangan, sementara suaminya harus sabar menunggu hingga pertemuan itu bisa terwujudkan. Akhirnya sang pemuda membuat 1000 pasang sendal jerami sebagai syarat untuk bertemu kembali dengan istrinya, Putri Tanabata. Pembuatan sendal jerami itu membutuhkan waktu berbulan-bulan. Hingga dirasa cukup, sang pemuda menguburkan sendal-sendal jerami itu di bawah pohon bambu. Pohon bambu itu akhirnya meninggi dan terus meninggi, sampai menjulang ke langit. Ternyata, sang pemuda hanya membuat 999 pasang sepatu jerami. Hal tersebut membuat tinggi pohon bambu kurang satu langkah mencapai kahyangan. Dengan sekuat tenaga dan semangat yang tinggi, sang pemuda berhasil mencapai pucuk pohon bambu yang tinggi. Sang pemuda akhirnya memanggil istrinya, Putri Tanabata.

“Istriku, Putri Tanabata... ini aku suamimu,” teriak sang pemuda.

Mendengar suara yang telah dikenalinya, Putri Tanabata bergegas menuju asal sumber suara. Akhirnya mereka bertemu setelah sekian lama berpisah.

Sang ayah Putri Tanabata mendatangi mereka. Dia lalu bertanya perihal pemuda yang menemui putrinya.

“Dia adalah suamiku, Ayah. Ketika aku berada di bumi, aku menikahi penduduk bumi,” jelas Putri Tanabata.

Sebenarnya ayah Putri Tanabata tidak menyukai manusia penduduk bumi. Namun, karena putrinya tampak mencintai sang pemuda, dia lalu mengizinkan mereka untuk tinggal bersama. Sang pemuda akhirnya diberi tugas untuk menjaga kebun labu selama 3 hari sebagai syarat untuk bisa tinggal di kahyangan bersama Putri Tanabata.

“Engkau boleh tinggal di sini, dengan syarat harus menjaga kebun labu selama 3 hari. Labu-labu tersebut tidak boleh engkau santap, karena akan menyebabkan bencana dan kamu harus kembali lagi ke bumi,” jelas sang ayah Putri Tanabata.

Mendengar penjelasan ayah mertuanya, sang pemuda menyanggupi. Dengan semangat, suami Putri Tanabata menjalankan tugasnya. Namun, takdir berkata lain. Pada saat sang pemuda masih menjaga kebun labu, tiba-tiba cuaca menjadi sangat panas. Sang pemuda akhirnya memakan buah labu tersebut untuk melepas dahaganya. Perbuatan sang pemuda akhirnya memunculkan bencana. Sebagian buah labu yang belum dimakan ternyata mengeluarkan air yang cukup deras. Air tersebut lama kelamaan bertambah besar, hingga munculah sebuah sungai. Kahyangan pun akhirnya digenangi oleh air. Perbuatan sang pemuda terdengar oleh ayah mertuanya. Hingga sang ayah mertua mengusir sang pemuda dari kahyangan.

Sang pemuda dan istrinya, Putri Tanabata, berpisah. Mereka terpisah jarak yang sangat jauh, karena sang pemuda berada di bumi dan istrinya berada di kahyangan. Mereka hanya dapat bertemu pada tanggal 17 Juli saja.

***

Haruka berhenti baca buku.

"Bagus ceritanya. Pinter yang membuat ceritanya. Hikmah dari cerita yang aku baca ini adalah jangan melanggar peraturan, karena hal tersebut dapat merugikan diri sendiri." kata Haruka.

Haruka menutup bukunya dan di taruh di meja.

"Kayanya cerita yang aku baca pernah di angkat ke film kartun," kata Haruka.

Haruka mengambil remot di meja dan segera mengghidupkan Tv. Di pilihlah acara yang bagus di Tv. Acara yang di tonton Haruka, ya musik gitu....Girlband dan Boyband. Haruka menikmati tontonannya di Tv, ya bagus banget untuk di tonton.

PENGENDALIAN KEPRIBADIAN

Dono di ruang tamu sedang asik membaca buku. Kasino dan Indro sedang asik nonton Tv.

"Kasino," kata Indro.

"Apa?" kata Kasino.

"Aku ingin tanggapan mu tentang cerita yang di buat Dono!" kata Indro.

"Tanggapan aku. Boleh!" kata Kasino.

"Tokoh Lestiana, ya diambil dari nama 'Lesti'....cuma di tambah 'ana' saja. Dalam cerita fantasi. Lestiana ada hubungan Dono, ya teman masa kecil sampai dewasa. Lestiana di jodohkan dengan Risky, ya jadinya menikah gitu. Dono di buat untuk tidak mendapatkan cinta Lestiana, ya cinta pertama. Jadi Dono di buat kecewa dengan keadaan gitu. Kenapa di buat cerita seperti ini?" kata Indro.

"Kalau itu tanya sama Dono. Kan yang membuat cerita Dono!" kata Kasino.

"Aku kan minta tanggapan Kasino!" kata Indro.

"Ok. Aku tanggapin. Ceritanya memang sengaja di buat begitu. Lestiana di buat beruntung ada dua cowok yang menyukai dirinya, ya Risky dan Dono. Dono di buat kecewa dengan keputusan Lestiana, ya tidak boleh ada cinta hanya teman saja dengan alasannya Lestiana telah di jodohkan sama Risky. Biasanya yang kecewa itu kebanyakan cewek. Di cerita ini di buat Dono kecewa. Memang sih dunia kenyatan kecewa karena putus cinta itu sakit. Data di dapatkan... cowok mengalami depresi karena putus hubungan dengan cewek. Dono sebagai tokoh utama mengajarkan bagaimana menghilangkan rasa kecewa, ya dengan cara menyadari kesalahan diri sendiri dan belajar untuk memperbaiki diri agar lebih baik lagi. Ketenangan itulah kunci jawaban pengendalian kepribadian yang labil...gara-gara kecewa gitu," penjelasan Kasino.

"Menyadari kesalahanan diri sendiri dan memperbaiki diri agar lebih baik lagi. Kalau begitu kan Dono bisa saja mendapatkan Lestiana..dong?!" kata Indro.

"Seharusnya Dono bisa mendapatkan Lestiana. Cerita yang menentukan penulisnya. Kita kan tokoh dalam cerita jadi harus menjalankannya sesuai apa yang di ketik penulis di leptopnya dengan baik. Dono tidak bisa mendapatkan Lestiana karena sebuah janji yang di sepakatin Dono dengan Lestiana," kata Kasino.

"Janji yang harus di jalanin dengan baik karena telah sepakat. Cowok di katakan baik, ya bisa di pegang kan omongannya dan tindakannya," kata Indro.

"Tujuannya itu. Cowok yang baik itu yang di pegang omongannya dan tindakkannya," kata Kasino menegaskan omongan Indro.

"Sama aja dengan janji pernikahan kan. Lestiana dengan Risky?!" Indro.

"Sama aja," kata Kasino.

"Berarti. Benar-benar Lestiana beruntung mendapatkan dua cowok yang mencintai dirinya. Risky menikahin Lestiana. Dono tetap menjadi teman Lestiana dan tidak boleh ada cinta keduanya....hanya teman saja!" kata Indro.

"Eeeemmmm," kata Kasino.

Acara Tv tetap berlangsung dengan baik banget, ya Kasino dan Indro tetap nonton Tv dengan baik.

"Oooo iya Kasino bagimana dengan Konser Juara Di Hati...kemarin malam?!" kata Indro.

"Kemarin malam memang tidak ada cerita yang di publikasikan, ya bisa di bilang istirahat gitu. Tentang Konser Juara Di Hati....kemarin malam. Seperti biasa sih Konser Musik bagus banget," kata Kasino.

"Seperti biasa bagus toh," kata Indro.

"Fokus nonton Tv saja. Tidak perlu di bahas lebih jauh gitu!" kata Kasino.

"Iya," kata Indro.

Indro dan Kasino, ya fokus nonton Tv dengan baik banget karena acara Tv memang bagus banget untuk di tonton. Dono tiba-tiba berhenti baca bukunya. Raoh muncul di atas kepala Dono dengan wujud kecil banget.

"Dunia ini tetap begini-begini aja," kata Dono.

"Yang menggerakkan tetap manusia dengan tujuan masing-masing. Dari dulu sampai sekarang," kata Roh.

"Manusia yang menggerakkan segalanya dengan baik dengan tujuannya masing-masing," kata Dono.

"Pandai-pandai bersyukur!" kata Roh.

"Iya," kata Dono.

"Aku pergi dulu!" kata Roh.

"Emmm," kata Dono.

Roh pergi dengan cara menghilang. Dono melanjutkan baca bukunya dengan baik banget.

Tuesday, June 29, 2021

ITIK BURUK RUPA

Putri di kamarnya. 

"Ngapain ya?" kata Putri berpikir panjang.

Putri teringat sesuatu tentang sebuah buku jadi Putri mengambil buku di rak buku. Judul buku itu di baca dengan baik sama Putri "Itik Buruk Rupa."

Duduk di kursi dengan baik dan segera Putri membaca bukunya dengan baik.

Isi buku yang di baca Putri :

Pada suatu ketika, seekor induk itik sedang mengerami telur-telurnya. Telur-telur itu diharapkan akan menjadi penerus generasi dari induknya. Tidak lama kemudian, telur-telur tersebut mulai menetas. Mereka berwarna kuning. Namun ada satu anak itik yang memiliki bulu berwarna abu-abu. Karena memiliki warna abu-abu, sang anak itik tersebut menjadi bahan olok-olokan bagi saudaranya, karena anak itik tersebut terlihat jelek dengan bulunya yang berwarna abu-abu. Sang induk itik yang mengerami telur itu pun juga keheranan dengan anaknya yang berbulu abu-abu.

