Di sebuah perjalanan pulang, fikri ingin menyempatkan diri terlebih daluhu pergi ke sebuah masjid, terlihat dengan jelas di balik kaca mobilnya sebuah masjid yang sangat megah, arsitektur yang sangat modern yang terletak di depan gedung gedung pencakar langit. Tiba disana ia melihat seorang laki laki yang sedang membersihkan area masjid, rasanya ia mengenali sosok itu. Fikri pun menghampirinya.
“Assalamu’alaikum”
“Waalaikum sallam” sambil menoleh
“Masyaallah, alif. aku sangat merindukan kau alif.” kata fikri sambil menepuk pundak laki laki yang bernama alif itu.
“Sama aku pun, kau makin tampan saja bekerja di luar negeri” kata alif sambil tersenyum
“Aaah kamu ini bisa saja, senang bisa bertemu denganmu disini, ngomong ngomong apa yang sedang kamu lakukan?” Tanya fikri
“Seperti yang kau lihat, aku sedang membersihkan halaman masjid fik, sudah sana sholat dulu aku akan membersihkannya agar kamu dan semua orang merasa nyaman sholat disini.”
Dalam hati fikri sangat kasihan pada alif, mengapa orang sepintar alif hanya bekerja sebagai marbot masjid? Ia mengutuk negeri ini yang tak adil pada orang sepintar alif. Ia ingin memberikan sebuah pekerjaan yang lebih layak.
“Lif, aku ingin memberikan pekerjaan yang lebih layak padamu dari pada jadi marbot masjid” Kata fikri
“sudahlah, sana kau sholat dulu nanti kita mengobrol lagi.” sambil tersenyum
Akhirnya fikri pun pergi ke dalam masjid dan setelah selesai sholat, tiba tiba ada anak muda menyapanya.
“Assalamu alikum pak”
“Waalaikum sallam, iya ada apa nak?”
“Bapak kenal yah dengan insinyur haji alif?”
“Alif maksudmu? Iya dia teman saya waktu smp”
“Eeeh tapi kenapa kamu panggil dia haji, memangnya ia sudah menghajikan?” lanjut fikri bingung
“Iya pak, sudah lama pak dia menghajikan. Oh ya pak insinyur haji alif punya kebiasaan aneh ya pak? Bapak tahu tidak?” Kata anak muda itu
Fikri hanya menggelengkan kepala
“Beliau itu ya pak, aneh sekali sukanya membersihkan masjid, dia selalu menggantikan tugas saya sebagai marbot masjid padahal dia yang membangun masjid megah ini di tanah wakafnya sendiri dan pake duitnya sendiri, dia malah menyuruh saya untuk terus membaca al quran agar hidup saya cerah katanya pak, bapak juga pasti lihat kan gedung gedung tinggi di depan masjid, itu juga miliknya, insinyur haji alif itu hebat sekali ya pak” jelas anak muda itu
Seketika fikri merasa tercengang, wajahnya terasa ditampar ratusan kali tamparan. Ia merasa malu pada alif, dalam hatinya tadi ia telah merendahkan alif padahal alif begitu mulia ia tidak ingin menampakan sesuatu yang ia miliki.
Cerpen Karangan: Eva Faujiah
“Assalamu’alaikum”
“Waalaikum sallam” sambil menoleh
“Masyaallah, alif. aku sangat merindukan kau alif.” kata fikri sambil menepuk pundak laki laki yang bernama alif itu.
“Sama aku pun, kau makin tampan saja bekerja di luar negeri” kata alif sambil tersenyum
“Aaah kamu ini bisa saja, senang bisa bertemu denganmu disini, ngomong ngomong apa yang sedang kamu lakukan?” Tanya fikri
“Seperti yang kau lihat, aku sedang membersihkan halaman masjid fik, sudah sana sholat dulu aku akan membersihkannya agar kamu dan semua orang merasa nyaman sholat disini.”
Dalam hati fikri sangat kasihan pada alif, mengapa orang sepintar alif hanya bekerja sebagai marbot masjid? Ia mengutuk negeri ini yang tak adil pada orang sepintar alif. Ia ingin memberikan sebuah pekerjaan yang lebih layak.
“Lif, aku ingin memberikan pekerjaan yang lebih layak padamu dari pada jadi marbot masjid” Kata fikri
“sudahlah, sana kau sholat dulu nanti kita mengobrol lagi.” sambil tersenyum
Akhirnya fikri pun pergi ke dalam masjid dan setelah selesai sholat, tiba tiba ada anak muda menyapanya.
“Assalamu alikum pak”
“Waalaikum sallam, iya ada apa nak?”
“Bapak kenal yah dengan insinyur haji alif?”
“Alif maksudmu? Iya dia teman saya waktu smp”
“Eeeh tapi kenapa kamu panggil dia haji, memangnya ia sudah menghajikan?” lanjut fikri bingung
“Iya pak, sudah lama pak dia menghajikan. Oh ya pak insinyur haji alif punya kebiasaan aneh ya pak? Bapak tahu tidak?” Kata anak muda itu
Fikri hanya menggelengkan kepala
“Beliau itu ya pak, aneh sekali sukanya membersihkan masjid, dia selalu menggantikan tugas saya sebagai marbot masjid padahal dia yang membangun masjid megah ini di tanah wakafnya sendiri dan pake duitnya sendiri, dia malah menyuruh saya untuk terus membaca al quran agar hidup saya cerah katanya pak, bapak juga pasti lihat kan gedung gedung tinggi di depan masjid, itu juga miliknya, insinyur haji alif itu hebat sekali ya pak” jelas anak muda itu
Seketika fikri merasa tercengang, wajahnya terasa ditampar ratusan kali tamparan. Ia merasa malu pada alif, dalam hatinya tadi ia telah merendahkan alif padahal alif begitu mulia ia tidak ingin menampakan sesuatu yang ia miliki.
Cerpen Karangan: Eva Faujiah
No comments:
Post a Comment