"Baca buku saja!" kata Kenta.
Kenta mengambil buku di meja dan membaca judul buku tersebut dengan baik "Sakura Di Bulan Februari."
Kenta membuka buku. Kenta pun tiba-tiba teringat dengan Haruka.
"Teringat Haruka. Bisa di bilang cinta apa tidak?" kata Kenta.
Kenta berpikir panjang.
"Kata orang-orang yang pernah menjalankan cinta. Teringat pada cewek yang di sukai....tandanya cinta," kata Kenta.
Kenta lebih baik membaca buku dengan baik banget.
Isi buku yang di baca Kenta :
Dahulu kala di suatu desa hiduplah seorang kakek yang sudah jompo bersama seorang cucu laki-lakinya. Di desa itu sejak dahulu kala ada sebuah pohon sakura yang sangat besar. Umurnya tidak ada seorang pun yang tahu, sejak sang kakek masih anak-anak pohon sakura itu sudah ada di desa itu. Bila musim semi tiba. Seiring menghangatnya cuaca setelah berakhirnya musim dingin yang membeku, bunga-bunga sakura pun bermekaran dengan begitu indahnya. Bunga-bunganya bermekaran memenuhi rerantingan dahannya yang gundul dengan keharuman yang semerbak mewangi. Begitu pun kakek bila sedang bekerja di sawah, dia sering lupa dan terlena karena terpesona melihat keindahan bunga sakura itu. Dan, bila bunga-bunga sakura itu rontok jatuh ke atas tanah, kakek pun memungutinya helai demi helai lalu menguburkannya ke dalam tanah.
“Bunga sakura, terima kasih telah memberikan keindahan di tahun ini,” kata kakek setelah mengubur bunga-bunga sakura yang rontok itu.
Nah, seiring dengan bergulirnya waktu kakek pun bertambah usia menjadi seorang kakek jompo, tidak bisa bekerja di sawah lagi. Di suatu hari yang dingin membeku di bulan Februari. Ketika mendengar hembusan angin utara yang dingin, kakek berkata kepada cucunya.
“Sampai saat ini hidupku benar-benar bahagia. Tapi aku akan lebih bahagia lagi bila sebelum ajal menjemputku bisa melihat bunga sakura mekar sekali lagi.”
“Kok kakek berkata seperti itu? Sekarang kan masih musim dingin. Masih di pertengahan Februari, Kek. Musim semi masih lama datangnya, jadi bunga sakura belum saatnya mekar,” kata cucu laki-lakinya.
“Tapi aku ingin melihat sakura mekar sekali lagi. Aku merasa usiaku tidak akan lama lagi,” kata kakek dengan sedih.
Matanya mulai berkaca-kaca, lalu air matanya pun tumpah membasahi pipinya yang keriput. Melihat kakek yang menangis sedih. Cucu laki-lakinya itu pun merasa sangat kasihan. Dia pun berpikir mencari cara untuk mewujudkan keinginan kakeknya melihat bunga sakura mekar sebelum meninggal dunia.
“Tunggu di sini ya, kek!” kata cucu laki-lakinya itu.
Pemuda itu pun keluar rumah. Lalu berjalan menyusuri jalan desa yang memutih tertimbun salju. Dia tidak menghiraukan dinginnya angin utara yang berhembus menerpanya. Dia terus berjalan menuju bukit kecil di belakang desa tempat pohon sakura raksasa itu tumbuh. Begitu sampai di bawah pohon sakura, pemuda itu memandangi pohon itu dari bawah sampai ke atas. Seluruh ranting dan dahannya terlihat gundul membeku terselimuti salju putih yang tebal. Dia pun duduk bersimpuh di bawah pohon sakura itu dengan mengatupkan ke dua telapak tangannya dan mulai berdoa.
“Pohon sakura, aku mohon padamu. Untuk sekali ini saja! Tolong wujudkanlah keinginan kakekku. Selagi dia masih hidup, kakek ingin melihat bunga sakura mekar sekali lagi. Tolong mekarkanlah bunga-bungamu demi kakek. Aku mohon!”
Pemuda itu terus-menerus berdoa dengan mengucapkan perkataan itu berkali-kali. Malam hari pun tiba namun pemuda itu tetap tak beranjak dari tempatnya berdoa. Dia terus-menerus berdoa sambil bersujud. Hingga akhirnya di saat merah fajar menyingsing di ufuk timur pada keesokan pagi harinya, pemuda itu merasakan suatu keanehan. Dia merasa cuaca di pagi hari itu terasa sangat hangat seperti di musim semi. Padahal waktu itu masih di pertengahan musim dingin yang membeku.
“Kok aneh? Kenapa hawanya jadi hangat, ya? Hmm… Kok, aku mencium harumnya bunga?”
Pemuda itu pun menengadahkan kepalanya melihat pohon sakura di atasnya.
“Oh, Tuhan?!”
Keajaiban pun terjadi. Pemuda itu melihat ranting-ranting dan dahan sakura yang semula gundul berselimut salju itu, kini telah berbunga dengan lebatnya. Bunga sakura bermekaran begitu indahnya memenuhi rerantingan dahan yang gundul itu dengan keharuman yang semerbak mewangi. Benar-benar keajaiban! Di bulan Februari yang dingin membeku seperti itu bunga sakura bisa mekar.
“Terima kasih pohon sakura,” kata pemuda itu.
Dia pun segera bergegas pulang ke rumah menemui kakeknya.
“Kek...Kakek! Ayo ikut aku!”
“Ada apa? Apa yang terjadi?” tanya kakek terheran-heran melihat tingkah cucu laki-lakinya itu.
“Kabar bagus! Kakek pasti senang. Ayo kita berangkat!”
Pemuda itu lalu menggendong sang kakek di atas punggungnya. Berjalan menyusuri jalan desa yang beku tertimbun salju putih menuju tempat pohon sakura raksasa. Semakin lama mereka semakin mendekati pohon sakura raksasa itu.
“Oh, Tuhan! Benarkah yang kulihat ini?” kata kakek terkejut.
Kakek tak bisa menahan rasa terharunya karena merasa sangat bahagia. Matanya berkaca-kaca, lalu air matanya pun jatuh bercucuran membasahi pipi keriputnya, hingga kakek pun tidak bisa berkata-kata lagi untuk mengungkapkan kebahagiaannya di saat itu. Sinar matahari pagi yang menyinari pohon itu membuat bunga-bunga sakura yang mekar terlihat bercahaya berkilauan dengan begitu indahnya.
“Ini benar-benar sakura terindah yang pernah kulihat seumur hidupku. Baru kali ini aku melihat sakura seindah ini,” kata kakek.
Melihat kakek yang tampak sangat bahagia, pemuda itu pun menangis terharu. Akhirnya tak lama setelah peristiwa itu kakek pun meninggal dunia. Namun anehnya, sejak peristiwa itu pohon sakura raksasa di desa itu setiap tahun selalu mekar lebih awal dari pohon-pohon sakura lainnya. Pohon itu selalu berbunga di pertengahan Februari pada tanggal 16.
***
Kenta berhenti baca buku.
"Cerita yang bagus berasal dari Jepang. Pinter yang buat ceritanya," kata Kenta.
Kenta menutup bukunya dan buku di taruh di meja.
"Main ah!" kata Kenta.
Kenta memutuskan ingin main, ya jadinya keluar rumah. Kenta berjalan dengan baik menuju rumahnya teman baiknya Kenta yaitu Lee Jeong Hoon.
No comments:
Post a Comment