Setiap hari, itik berbulu abu-abu selalu menjadi bahan ejekan bagi saudaranya. Sang itik dijuluki si buruk rupa. Hal ini membuat sang anak itik menjadi minder. Dia tidak mau tinggal bersama saudara dan keluarganya. Dia akhirnya kabur dari rumah untuk bertemu dengan itik yang memiliki bulu yang sama dengan dirinya, yaitu abu-abu.

Sang anak itik abu-abu akhirnya pergi meninggalkan keluarganya. Setiap dia bertemu dengan itik lainnya, dia selalu bertanya, apakah mereka pernah bertemu dengan itik yang memiliki bulu yang sama dengan dirinya.

“Hai teman, aku mau bertanya, apakah kau pernah bertemu dengan itik yang berbulu abu-abu sama dengan diriku ?” tanya itik buruk rupa.

“Aku tidak perah bertemu dengan itik yang berbulu abu-abu yang jelek seperti dirimu,” kata mereka.

Si itik uruk rupa akhirnya bertambah sedih mendengar pernyataan itik-itik yang dia temui. Dia menyadari bahwa dia adalah itik terjelek di dunia. Dia harus tau diri bahwa dia harus menerima kenyataan pahit untuk dijauhi oleh kawanan itik lainnya. Sang itik selalu termenung. Dia tidak dapat membendung kesedihan akibat nasibnya yang malang.

Ketika sang itik termenung, seorang perempuan tua menangkap itik abu-abu tersebut, lalu memasukannya ke dalam kandang. Sang itik sedikit berontak, karena dia tidak tau akan diperlakukan seperti apa oleh perempuan tua tersebut. Ketika di dalam kandang, si itik buruk rupa berjumpa dengan induk ayam yang sedang mengerami telurnya.

“Darimana kamu ? hai itik !” tanya sang induk ayam.

“Aku baru saja ditangkap di sebuah tempat oleh nenek tua itu, lalu aku dijebloskan ke kandang ini,” jawab si itik buruk rupa.

“Mungkin, kau tidak lama lagi akan disemblih dan disantap oleh nenek tua itu,” jelas si induk ayam.

Si itik terkejut mendengar penjelasan dari induk ayam tersebut, dia langsung mencoba meloloskan diri dari kandangnya. Dia berusaha mencari celah agar dirinya dapat keluar dari kandang. Akhirnya, dia dapat meloloskan diri. Dia mengetahui bahwa semua itik benci akan dirinya. Hingga akhirnya, si itik buruk rupa hanya bisa berdiam di semak-semak.

Musim dingin pun tiba, si itik buruk rupa merasa lapar dan ingin mencari makan. Dia berusaha keluar dari semak belukar meski badannya lemah dan tidak sehat. Perasaan sedih selalu dirasakan si itik akibat dijauhkan oleh kawanan itik lainnya. Dengan langkah tertatih-tatih, si itik berusaha membawa tubuhnya untuk mencari makan. Mungkin ada cacing-cacing tanah yang masih tersedia di luar sana. Namun, karena badannya telah lemah, si itik buruk rupa mengalami pingsan.

Si itik yang pingsan akhirnya ditemukan oleh seorang petani yang baik hati. Dia membawa sang itik ke rumahnya. Petani dan anak-anaknya merawat si itik buruk rupa dengan penuh kasih sayang. Mereka senang dengan kehadiran si itik abu-abu. Menurut mereka, si itik memiliki bulu yang lucu dan tingkahnya dapat menghibur mereka.

Ketika si itik telah tumbuh dewasa, petani itu langsung melepaskannya ke alam bebas. Alangkah terkejutnya sang itik, dia melihat wujudnya pada pantulan kolam. Dia telah berubah. Sang itik telah menjelma menjadi angsa yang cantik.

“Oh tidak, wujudku ternyata menjadi cantik,” kata si itik buruk rupa tidak percaya.

Di kolam tersebut, tampaklah sekelompok angsa yang sedang berenang. Wujud mereka sama dengan itik si buruk rupa. Mereka sama-sama terlihat cantik dan menawan. Si itik buruk rupa menyadari bahwa dia sebenarnya adalah seekor angsa muda yang cantik. Dia mengepakkan sayapnya yang indah dan terlihat sangat bahagia. Akhirnya, dia berenang di atas kolam sambil berbaur dengan kawanann angsa lainnya. Ternyata, angsa muda yang cantik itu, pada saat menjadi telur, dikelompokkan ke dalam telur itik. Pantas saja berbeda dengan kelompok itik.

***

Putri selesai baca buku.

"Cerita yang bagus. Pinter yang membuat cerita. Ceritanya pernah di angkat ke film seri kartun kalau tidak salah. Hikmah yang di ambil dari cerita yang aku baca dengan baik adalah jangan mudah putus asa. Setiap makhluk pasti memiliki kelebihan dan kekuarangannya masing-masing," kata Putri.

Putri menutup buku dan buku di taruh di meja. Putri keluar dari kamarnya, ya membantu ibu di dapur....memasak untuk makan malam.

HARPA AJAIB

Nanu duduk di taman, ya membawa buku. Nanu membuka bukunya dan segera membaca buku dengan baik.

Isi buku yang di baca Nanu :

Pada suatu desa, tinggalah seorang bernama Morgan. Morgan tinggal serumah bersama istrinya. Kehidupan mereka cukup bahagia. Morgan memiliki hobi menyanyi. Namun, banyak orang yang mengatakan bahwa suara Morgan jelek. Hal tersebut kadang membuat Morgan minder dengan suara nyanyiannya.

Ketika malam tiba, Morgan sedang duduk santai dekat perapian. Dia meminum secangkir kopi sambil sesekali bersenandung. Tidak lama kemudian, dia didatangi oleh tiga orang tamu. Tamu Morgan adalah 3 orang laki-laki. Mereka adalah seorang mengembara. Morgan mempersilahkan masuk tamunya. Ternyata ketiga pengembara tersebut kehabisan bekal makanan. 

“Pak Morgan, kami kehabisan bekal makanan. Maukah engkau memberikan sedikit makanan kepada kami yang sedang kelaparan ?” pinta mereka.

“Tentu saja akan aku berikan. Bagaimanapun kalian adalah tamuku. Kebetulan, aku memiliki roti dan susu coklat hangat yang bisa kalian santap,” sahut Morgan.

Ketiga pengembara itu tampak senang. Mereka sangat berterimakasih dengan kebaikan Morgan pada malam itu.

“Kami sangat senang diberi jamuan oleh anda, Pak Morgan yang baik. bagaimana kami membalas jasa anda ?” tanya salah satu dari mereka.

“Ah tidak perlu. Menjamu kalian saja saya sudah bahagia, apalagi kalian kan sedang dalam kekurangan finansial,” kata Morgan.

“Ayolah Pak Morgan, silahkan utarakan keinginanmu,” desak mereka.

“Hmmm, sebenarnya aku memiliki suatu keinginan,” kata Morgan sambil menerawang.

“Keinginan apakah itu ?” tanya salah satu dari pengembara itu.

Morgan melanjutkan keinginannya, “Aku ingin memiliki harpa ajaib yang apabila aku mainkan, semua orang menjadi menari dan senang mendengarnya.”

“Baiklah kalau itu keinginanmu, kami akan mengabulkannya,” kata salah satu dari pengembara.

Tiba-tiba, harpa itu datang dan ketiga pengembara tersebut menjadi hilang. Morgan terkejut dengan apa yang dia alami. Sebuah harpa indah ada di hadapannya. Ternyata ketiga pengembara itu adalah peri. Mereka akan mendatangi rumah seseorang. Apabila mereka di terima dengan baik oleh seseorang tersebut, maka keberuntungan akan menghinggapi pemilik rumah itu. Namun, jika mereka di terima dengan cara yang tidak baik atau tidak menyenangkan, niscaya kesulitan akan didapatkan oleh pemilik rumah itu.

“Wah, harpa ini sungguh indah, mereka pasti adalah tiga malaikat yang membalas kebaikanku ! Harpa ini pasti memiliki suara yang indah juga,” gumam Morgan sambil memperhatikan harpa ajaib itu.

Morgan akhirnya memainkan harpa ajaib itu. Bunyinya sangat indah. Dia mulai menyanyi sambil memainkan harpa. Tiba-tiba istri Morgan datang dan ingin menari. Dia sangat tertarik dengan alunan musik harpa ajaib itu. Mereka akhirnya menari bersama mengikuti alunan suara harpa ajaib itu.

Tidak lama kemudian, orang-orang yang melewati rumah Morgan mendengarkan suara harpa yang indah. Mereka akhirnya ikut menari. Tetangga Morgan juga ikut keluar rumah. Morgan dan istrinya pindah ke halaman depan rumah untuk menari bersama dengan tetangga mereka. Suasana pada saat itu sangat menyenangkan.

Esok harinya, Morgan didatangi tamu yang pernah menghina suaranya. Dia dan Morgan sedang asik meminum secangkir kopi sambil bersenda gurau. Akan tetapi, Morgan masih memiliki dendam dengan orang yang mengejek suaranya.

“Sekarang, ketika kau mendengarkan aku menyanyi dengan bermain harpa, kau tidak akan mungkin lagi mengejek suaraku,” kata Morgan.

“Ah tidak mungkin, suaramu pasti sama saja dengan suaramu yang dulu,” jelas si tamu Morgan.

Morgan yang mendengarkan penejelasan tamunya langsung ingin balas dendam. Dia segera mengambil harpa ajaibnya, lalu memainkan harpanya samil bernyanyi. Mendengar demikian, sang tamu akhirnya menari setelah mendengarkan suara harpa itu.

Akan tetapi, Morgan mempercepat tempo alunan harpanya, sehingga sang tamu menjadi kelalahan dan mulai berteriak. Sang tamu kelelahan menari karena mengikuti tempo lagu dari harpa Morgan. Morgan tidak berhenti memainkan alat musik itu. Morgan justru tertawa kegirangan melihat tamunya yang lelah menari. Sang tamu tidak bisa berhenti menari, dia terus menari dan menari. Dia tidak bisa menghentikan tubuhnya untuk berhenti menari, padahal sang tamu memohon kepada Morgan untuk berhenti memainkan harpanya. Akhirnya sang tamu lemas tidak berdaya, wajahnya pucat dengan keringat yang bercucuran, dia akhirnya jatuh pingsan. Morgan akhirnya tertawa lepas karena dendamnya sudah terbalas.

Pagi harinya, Morgan terkejut karena harpa ajaib yang baru dimilikinya tidak berada di tempat. Morgan terus mencari-cari harpanya yang hilang, namun tetap saja tidak ditemukan. Rupanya ketiga peri yang memberi Morgan sebuah harpa itu menarik kembali barang pemberian mereka. Mereka sangat murka dengan apa yang diperbuat oleh Morgan terhadap tamunya. Tamu Morgan menjadi pingsan dan jatuh sakit akibat perbuatan Morgan. Kini Morgan tidak memiliki harpa ajaib itu kembali.

***

Nanu berhenti baca buku.

"Cerita yang bagus. Pinter yang membuat ceritanya," kata Nanu.

Nanu membaca hikmah dari cerita tersebut yang tertulis dengan baik di buku "Kita harus menjadi orang yang baik, keburukan harusnya dibalas dengan kebaikan. Janganlah menjadi manusia pendendam, sebab kita akan mendapatkan balasan keburukan."

Nanu memahami dengan baik hikmah yang di tulis dalam buku tersebut dan segera menutup bukunya dengan baik. Nanu pun beranjak duduknya di taman, ya bergerak berjalan ke rumahnya.

KANCIL DAN SIPUT

Dodo duduk di ruang tengah sedang asik baca buku.

Isi buku yang di baca Dodo :

Suatu hari yang cerah, Si Kancil sedang berjalan-jalan di hutan. Kemudian dia berjalan ke atas bukit karena dia ingin melihat seluruh hutan dari atas. Sesampainya di puncak bukit, sambil membusungkan dadanya, ia berteriak “Wahai penghuni hutan, akulah Kancil, binatang yang paling pintar. Tidak ada hewan lain di hutan yang bisa menandingi kecerdikan saya.”

Sejumlah hewan di hutan seperti monyet, kumbang, burung dan hewan lainnya, merasa terganggu dengan teriakan Kancil, tetapi mereka tidak memperhatikan. Setelah puas berteriak di atas bukit, Si Kancil kemudian berjalan menuruni bukit hingga akhirnya tiba di sebuah sungai. Saat dia berjalan menyusuri sungai, dia melihat seekor siput.

“Hai Kancil, mau kemana?” tanya Siput kepada Kancil.

"Hei Siput, aku hanya akan jalan-jalan," kata Kancil acuh tak acuh.

"Sepertinya kamu sedang bersenang-senang Kancil, barusan aku mendengar kamu berteriak di atas bukit," tanya Siput lagi.

"Ya, saya hanya ingin memberi tahu semua penghuni hutan bahwa saya adalah hewan paling pintar di sini," jawab Kancil.

"Hmm, kamu salah, aku hewan paling pintar di hutan ini," jawab Siput.

"Apa? Memang benar kau Siput. Tubuhmu sangat kecil, bagaimana kamu bisa lebih pintar dariku, Siput," Kancil menjawab dengan sedikit emosional.

“Kau meremehkanku Kancil, hanya karena tubuhku kecil. Bagaimana jika saya menantang Anda untuk balapan dengan saya. Percayalah, Anda tidak akan memenangkan perlombaan melawan saya,” tantang Siput.

“Ha ha ha.... siput, siput. Tubuhmu sangat kecil sehingga ingin menantangku untuk lomba lari. Baiklah, jika itu yang Anda inginkan. Bagaimana jika kita lari besok pagi?” kata Kancil.

"Baiklah, Kancil. Besok pagi saya menunggu di sini untuk balapan. Aku akan mengalahkanmu Kancil.” kata Siput lagi.

Setelah Kancil pergi, Siput segera mengumpulkan teman-temannya. Dia meminta bantuan teman-temannya untuk mengalahkan Kancil yang sombong dalam perlombaan besok. Siput meminta teman-temannya untuk menunggu di sepanjang lintasan balap. Ia pun menginstruksikan teman-temannya untuk menjawab panggilan Si Kancil jika dipanggil.

Keesokan harinya, cuaca sangat cerah. Si Kancil segera terbangun dari tidurnya, lalu berjalan menuju tempat Siput untuk berlari. Dia yakin bisa mengalahkan Siput kecil dengan mudah. Sementara itu, teman Siput sudah siap menunggu di sepanjang lintasan lari.

"Siput, apakah kamu siap untuk berlari bersamaku?" Kancil bertanya kepada Siput ketika sampai di tempat perlombaan.

“Tentu saja Kancil. Aku siap berlari bersamamu. Mari kita mulai balapan ini,” jawab Siput.

Keduanya kemudian mengambil posisi untuk melakukan lomba lari. Setelah hitungan ketiga, balapan dimulai. Keduanya berusaha berlari secepat mungkin. Rusa tentu saja berlari sangat cepat meninggalkan Siput di belakang. Kancil berlari sambil tertawa geli. Ia berpikir, bagaimana mungkin Siput kecil memenangkan perlombaan bersamanya.

Setelah lama berlari, Si Kancil berhenti sejenak. Dia melihat ke belakang dan berkata, “O siput! dimana kamu? Hanya beberapa menit berlari, Anda jauh di belakang saya.” kata Kancil dengan angkuh. Dia pikir Siput telah hilang.

“Hai Kancil! Aku di sini di depanmu. Mengapa menghentikan Kancil? Apakah kamu lelah berlari? ” jawab teman Siput yang sudah menunggu disana.

Kancil terkejut. Bagaimana mungkin Siput sudah ada di depannya. Dia tidak tahu bahwa Siput di depannya sebenarnya adalah teman Siput. Dia kemudian berlari kembali dengan cepat untuk mengalahkan Siput. Ia yakin kali ini Siput tidak akan bisa mengejarnya. Setelah yakin bahwa dia jauh dari tempat itu, dia berhenti sejenak dan berkata, “Wahai Siput kecil! Dimana kamu sekarang Kamu pasti jauh di belakangku.”

"Aku di depanmu Kancil. Apakah ada Kancil yang terus Anda panggil saya? Apakah kamu kelelahan? Katakan saja kamu ingin menyerah,” kata seorang teman Siput yang ditugaskan untuk menunggu di dekat lokasi.

“Apakah kamu menyerah? Apa pun yang Anda Siput. Saya tidak akan menyerah. Saya berhenti hanya untuk memastikan Anda masih bisa mengikuti kecepatan saya,” jawab Kancil.

Dia kemudian segera berlari secepat yang dia bisa agar Siput tidak bisa mengejarnya. Si kancil sangat terkejut, betapa Siput selalu ada di hadapannya. Sedangkan Siput adalah hewan yang lambat. Ini terus berulang. Setiap kali Kancil menanyakan posisi keong, maka keong harus berada di depannya. Dan Kancil akan berlari lebih cepat dari sebelumnya. Hingga mendekati garis finis, Si Kancil kelelahan karena selalu berusaha berlari lebih cepat. Namun ia senang karena garis finis sudah di depan matanya. Kancil sangat percaya diri memenangkan pertandingan lari. Baru beberapa langkah dari garis finis, tiba-tiba terdengar suara Siput memanggilnya. 

“Hai Kancil! Mengapa Anda begitu lama untuk tiba? Aku sudah di sini sejak. Apakah saya memberitahu Anda? Bahwa saya akan memenangkan perlombaan dengan Anda?” kata Siput.

Mendengar suara Siput, Kancil merasa seperti disambar petir. Dia benar-benar tidak percaya dia bisa dikalahkan oleh Siput. Dia kemudian duduk karena dia merasa sangat lelah. 

"Aku tidak percaya kamu bisa memenangkan perlombaan denganku Siput," kata Kancil dengan lembut.

“Makanya Kancil jangan jadi hewan yang sombong. Kamu memang binatang yang pintar, tapi aku lebih pintar dan lebih pintar darimu,” kata Siput.

"Kamu adalah Siput. Saya sudah terlalu sombong karena merasa mampu mengecoh binatang buas seperti Harimau dan Buaya. Ternyata kamu lebih pintar dariku. Terima kasih Siput karena telah memberimu pelajaran,” kata Kancil. 

Kancil yang telah sadar dengan kesalahan pada dirinya, ya di berikan pelajaran dari Siput. Kancil meninggalkan Siput begitu saja karena urusan dengan Siput telah selesai. Kancil berjalan-jalan dengan baik menikmati keadaan dengan baik.

***

Dodo berhenti baca buku.

"Cerita yang bagus. Pinter yang membuat ceritanya," kata Dodo.

Dodo menutup bukunya dan di taruh di meja. Dodo ke kamarnya, ya mengambil mainannya berupa mobil remot kontrol dan segera di mainan di halaman depan rumah. Dodo dengan asik main mobil remot kontrol. Ibu sedang membuat kue di dapur. Ibu pun masih memperhatikan Dodo dengan baik, ya Ibu ke ruang tengah. Ternyata Dodo bermain mobilan di halaman depan. Ibu melihat buku di atas meja, ya di ambil dan di taruh rak buku. Ibu melanjutkan pekerjaanya dengan baik, ya membuat kue di dapur

S KANCIL MENCURI TIMUN

Irwan duduk di ruang tamu sedang baca buku dengan baik banget.

Isi buku yang di baca Irwan :

Mencuri Timun merupakan cerita terkenal di Indonesia. Kancil adalah binatang yang suka mencari makan di malam hari. Pada siang hari Kancil tidur, walau kadang keluar jika perutnya terasa lapar. Di suatu desa yang tenang, hiduplah Pak Tani beserta keluarganya. Sehari-hari Pak Tani menghidupi keluarganya dengan cara bertani dan berkebun. Ia memiliki ladang dan kebun-kebun yang tidak terlalu besar. Di kebunnya, Pak Tani menanam berbagai macam sayuran seperti ketimun, tomat, cabai, singkong dan sayuran lainnya. Sebagian kecil hasil kebun ia makan bersama keluarganya sedang sebagian besar ia jual ke pasar.

Siang malam Pak Tani menjaga kebunnya dari gangguan Si Kancil. Ia sudah merasa kesal dengan kelakuan Si Kancil yang sering mencuri timun di kebunnya. Untuk mencegah masuknya si Kancil ke kebun miliknya, Pak Tani membuat pagar yang cukup tinggi. Di suatu malam, si Kancil merasa perutnya lapar. 

“Aduh perutku keroncongan. Sudah waktunya mencari makan.Aku akan ke kebun Pak Tani untuk makan timun yang lezat. Kalau sudah larut malam begini Pak Tani tidak mungkin berjaga di kebunnya.” kata si Kancil.

Ia kemudian melompat-lompat menuju kebun Pak Tani. Bukan hanya mencuri timun, Si Kancil juga merusak pagar kebun Pak Tani dengan cara menendangnya. Setelah perutnya terasa kenyang, Si Kancil buru-buru meninggalkan kebun Pak Tani, karena merasa takut ketahuan.

Pagi harinya, seperti biasa, Pak Tani pergi menuju kebun miliknya membawa cangkul sambil bersiul. Pak Tani hendak memeriksa kebun timunnya barangkali sudah bisa di panen. Tetapi alangkah terkejutnya Pak Tani melihat buah timun miliknya banyak yang hilang.

"Aduh! siapa yang merusak kebunku. Timun banyak yang hilang pagar pun rusak. Kalo mencuri kenapa harus merusak kebun?"

Pak Tani pulang ke rumah sambil memikirkan siapa pelakunya.

"Biasanya Si Kancil merusak kebunku. Aku harus mencari akal agar bisa menangkap si Kancil." pikir Pak Tani.

Sesampainya di rumah, Pak Tani segera membuat orang-orangan sawah yang akan digunakan untuk menjebak Si Kancil. Sore harinya orang-orangan sawah selesai dibuat. Pak Tani melumuri orang-orang sawah dengan perekat, tujuannya agar Si Kancil terjebak. Sebelum malam tiba, orang-orangan sawah telah dipasang oleh Pak Tani di tengah kebun.

Malam harinya Si Kancil kembali mendatangi kebun Pak Tani untuk mencuri timun. Begitu melihat orang-orangan sawah di kebun, Si Kancil tertawa terbahak-bahak.

"Ha ha ha...itu kan cuma orang-orangan sawah, tak akan mungkin bisa menangkapku. Bergerak saja tak bisa. Pak Tani berpikir aku akan takut melihat orang-orangan sawah itu." kata si Kancil sambil tertawa terbahak.

Si Kancil kemudian kembali makan timun dengan lahap. Setelah selesai makan, ia menghampiri orang-orangan sawah.

"Kalaupun orang-orangan sawah ini aku pukul, dia pasti akan diam saja." Gumam Si Kancil.

Lalu Si Kancil menendang orang-orangan sawah dengan kakinya, "Buk!" kaki Si Kancil langsung menempel pada orang-orangan sawah.

"Aduh! kenapa kakiku menempel!" teriak Si Kancil terkejut.

"Lepaskan kakiku orang-orangan jelek!" teriak Si Kancil.

Si Kancil kemudian memukul lagi menggunakan kaki kirinya. "Buk!" kini malah kedua kaki kancil menempel pada orang-orangan sawah itu. 

“Aduh keterlaluan ternyata Pak Tani mengoleskan perekat pada orang-orangan sawah ini. Seharusnya setelah makan timun Aku langsung pergi saja.” 

Semalaman Si Kancil menangis karena tidak bisa bergerak. Ia menyesal kenapa harus menendang orang-orangan sawah. Perekat yang dipasang Pak Tani merekat sangat kuat. Pagi harinya Pak Tani datang untuk memeriksa keadaan kebun sambil membawa sebuah pentungan kayu jati. Begitu melihat Si Kancil menempel pada orang-orangan sawah, Pak Tani pun gembira.

"Pasti ini yang mencuri timun dan merusak kebunku. Akhirnya tertangkap juga kau Kancil." kata Pak Tani.

"Ampun Pak Tani, ampun. Aku cuma makan empat buah timun saja tapi tak merusak kebunmu. Sekarang tolong lepaskan Aku Pak Tani yang baik. Aku berjanji tidak akan mencuri lagi." Si Kancil memohon ampun.

“Diam Kamu Kancil! Ini bukan pertama kalinya kamu mencuri timun di kebunku. Mana mungkin Aku akan percaya begitu saja omonganmu.” Pak Tani tidak percaya begitu saja omongan Si Kancil. 

Ia lalu melepaskan Si Kancil dari orang-orangan sawah dan mengikatnya untuk dibawa ke rumah. Sesampainya di rumah, Pak Tani memasukkan Si Kancil ke dalam kurungan ayam.

"Kau tunggu disini Kancil. Aku akan ke pasar membeli bumbu sate. Kau akan kubuat jadi sate yang lezat. Lumayan untuk makan nanti malam." kata Pak Tani.

Si Kancil terkejut dan sangat ketakutan. "Ampun Pak Tani, aku jangan disate. Dagingku tidak enak. Tolong lepaskan aku Pak Tani, tolong!" Si Kancil menghiba.

"Itu hukuman buatmu Kancil karena telah mencuri dan merusak kebunku." Pak Tani bersikap masa bodoh mendengar rengekan Si Kancil.

"Yang merusak kebunmu kambing jahat Pak Tani. Bukan aku!" ujar Si Kancil.

Pak Tani segera bergegas pergi ke pasar, sama sekali tidak perduli. Setelah Pak Tani pergi ke pasar, datanglah seekor anjing mendatangi Si Kancil. Anjing merasa keheranan melihat si Kancil berada dalam kurungan ayam.

"Hei Kancil! kenapa kamu terkurung disitu?" tanya anjing pada kancil.

"Masa kamu tak tahu hei anjing? Aku hendak dikawinkan dengan anak perempuan Pak Tani. Sekarang Pak Tani tengah pergi ke pasar membeli baju pengantin untukku."

"Dikawinkan? Yang benar saja kamu Kancil. Kamu tak pantas mengawini anak perempuan Pak Tani, Kancil!. Tubuh kamu kecil. Aku lebih pantas mengawini anak Pak Tani." jawab si Anjing.

"Buktinya Aku sekarang berada di kurungan ayam ini. Pak Tani menyuruhku menunggunya untuk menikahkan Aku dengan putrinya. Pergi sana kamu jangan ganggu pernikahanku! Kamu yang tidak pantas menjadi mantu Pak Tani." jawab Si Kancil.

Si Anjing merasa marah dihina oleh si Kancil. Ia menginginkan bahwa dirinya yang menjadi menantu Pak Tani. 

"Kau pergilah kancil, Aku saja yang menjadi menantu Pak Tani. Kalau kamu tak mau kugantikan, akan kugigit lehermu kemudian kumakan tubuhmu." teriak anjing kesal.

"Jangan begitu anjing..! Baiklah kau boleh menggantikanku mengawini anak Pak Tani. Sekarang lepaskan aku dari kurungan." kata Si Kancil pura-pura ketakutan.

Anjing kemudian melepaskan kurungan dengan mendorongnya hingga jatuh. Si Kancil keluar, sementara anjing masuk ke dalam kurungan menggantikannya.

"Selamat anjing sekarang kau menjadi calon pengantin baru. Sekarang aku pergi ya anjing." Si Kancil bergegas pergi berlari ke dalam hutan.

"Pergilah kau Kancil!" kata anjing.

Tak lama kemudian Pak Tani pulang dari pasar membawa bumbu sate. Ketika melihat anjing di dalam kurungan Pak Tani terkejut.

"Sedang apa kamu disini anjing? mana Si Kancil?" Pak Tani sangat kesal melihat si Kancil tidak ada dalam kurungan ayam.

"Hormat Pak Tani, Si Kancil merelakan haknya sebagai calon menantu Pak Tani kepada saya. Dia sudah lari ke hutan. Sekarang sayalah calon suami anak perempuan Pak Tani." kata si anjing.

"Apa katamu anjing? Si Kancil lari ke hutan dan kamu ingin jadi menantuku?" teriak Pak Tani gusar.

"Iya benar Pak Tani, sekarang sayalah calon menantu Pak Tani." jawab si anjing sangat gembira.

"Si Kancil kurang ajar, mau disate malah menipu si anjing." kata Pak Tani dalam hati.

"Baiklah anjing, sekarang kau keluar dari kurungan. Aku akan ke rumah sebentar membawa putriku." kata Pak Tani.

Anjing pun keluar dari kurungan hatinya sangat gembira. Tak lama kemudian Pak Tani keluar rumah membawa pentungan kayu dan langsung memukuli anjing.

"Nih aku beri hadiah pentungan! Susah payah Aku menangkap si Kancil eh kamu malah melepaskannya.' teriak Pak Tani sambil memukuli anjing.

"Ampun Pak Tani...ampun...Aku ditipu si Kancil Pak Tani...Ampun..." Anjing berteriak kesakitan.

Sementara di hutan Si Kancil tengah berlari kencang sambil sesekali menoleh ke belakang takut kalau-kalau anjing mengejarnya dari belakang. Namun dalam hatinya si Kancil merasa geli karena berhasil melepaskan diri dari kurungan Pak Tani dengan cara menipu si Anjing.

***

Irwan berhenti baca buku.

"Cerita yang bagus," kata Irwan.

Irwan menutup bukunya dan menaruh di meja. Irwan keluar dari rumahnya, ya ke rumahnya Dodo untuk di ajak main bersama gitu.

KANCIL MENIPU BUAYA

Heru berada di perpustakaan. Heru memilih buku di rak buku, ya buku yang di pilih adalah buku cerita dengan judul Kancil Menipu Buaya. Heru pun duduk dan segera membaca buku dengan baik.

Isi buku yang di baca Heru :

Si Kancil berlari kencang meninggalkan rumah Pak Tani. Ia baru saja melepaskan diri dari kurungan ayam Pak Tani dengan cara menipu Si Anjing. Setelah merasa agak jauh dari rumah Pak Tani, Si Kancil kemudian menoleh ke belakang takut kalau Si Anjing atau Pak Tani mengejarnya. 

“Sepertinya Si Anjing dan Pak Tani tidak mengejarku, syukurlah. Hampir saja aku dijadikan sate oleh Pak Tani. Sekarang Aku istirahat dulu sejenak di bawah pohon rindang,”  kata Si Kancil. 

Berusaha Menyeberangi Sungai. Si Kancil memutuskan untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanannya. Setelah rasa lelahnya mulai berkurang, ia kemudian melanjutkan perjalanan ke tengah hutan agar tidak tertangkap Pak Tani. Namun di tengah perjalanan ia terhalang oleh sebuah sungai yang cukup lebar. Si Kancil berpikir keras bagaimana caranya agar ia bisa menyeberangi sungai besar tersebut.

“Aduh, ada sungai besar. Bagaimana caranya Aku melewati sungai ini? Badanku kecil juga tidak pandai berenang. Kalau memaksakan diri menyeberang, pasti Aku akan tenggelam,” ia berbicara dalam hati.

Si Kancil melihat sekelompok pohon pisang tumbuh di dekat sungai. Dia kemudian berusaha merobohkan beberapa pohon pisang. 

“Ah itu ada sekelompok pohon pisang. Aku akan gunakan pohon pisang untuk menyeberang.” ujarnya lagi. "Aduh berat sekali pohon-pohon pisang ini." Si Kancil mengeluh. 

Ia mendorong pohon pisang tersebut satu persatu hingga roboh. Rencananya, Si Kancil hendak menggunakan batang-batang pohon pisang untuk menyeberangi sungai. Saat sedang sibuk mendorong pohon-pohon pisang, seekor buaya sungai mengamati Si Kancil. 

“Ah ada seekor kancil di pinggir sungai. Kebetulan perutku sedang lapar.” kata Pak Buaya dalam hati. 

Pak Buaya kemudian berenang ke tepi sungai. Ia menjulurkan mulutnya ke arah kaki Si Kancil dan hap! Pak Buaya menggigit kaki Si Kancil.

"Aduh kakiku sakit!" teriak Si Kancil merasa kesakitan, saat melihat kakinya, ia terkejut karena rupanya Pak Buaya menggigit kakinya. “Pak Buaya tolong jangan makan Aku.”

"Diam kamu Kancil. Aku sedang lapar sekarang Kancil." Pak Buaya tak perduli.

"Iya aku tahu Pak Buaya, tapi sekarang perutku juga sedang lapar...Biarkan aku mencari makan dahulu baru nanti kau memakan tubuhku. Aku tak mungkin bisa lari darimu Pak Buaya." Si Kancil memohon pada Pak Buaya.

"Baiklah. Kuberi kesempatan kau cari makan dulu cil. Tapi awas jangan coba-coba lari dariku cil." kata Pak Buaya. Pak Buaya dengan bodohnya percaya pada Kancil. Dia tidak tahu bahwa kancil punya rencana untuk melarikan diri.

"Pak Buaya, temanmu banyak kan?" tanya Kancil.

"Memangnya kenapa cil? Temanku di sungai ini banyak cil," ujar Pak Buaya.

"Tolong panggil teman-temanmu untuk ikut memakanku. Tapi sebelumnya biarkan aku mencari makan dahulu. Disekitar sungai banyak makanan, biarkan aku makan dahulu sampai kenyang. Setelah aku kenyang kalian boleh memakanku," jawab Kancil.

Pak Buaya sedikit curiga terhadap permintaan Kancil. Pak Buaya mengancam Si Kancil agar jangan coba-coba berbohong. 

"Kau tidak berusaha membohongiku kan hei Kancil? jangan coba-coba membohongiku Kancil!" ancam Pak Buaya.

"Mana mungkin aku membohongimu Pak Buaya? tubuhku kecil, tak mungkin bisa melawanmu." jawab Kancil.

Pak Buaya pun percaya kemudian memanggil teman-temannya. 

“Hai teman-teman! Mari kita ke pinggir sungai untuk makan siang. Ada seekor Kancil lezat yang menanti.” kata Pak Buaya pada teman-temannya. 

Selanjutnya ia membiarkan si Kancil di tepian sungai untuk mencari makan. Setelah si Kancil selesai mencari makan, ia mendatangi Pak Buaya dan menanyakan jumlah teman-temannya. 

"Pak Buaya, boleh aku tahu berapa jumlah teman-temanmu? Tubuhku kecil, bagaimana engkau mau membagi-bagikan dagingku pada temanmu secara adil jika engkau tidak tahu jumlah teman-temanmu?" tanya Si Kancil.

"Wah teman-temanku banyak cil. Aku tidak tahu berapa jumlahnya." kata Buaya.

"Baiklah kalo begitu aku akan membantu menghitung jumlah kalian. Berbarislah dari sini hingga ke seberang sungai." kata Si Kancil.

Pak Buaya menuruti permintaan Si Kancil. Pak Buaya segera meminta teman-temannya berbaris. 

“Hai teman-teman berbarislah hingga ke seberang sungai. Si Kancil hendak menghitung berapa banyak jumlah kita agar dagingnya bisa dibagi rata diantara kita.” teriak Pak Buaya.

“Satu...Dua...Tiga...Empat...Lima...” Si Kancil pun segera melompat dari satu punggung Buaya ke punggung Buaya berikutnya sambil berhitung. 

Sesampainya di seberang sungai, Si Kancil segera melarikan diri dengan cepat seraya melambaikan tangan sembari mengucapkan selamat tinggal pada para Buaya. Selamat tinggal Pak Buaya, terimakasih sudah menolongku mengantar ke seberang sungai," ujar Si Kancil.

“Kurang ajar kamu Kancil sudah menipu aku! Aku belum memakan dagingmu tapi kamu malah melarikan diri," Pak Buaya marah.

"Aku masih ingin hidup. Siapa yang bodoh mau di makan Buaya," Si Kancil tertawa terbahak-bahak sambil berlari kencang ke tengah hutan.

Para Buaya sangat marah dengan kelakuan Si Kancil sambil menyesali kebodohan mereka.

***

Heru berhenti baca buku.

"Cerita yang bagus," kata Heru.

Heru menutup bukunya dan segera buku di taruh di rak buku. Heru keluar dari perpustakaan. Bel berbunyi, ya tanda jam istirahat selesai. Heru masuk ke kelasnya untuk melanjutkan pendidikan dengan baik.

KANCIL DAN MERAK

Risky duduk di halaman belakang. Risky melihat buku di atas meja, ya segera di baca dengan baik.

Isi buku yang di baca Risky :

Di suatu siang yang cerah, Si Kancil tengah beristirahat dengan tidur-tiduran di bawah sebuah pohon rindang. Rupanya setelah Si Kancil mencuri timun Pak Tani, perutnya kekenyangan. Dari kejauhan nampak seekor Burung Merak mendatangi Si Kancil sambil mengepak-ngepakkan sayapnya. Si Burung Merak datang dengan membentangkan ekor besarnya yang indah dan berwarna cantik. Si Kancil merasa tidak senang dengan kehadiran Si Burung Merak. Warga hutan mengenal Si Burung Merak sebagai seekor burung sombong. Si Burung Merak senang sekali memamerkan ekor indahnya pada warga hutan.

“Hai Kancil, engkau lihatlah ekor cantikku. Tidakkah engkau terpesona dengan keindahannya,” kata Si Burung Merak dengan sombongnya sambil sesekali mengibas-ngibaskan ekornya agar diperhatikan.

“Ah tidak. Ekormu biasa saja. Tak ada bedanya dengan ekor ayam-ayam lain,” jawab Si Kancil acuh tak acuh.

“Jangan sembarangan kamu Kancil, semua teman-teman di hutan mengagumi ekor indahku ini. Engkau hanya tak mau mengakuinya Kancil,” kata Si Burung Merak dengan sedikit rasa kesal karena diremehkan Si Kancil.

Si Kancil mulai merasa terganggu istirahatnya oleh Si Burung Merak cerewet. 

“Ya ya ya benar, ekormu sangat besar dan sangat indah hai Burung Merak. Semua penghuni hutan mengakuinya. Tapi aku sarankan engkau berhati-hatilah hai Burung Merak, karena kemarin siang banyak para pemburu lewat di sekitar sini mencari seekor Burung Merak berekor indah untuk di potong kemudian dijual,” kata Si Kancil.

“Jangan bercanda kamu Kancil! Mana ada pemburu mau dengan Burung Merak,” kata Si Burung Merak mulai gugup.

“Manusia menginginkan ekor indahmu itu untuk dijadikan perhiasan hai Burung Merak! Harga ekormu mahal!. Sebaiknya engkau lari bersembunyi ke dalam hutan agar manusia tidak bisa menemukanmu,” kata Si Kancil.

Mendengar perkataan Si Kancil, Si Burung Merak sombong segera lari tunggang langgang meninggalkan Si Kancil. Ia lari cepat masuk ke dalam hutan agar tidak bisa ditemukan oleh para pemburu. Melihat Si Burung Merak sombong lari terbirit-birit, Si Kancil tertawa terbahak-bahak sampai berguling-guling di tanah. Si Kancil akhirnya bisa melanjutkan istirahat siangnya tanpa gangguan Si Burung Merak.

***

Riky berhenti baca buku.

"Cerita yang bagus," kata Risky.

Risky menutup buku dan menaruh buku di meja. Risky beranjak dari duduknya di halaman belakang, ya masuk ke dalam rumah. Risky ke ruang tengah dan segera menghidupkan Tv. Risky menonton acara Tv yang bagus banget gitu......film kartun...Si Kancil. 

GULLIVER DI NEGERI LILIPUT

Dodit sedang duduk di teras depan rumah. Dodit mengambil buku di meja, ya segera di baca dengan baik banget.

Isi buku yang di baca Dodit :

Pada suatu masa, hiduplah seorang dokter muda yang bernama Gulliver. Gulliver hobi berlayar. Dia menggunakan kapal layarnya untuk pergi ke suatu tempat. Namun, di lain waktu, Gulliver mengalami hujan badai yang sangat dahsyat ketika berlayar. Gulliver tidak bisa mengendalikan kapalnya dengan baik. Angin badai di laut cukup membuatnya kerepotan untuk menyelamatkan diri. Akhirnya kapal Gulliver terhempas oleh gelombang air laut. Kapal Gulliver mengalami kerusakan. Gulliver tidak bisa berbuat apa-apa. Hingga akhirnya, Gulliver jatuh pingsan dan terdampar di sebuah pulau yang asing.

Gulliver akhirnya sadar. Dengan sekuat tenaga, dia berusaha melihat pemandangan di sekelilingnya. Tampaklah sebuah pemandangan yang indah serta pantai yang memiliki air yang jernih. Namun, Gulliver tidak bisa bergerak. Ternyata tubuhnya diikat oleh tali. Tali tersebut mengikat seluruh tubuh Gulliver. Gulliver sekuat tenaga melepaskan diri dari ikatan tali tersebut. Tidak lama kemudian, tampaklah orang-orang berkerumun mengelilingi Gulliver. Mereka bertubuh kecil, seperti liliput.

Gulliver tidak menyangka dengan apa yang dia lihat, dia belum pernah melihat orang-orang kerdil seperti itu. Ukuran orang kerdil itu hampir sama dengan jari-jari Gulliver. Manusia-manusia kerdil itu juga tidak menyangka bahwa mereka akan didatangi oleh manusia raksasa seukuran Gulliver. Salah seorang dari manusia kerdil itu pun mencoba untuk berbicara dengan Gulliver, “Hai manusia raksasa ! Ada apa gerangan engkau datang ke daerah kami ?”

Gulliver menjawab “Aku sedang berlayar dan kapalku terhantam badai. Akhirnya aku pun terdampar di pulau ini.”

“Sekarang kamu adalah tawanan kami, kau akan kami bawa kepada raja,” jawab salah satu dari mereka.

Akhirnya Gulliver digotong oleh manusia-manusia kerdil itu. Butuh banyak orang untuk menggotong Gulliver. Namun, mereka dapat membawa Gulliver ke istana untuk menghadap sang raja.

Setelah sampai di istana, Gulliver dimintai keterangan oleh raja tentang perihal terdamparnya dia ke pulau itu. Setelah mendengarkan penjelasan dari Gulliver, sang raja yang bijaksana mengizinkan agar Gulliver tinggal di negaranya.

“Baiklah, kau boleh tinggal di negaraku,” kata sang raja. 

“Pelayan, berikan makanan yang cukup kepada tamu kita, Gulliver,” perintah sang raja kepada pelayan istana.

Gulliver bahagia dengan kebaikan sang raja dan para rakyat di negara itu. Gulliver lalu mengucapkan terimakasih kepada mereka. Gulliver tidak lupa memberikan hadiah kepada sang raja, yaitu sebuah pistol. Sang raja terkagum dengan pistol yang diberikan oleh Gulliver. Menurutnya, pistol pemerian Gulliver layaknya sebuah meriam bagi mereka.

Karena Gulliver berperilaku baik, Gulliver pun disenangi oleh penduduk negeri liliput. Gulliver tampak mudah beradaptasi dengan penduduk setempat. Gulliver menganggap mereka sebagai teman sendiri, sehingga Gulliver tidak mengalami kesepian.

“Gulliver, sebenarnya saya sedang resah terhadap suatu masalah,” kata sang raja kepada Gulliver.

“Masalah apakah itu, paduka ?” tanya Gulliver.

“Putriku sempat di pinang oleh seorang pangeran dari kerajaan seberang. Namun, putriku tidak menyukai pangeran itu. Akan tetapi, kerajaan seberang tersebut mengancam akan menyerang kerajaanku apabila putriku menolak pinangan anaknya.

“Jangan khawatir paduka, aku akan membantumu,” kata Gulliver yang baik hati.

Gulliver lalu mencari akal untuk menghadapi serangan dari kerajaan musuh. Dia lalu pergi ke dermaga. Di dermaga, Gulliver meminta pasukan negeri liliput untuk menyiapkan tali-tali dengan kail di ujungnya. Karena musuh sudah dekat di dermaga, Gulliver menuju ke arah mereka. Gulliver melemparkan tali dengan kail tersebut untuk menarik kapal mereka. Gulliver akan menghadapi mereka sebelum mereka menghadapi tentara kerajaan. Beberapa ratus anak panah pun menghujam tubuh Gulliver, namun hal tersebut dianggap tidak berarti oleh Gulliver. Sebab anak panah itu berukuran kecil.

Kemenangan pun akhirnya berpihak kepada kerajaan liliput yang didiami oleh Gulliver. Kerajaan seberang akhirnya meminta maaf dan tidak mengulangi perbuatan mereka kembali. Pada suatu ketika, Gulliver menemukan kapalnya yang sedang terombang-ambing di tepi pantai. Gulliver berusaha mendekati kapal miliknya. Ada beberapa kerusakan yang ditemukan oleh Gulliver di kapal itu. Atas bantuan penduduk negeri liliput, kapal tersebut dapat diperbaiki dan dapat dipergunakan dengan baik. Gulliver senang karena dia dapat berlayar kembali untuk pulang ke rumah.

Gulliver menceritakan perihal akan rencana kepulangannya kepada raja. Raja pun akhirnya menyediakan makanan yang cukup dan beberapa ekor sapi untuk bekal Gulliver. Perasaan bahagia bercampur sedih menghinggapi diri Gulliver dan rakyat negeri liliput. Rakyat negeri liliput bahagia dengan kepulangan Gulliver ke rumah, namun juga sedih ditinggal Gulliver. Mereka melepas kepergian Gulliver di pelabuhan.

“Teman-teman, aku pergi untuk pulang ke rumahku. Terimakasih atas kebaikan kalian. Maafkan jika selama ini aku memiliki kesalahan,” kata Gulliver kepada teman-teman liliputnya.

"Kami juga sangat berterimakasih kepadamu, karena kau juga banyak membantu kami. Hati-hati di jalan Gulliver !” kata rakyat negeri liliput.

Akhirnya Gulliver berpisah dengan rakyat negeri liliput. Gulliver pulang dengan selamat ke Negera Inggris. Sesampainya di pelabuhan, orang-orang menjadi terheran dengan sapi-sapi kecil yang di bawa oleh Gulliver. Gulliver hanya tersenyum melihat keheranan mereka.

***

Dodit berhenti baca buku.

"Cerita yang bagus. Pinter yang buat ceritanya. Pernah di angkat ke film. Cerita sepanjang masa," kata Dodit.

Dodit membaca pesan moral yang tertulis di buku tersebut "Jika kita bersikap baik, maka orang lain pun akan bersikap baik dan bersedia menolong kita."

Dodit memahami dengan baik pesan moral dan menutup bukunya. Ya buku di taruh di meja dengan baik sama Dodit. Dodit pun beranjak dari duduknya ke rumah Risky, ya biasa sih main sekaligus urusan kerjaan gitu.

Monday, June 28, 2021

KETENANGAN

Dono dengan menggunakan kudanya pergi ke sebuah desa. Sampai di desa. Dono menemui gurunya namanya Abah di rumahnya. Gurunya lah yang mengajarkan ilmu beladiri, pedang dan juga sihir air pada Dono. Ya Dono berlatih dengan baik, ya di bimbing gurunya dengan baik banget dengan tujuan Dono bisa menghilangkan rasa gundah gulananya. Seperti biasa Dono bertarung dengan manusia boneka kayu. Ya manusia boneka kayu di kendalikan gurunya dengan baik.

Setiap Dono teringat dengan cintanya terhadap Lestiana. Dono makin marah banget dan bertarung dengan beringas banget. Gurunya melihat Dono yang tidak bisa mengendalikan rasa marahnya. Tetap Gurunya membimbing Dono dengan baik banget. 

Kasino dan Indro tidak menjalankan misi jadi berada di kafenya Saskia.

"Kasino. Dono kemana?" kata Indro.

"Dono sedang latihan di tempat gurunya. Di desalah," kata Kasino.

"Dono berlatih. Jangan-jangan ada masalah ya?!" kata Indro.

"Masalahnya sih. Dono tetap tidak bisa menghilangkan cintanya pada Lestiana," kata Kasino.

"Kalau melihat Dono saat bertarung melawan musuh. Dono marah. Seharusnya Dono harus tenang menghadapi musuhnya. Karena cinta Lestiana yang menyebabkan Dono gusar dan akhirnya marah. Musuh di hancurkan dengan cara membabi buta," kata Indro.

"Maka itu Dono berlatih lagi. Untuk mendapatkan ketenangan di dalam dirinya," kata Kasino.

"Semua karena Risky," kata Indro.

"Risky bukan penyebabnya....Indro. Tapi keadaanlah. Lestiana lebih memilih Risky dari pada Dono," kata Kasino.

"Padahal sudah ada penggantinya...Rara. Tetap Dono tidak bisa menghilangkan cinta pertama," kata Indro.

"Kesan bersama Lestiana yang membuat Dono tidak bisa melupakan cinta pertama segampang itu," kata Kasino.

"Dilema jadinya," kata Indro.

"Emmmm," kata Kasino.

Saskia pun menghampiri Kasino dan Indro.

"Mas Indro dan Mas Kasino. Temenin Saskia ke tempatnya Lestiana!" kata Saskia.

"Tumben meminta aku dan Kasino nemenin ke tempatnya Lestiana?!" kata Indro.

"Lestiana sedang mengadakan acara pernikahan dengan Risky," kata Saskia.

"Lestiana resmi menikah dengan Risky. Dono pergi berlatih untuk menenangkan dirinya," kata Indro.

"Jadi Mas Dono pergi berlatih?!" kata Saskia.

"Ia. Demi menghilangkan rasa keresahan di dalam hatinya," kata Indro.

"Sudahlah ngomongin Dono. Jadi nggak ke tempat Lestina?!" kata Kasino.

"Jadi," kata Saskia.

Saskia bersama Indro dan Kasino berangkat ketempatnya Lestiana. Zahra anak angkatnya Saskia, ya ikut juga ke tempat Lestiana. Sampai di rumah Lestiana. Acara berlangsung dengan meriah banget. Di isi dengan nyanyian dan juga tarian. Poses pernikahan juga berjalan dengan baik banget. Lestiana terlihat cantik banget dengan gaun pengantinnya, ya begitu dengan Risky terlihat ganteng dan gagah dengan pakaian pengantin. Pokoknya Risky dan Lestiana....seperti raja dan ratu. Kasino, Indro, Saskia dan Zahra menikmati keadaan tersebut dengan baik banget.

Dono terus berlatih dan berlatih untuk menghilangkan rasa cintanya terhadap Lestiana. Gurunya terus membimbing Dono dengan baik banget. Sampai akhirnya. Dono mendapatkan pencerahan di dalam dirinya. Dono melepaskan cintanya terhadap Lestiana untuk selamanya. Diri Dono menjadi tenang banget. Dono pun berhenti berlatih setelah mengalahkan semua manusia boneka kayu yang di kendalikan gurunya dengan baik. Dono bersama gurunya bersantai di pinggir sungai, ya memancing dengan baik. Keduanya mendapatkan ikan dari hasil mancing, ya di makan dengan cara di olah dengan baik...di bakar gitu.

"Aku kembali seperti dulu," kata Dono.

"Masa kanak-kanak yang penuh keceriaan," kata guru.

Dono dan gurunya menikmati keadaan dengan baik banget. Dono mulai mengingat Rara dengan baik, ya berarti Dono telah menghilangkan rasa kegelisahannya terhadap Lestiana. Dono benar-benar melepaskan cinta pertamanya dengan baik.

Sunday, June 27, 2021

SAKURA DI BULAN FEBRUARI

Kenta main ke rumah Haruka. Ternyata Haruka tidak ada di rumahnya. Kenta murung jadinya, ya tidak bertemu Haruka. Kenta pulang ke rumahnya. Sampai di rumah, ya Kenta duduk di ruang tamu. 

"Baca buku saja!" kata Kenta.

Kenta mengambil buku di meja dan membaca judul buku tersebut dengan baik "Sakura Di Bulan Februari."

Kenta membuka buku. Kenta pun tiba-tiba teringat dengan Haruka.

"Teringat Haruka. Bisa di bilang cinta apa tidak?" kata Kenta.

Kenta berpikir panjang.

"Kata orang-orang yang pernah menjalankan cinta. Teringat pada cewek yang di sukai....tandanya cinta," kata Kenta.

Kenta lebih baik membaca buku dengan baik banget.

Isi buku yang di baca Kenta :

Dahulu kala di suatu desa hiduplah seorang kakek yang sudah jompo bersama seorang cucu laki-lakinya. Di desa itu sejak dahulu kala ada sebuah pohon sakura yang sangat besar. Umurnya tidak ada seorang pun yang tahu, sejak  sang kakek masih anak-anak pohon sakura itu sudah ada di desa itu. Bila musim semi tiba. Seiring menghangatnya cuaca setelah berakhirnya musim dingin yang membeku, bunga-bunga sakura pun bermekaran dengan begitu indahnya. Bunga-bunganya bermekaran memenuhi rerantingan dahannya yang gundul dengan keharuman yang semerbak mewangi. Begitu pun kakek bila sedang bekerja di sawah, dia sering lupa dan terlena karena terpesona melihat keindahan bunga sakura itu. Dan, bila bunga-bunga sakura itu rontok jatuh ke atas tanah, kakek pun memungutinya helai demi helai lalu menguburkannya ke dalam tanah. 

“Bunga sakura, terima kasih telah memberikan keindahan di tahun ini,” kata kakek setelah mengubur bunga-bunga sakura yang rontok itu. 

Nah, seiring dengan bergulirnya waktu kakek pun bertambah usia menjadi seorang kakek jompo, tidak bisa bekerja di sawah lagi. Di suatu hari yang dingin membeku di bulan Februari. Ketika mendengar hembusan angin utara yang dingin, kakek berkata kepada cucunya. 

“Sampai saat ini hidupku benar-benar bahagia. Tapi aku akan lebih bahagia lagi bila sebelum ajal menjemputku bisa melihat bunga sakura mekar sekali lagi.” 

“Kok kakek berkata seperti itu? Sekarang kan masih musim dingin. Masih di pertengahan Februari, Kek. Musim semi masih lama datangnya, jadi bunga sakura belum saatnya mekar,” kata cucu laki-lakinya.

“Tapi aku ingin melihat sakura mekar sekali lagi. Aku merasa usiaku tidak akan lama lagi,” kata kakek dengan sedih. 

Matanya mulai berkaca-kaca, lalu air matanya pun tumpah membasahi pipinya yang keriput. Melihat kakek yang menangis sedih. Cucu laki-lakinya itu pun merasa sangat kasihan. Dia pun berpikir mencari cara untuk mewujudkan keinginan kakeknya melihat bunga sakura mekar sebelum meninggal dunia.

“Tunggu di sini ya, kek!” kata cucu laki-lakinya itu. 

Pemuda itu pun  keluar rumah. Lalu berjalan menyusuri jalan desa yang memutih tertimbun salju. Dia tidak menghiraukan dinginnya angin utara yang berhembus menerpanya. Dia terus berjalan menuju bukit kecil di belakang desa tempat pohon sakura raksasa itu tumbuh. Begitu sampai di bawah pohon sakura, pemuda itu memandangi pohon itu dari bawah sampai ke atas. Seluruh ranting dan dahannya terlihat gundul membeku terselimuti salju putih yang tebal. Dia pun duduk bersimpuh di bawah pohon sakura itu dengan mengatupkan ke dua telapak tangannya dan mulai berdoa. 

“Pohon sakura, aku mohon padamu. Untuk sekali ini saja! Tolong wujudkanlah keinginan kakekku. Selagi dia masih hidup, kakek ingin melihat bunga sakura mekar sekali lagi. Tolong mekarkanlah bunga-bungamu demi kakek. Aku mohon!” 

Pemuda itu terus-menerus berdoa dengan mengucapkan perkataan itu berkali-kali. Malam hari pun tiba namun pemuda itu tetap tak beranjak dari tempatnya berdoa. Dia terus-menerus berdoa sambil bersujud. Hingga akhirnya di saat merah fajar menyingsing di ufuk timur pada keesokan pagi harinya, pemuda itu merasakan suatu keanehan. Dia merasa cuaca di pagi hari itu terasa sangat hangat seperti di musim semi. Padahal waktu itu masih di pertengahan musim dingin yang membeku. 

“Kok aneh? Kenapa hawanya jadi hangat, ya? Hmm… Kok, aku mencium harumnya bunga?” 

Pemuda itu pun menengadahkan kepalanya melihat pohon sakura di atasnya. 

“Oh, Tuhan?!” 

Keajaiban pun terjadi. Pemuda itu melihat ranting-ranting dan dahan sakura yang semula gundul berselimut salju itu, kini telah berbunga dengan lebatnya. Bunga sakura bermekaran begitu indahnya memenuhi rerantingan dahan yang gundul itu dengan keharuman yang semerbak mewangi. Benar-benar keajaiban! Di bulan Februari yang dingin membeku seperti itu bunga sakura bisa mekar. 

“Terima kasih pohon sakura,” kata pemuda itu. 

Dia pun segera bergegas pulang ke rumah menemui kakeknya. 

“Kek...Kakek! Ayo ikut aku!” 

“Ada apa? Apa yang terjadi?” tanya kakek terheran-heran melihat tingkah cucu laki-lakinya itu. 

“Kabar bagus! Kakek pasti senang. Ayo kita berangkat!” 

Pemuda itu lalu menggendong sang kakek di atas punggungnya. Berjalan menyusuri jalan desa yang beku tertimbun salju putih menuju tempat pohon sakura raksasa. Semakin lama mereka semakin mendekati pohon sakura raksasa itu. 

“Oh, Tuhan! Benarkah yang kulihat ini?” kata kakek terkejut. 

Kakek tak bisa menahan rasa terharunya karena merasa sangat bahagia. Matanya berkaca-kaca, lalu air matanya pun jatuh bercucuran membasahi pipi keriputnya, hingga kakek pun tidak bisa berkata-kata lagi untuk mengungkapkan kebahagiaannya di saat itu. Sinar matahari pagi yang menyinari pohon itu membuat bunga-bunga sakura yang mekar terlihat bercahaya berkilauan dengan begitu indahnya. 

“Ini benar-benar sakura terindah yang pernah kulihat seumur hidupku. Baru kali ini aku melihat sakura seindah ini,” kata kakek. 

Melihat kakek yang tampak sangat bahagia, pemuda itu pun menangis terharu. Akhirnya tak lama setelah peristiwa itu kakek pun meninggal dunia. Namun anehnya, sejak peristiwa itu pohon sakura raksasa di desa itu setiap tahun selalu mekar lebih awal dari pohon-pohon sakura lainnya. Pohon itu selalu berbunga di pertengahan Februari pada tanggal 16. 

***

Kenta berhenti baca buku.

"Cerita yang bagus berasal dari Jepang. Pinter yang buat ceritanya," kata Kenta.

Kenta menutup bukunya dan buku di taruh di meja. 

"Main ah!" kata Kenta.

Kenta memutuskan ingin main, ya jadinya keluar rumah. Kenta berjalan dengan baik menuju rumahnya teman baiknya Kenta yaitu Lee Jeong Hoon.

BALAS BUDI BURUNG BANGAU

Kasino dan Indro duduk di ruang tengah, ya nonton Tv dengan acara yang bagus banget gitu. Acara Tv yang di tonton Kasino dan Indro, ya berita seputar ini dan itu sih. Dono duduk di ruang tamu. Mengambil buku di meja dan segera di baca tuh buku cerita yang asal cerita dari Jepang.

Isi buku di baca Dono :

Dahulu kala hiduplah seorang kakek dan nenek yang sangat miskin. Suatu hari di musim salju yang sangat dingin membeku, sang kakek pergi ke kota untuk menjual kayu bakar. Di tengah perjalanan ketika melintasi persawahan, kakek melihat ada seekor burung bangau terjerat perangkap seorang pemburu.

“Aduh, kasihan sekali,” kata kakek.

Kakek pun segera melepaskan burung bangau itu dari dalam perangkap. Setelah terbebas burung bangau itu terbang berputar-putar tiga kali di atas kepala kakek. Seolah-olah dia ingin mengucapkan terima kasih sambil bersuara ‘Kaok… kaok… kaok…’ Lalu terbang tinggi meninggalkan kakek.

Malam hari itu terasa sangat dingin membeku. Sejak sore hari salju turun terus-menerus dengan lebatnya, hingga jalan-jalan dan pelataran semua tertimbun salju tebal. Sejauh mata memandang yang tampak hanyalah hamparan salju yang memutih. Ketika kakek sedang menceritakan kejadian yang dialaminya siang tadi kepada nenek. Tiba-tiba dari pintu depan terdengar suara ketukan.

Tok! Tok! Tok!

“Permisi. Bolehkah saya masuk?” terdengar suara seorang wanita muda.

Begitu pintu dibuka, terlihat ada seorang wanita muda dengan rambut dan tubuh dipenuhi salju berdiri di depan pintu.

“Oh, Tuhan! Kau pasti sangat kedinginan.Ayo, ayo cepat masuk!” ajak nenek mempersilakan tamunya masuk ke dalam rumah.

“Terima kasih, nek.”

“Kenapa kau seorang diri di tengah hujan salju selebat ini?” tanya nenek.

“Sebenarnya  saya sedang mencari seseorang yang tinggal di sekitar tempat ini. Sudah saya cari kemana-mana tetapi tidak ketemu juga. Lalu salju turun dengan lebatnya dan hari mulai gelap. Akhirnya dengan susah payah saya sampai di rumah ini. Kalau tidak mengganggu kakek dan nenek, bolehkah saya menginap di sini barang semalam saja?” tutur wanita muda itu dengan sangat sopan.

“Oh, begitu. Tentu saja boleh, nak! Kamu tidak perlu sungkan. Anggap saja ini di rumah sendiri. Tapi ya, seperti ini keadaan rumah kami,” kata kakek dengan ramah.

“Terima kasih kakek. Terima kasih nenek,” kata wanita muda itu dengan wajah berseri-seri. Dia pun membungkukkan badannya dalam-dalam sebagai tanda terima kasihnya.

Wanita muda itu lalu membantu nenek mempersiapkan makan malam. Mereka bertiga pun makan malam bersama-sama. Setelah itu wanita muda itu segera membersihkan semua piring dan perabotan yang kotor. Keesokan pagi harinya ketika nenek terbangun dan membuka mata. Dia melihat wanita muda itu sudah bangun lebih dahulu. Keadaan rumah pun sudah tertata rapi dan terlihat bersih. Wanita muda itu juga sudah memasak untuk sarapan pagi.

“Wah, wah… Jadi merepotkan. Tidak hanya memasak, kau pun sudah membersihkan rumah kami. Terimakasih ya, nak!” kata nenek.

Sepanjang hari itu hingga beberapa hari berikutnya salju terus-menerus turun dengan lebatnya. Hingga tidak ada seorang pun yang bisa keluar rumah. Wanita muda itu pun tidak bisa melanjutkan perjalanannya. Dia lalu memijat pundak kakek dan nenek bergantian.

“Kau benar-benar seorang anak yang baik dan berbakti. Andai aku punya anak gadis sepertimu, alangkah senangnya aku,” kata kakek.

“Iya, aku akan sangat senang bila kau mau tinggal bersama kami,” ujar nenek menimpali.

“Sebenarnya saya ini hidup sebatang kara, tidak punya sanak saudara. Kalau kakek dan nenek tidak keberatan, bolehkah saya tinggal di sini?” kata wanita muda itu dengan membungkukkan badannya.

“Oh, benarkah?” seru kakek dan nenek bersamaan.

“Kalau begitu tinggallah bersama kami,” pinta nenek.

Wanita muda itu pun menganggukkan kepalanya. Kakek dan nenek pun sangat gembira. Mereka bertiga hidup sederhana dan bahagia walau dalam keadaan serba kekurangan. Suatu hari wanita muda itu bilang ingin menenun kain. Dia pun meminta kakek untuk membelikan benang. Ketika pergi ke kota, kakek pun membelikan benang yang diperlukan.

“Tolong selama saya menenun kain, jangan ganggu saya! Jangan sekali-kali kakek dan nenek membuka pintu kamar ini, ya?” kata wanita muda itu sebelum menutup pintu kamar dan mulai menenun.

Tok, tak, tok...  gleduk.

Tok, tak, tok...  gleduk.

Begitulah suara alat tenun itu terdengar sepanjang hari. Setelah tiga hari berlalu wanita muda itu pun membuka pintu kamarnya. Dia memondong beberapa lembar kain tenun di ke dua tangannya. Dia lalu berkata kepada kakek.

“Kek, tolong jual kain ini ke kota. Tolong nanti saya dibelikan benang lagi.”

“Iya, iya... Wah, bagus sekali tenunanmu ini?” puji kakek dengan perasaan terkagum-kagum.

Kakek sangat senang menerima kain tenun itu. Dia pun segera pergi ke kota untuk menjual kain tenun tersebut. Karena tenunannya sangat halus dan bagus, kain itu pun dibeli dengan harga mahal oleh seorang pejabat yang kaya raya. Kakek sangat senang menerima uang yang sebegitu banyaknya. Tidak lupa sebelum pulang kakek membelikan benang pesanan wanita muda itu. Setelah mendapatkan benang dari kakek, wanita muda itu pun segera masuk kamar dan mulai menenun lagi. Suara alat tenun kembali terdengar meramaikan rumah kakek dan nenek.

Tok, tak, tok... gleduk.

Tok, tak, tok... gleduk.

Dua hari pun berlalu.

“Kek, aku kok penasaran. Aku ingin melihat bagaimana cara gadis itu menenun kain sehalus dan sebagus itu. Aku ingin mengintip sebentar saja,” kata nenek.

Nenek pun berjalan berjingkat-jingkat mendekati pintu kamar. Lalu perlahan-lahan dia menggeser pintu itu sedikit. Nenek mengintip ke dalam kamar dari celah pintu itu. Namun betapa terkejutnya nenek begitu tahu apa yang ada di dalam kamar.

“Oh, Tuhan!” jeritnya dengan suara tertahan.

Di dalam kamar tidak ada wanita muda itu, tetapi yang ada hanyalah seekor burung bangau putih yang terlihat sangat kurus. Burung itu mencabuti bulu-bulunya satu per satu lalu menyelipkannya ke alat tenun dan menenunnya menjadi kain yang halus dan bagus.

“Kek... kakek!” panggil nenek dengan tubuh masih gemetaran.

“Ada apa, nek?” tanya kakek sambil mendekati nenek.

“Lihatlah itu!” bisik nenek.

“Hahhh?! Burung bangau?” kata kakek tak kalah terkejutnya dengan nenek.

Tiba-tiba suara alat tenun itu berhenti. Wanita muda itu membuka pintu kamar. Lalu keluar dengan membawa beberapa lembar kain tenun yang sangat halus dan bagus. Dia memberikan kain itu kepada kakek dan nenek.

“Kakek, nenek… Sebenarnya saya adalah burung bangau yang pernah ditolong kakek dahulu. Karena ingin membalas budi maka saya merubah wujud menjadi seorang gadis. Tapi sekarang sudah waktunya kita harus berpisah. Terima kasih atas kebaikan hati kakek dan nenek. Semoga panjang umur dan sehat selalu.”

Setelah berkata demikian dalam sekejap mata wanita muda itu telah berubah menjadi seekor burung bangau putih. Lalu terbang berputar mengitari atas rumah kakek dan nenek tiga kali sambil bersuara ‘Kaok… kaok… kaok…’ sebagai ucapan terima kasih. Lalu terbang tinggi menuju gunung yang terlihat nan jauh di sana.

“Burung bangau… Hai, gadis muda… Semoga kau pun selalu sehat wal afiat. Terima kasih atas semua ini,” kata kakek dan nenek sambil berurai air mata.

Setelah itu kakek dan nenek bisa hidup berkecukupan dengan uang hasil menjual kain tenunan burung bangau itu. Mereka pun hidup bahagia selamanya. 

***

Dono berhenti baca buku.

"Bagus ceritanya. Pandai membuat ceritanya. Kaya pernah di angkat cerita yang aku baca ini. Film kartun," kata Dono.

Dono menutup bukunya dan buku di taruh di meja.

"Main game ah!" kata Dono.

Dono main game di Hp-nya dengan baik banget. Kasino dan Indro di ruang tengah masih asik nonton Tv.

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK