CAMPUR ADUK

Thursday, July 29, 2021

POPOCATEPETL DAN IZTACCIHUATL

Zori setelah lari keliling kompleks dengan teman-teman, ya istirahat di rumah. Ada buku di meja, ya di baca Zori dengan baik.

Isi buku yang di baca Zori :

Ratusan tahun yang lalu sebelum kedatangan bangsa Spanyol, lembah Meksiko ditinggali oleh suku bangsa Aztec. Mereka hidup berkelompok, menguasai wilayah-wilayah tertentu. Salah satu wilayah yang mereka kuasai adalah wilayah Tlaxcaltecas. Tezcacoatl adalah kepala suku dari wilayah Tlaxcaltecas. Ia sudah lama berkeluarga, tapi belum diberi keturunan. Setiap hari, ia dan istrinya berdoa kepada dewa agar permohonan mereka dikabulkan. Mereka sungguh berharap memiliki anak, tak peduli satu atau banyak, tak peduli lelaki atau perempuan. Mereka berdua sangat merindukan kehadiran buah hati. Pada suatu hari Tezcacoatl bermimpi bertemu dengan Dewi Cihuacoalt, yang dipercaya sebagai dewi kesuburan oleh suku bangsa Aztec. 

“Dewi Cihuacoalt, kami mohon kabulkanlah doa kami,” pinta Tezcacoatl, mengiba. 

“Aku telah mendengar doa kalian. Aku akan melakukan sesuatu untuk memenuhi permintaan kalian.”

“Terima kasih, Dewi. Kami mohon segera kirimkanlah bayi mungil untuk melengkapi kehidupan kami,” pinta Tezcacoatl lagi. 

“Tezcacoatl, aku tidak bisa memberikan anak pada kalian. Itu adalah bagian dari takdir yang tidak bisa kuubah. Tetapi, aku bisa meminjamkannya kepada kalian.”

Dewi Cihuacoalt kemudian menghilang dari pandangan Tezcacoatl. Tezcacoatl memanggil-manggil sang dewi, meminta penjelasan. Tangannya menggapai kabut yang tertinggal, hingga ia meraih sesuatu. Tezcacoatl tiba-tiba terbelalak, terbangun dari tidurnya. Rupanya, ia meraih tangan istrinya. Keringat mengucur deras membasahi dahinya. 

“Ada apa, Suamiku? Kau mengigau,” istri Tezcacoatl berkata dan segera bangkit mengambil secawan air untuk suaminya. 

Tezcacoatl mencoba menenangkan hatinya. Ia kemudian bercerita tentang mimpi yang baru saja dialaminya. Mereka sangat berharap jika mimpi itu adalah pertanda baik untuk mereka. Namun, mereka masih bertanya-tanya, bagaimana Dewi Cihuacoalt akan meminjamkan anak pada mereka. Setahun berlalu setelah Tezcacoatl memimpikan Dewi Cihuacoalt, namun anak yang mereka nanti tak kunjung datang. Istri Tezcacoatl belum juga mengandung dan tanda-tanda kehamilan belum tampak terjadi. Tezcacoatl dan istrinya mulai cemas. Suatu hari, istri Tezcacoatl mengandung. Tezcacoatl sangat gembira mendengar kabar tersebut. Ia pun memerintahkan wanita-wanita di sukunya untuk menjaga istrinya siang dan malam. Mereka juga bertugas untuk menyediakan semua kebutuhan sang istri, agar anak yang dikandungnya kelak lahir dengan sehat dan selamat. Sebagai bentuk syukurnya, Tezcacoalt membangun kuil khusus untuk Dewi Cihuacoalt. Tezcacoatl mengirim persembahan ke kuil tersebut setiap hari. 

Akhirnya masa yang dinanti-nantikan pun tiba. Istri Tezcacoalt melahirkan seorang bayi perempuan, dengan kulit putih dan rambut lebat. Bayi cantik itu diberi nama Iztaccihuatl. Dalam bahasa Nahuatl, bahasa masyarakat Tlaxcaltecas, Iztaccihuatl terdiri dari kata iztac dan cihuatl. Iztac berarti putih dan cihualt berarti wanita. Sehingga arti nama Iztaccihuatl sungguh menggambarkan sang putri. Tahun demi tahun berganti, Iztaccihuatl tumbuh menjadi gadis yang menawan. Parasnya elok dengan rambut hitam tergerai panjang. Kulitnya bersih, lebih putih dari wanita-wanita Indian pada umumnya. Selain cantik rupanya, Iztaccihuatl juga cantik hatinya. Ia kerap membagikan makanan dan pakaian pada wanita-wanita Tlaxcaltecas yang baru saja melahirkan. Ia pun tak segan membantu mereka menghadapi persalinan. 

Ibu Iztaccihuatl mengajarkan semua itu sebagai wujud syukur kehadiran Iztaccihuatl dalam kehidupan mereka. Sejak kelahiran Iztaccihuatl, kepala suku Tezcacoalt dan istrinya mencoba merawat putri mereka dengan baik. Akan tetapi, dari semua kebaikan Iztaccihuatl, sifat manjanya menjadi satu sifat yang begitu dikhawatirkan oleh kedua orangtuanya. Sang putri selalu meminta setiap keinginannya dituruti. Apabila keinginannya tidak dituruti, Iztaccihuatl akan mengurung diri di kamar selama berhari-hari. Hal itu disebabkan oleh sikap Tezcacoatl dan istrinya yang selalu memanjakan Iztaccihuatl sejak kecil. Saat Putri Iztaccihuatl tumbuh dewasa, banyak pria yang menaruh hati padanya. Ada banyak pria yang melamar Iztaccihuatl. Bahkan ada pula pria dari luar Tlaxcaltecas yang pernah datang melamarnya. 

Pria itu datang melamar setelah mendengar tentang kemolekan Iztaccihuatl dari cerita orang. Namun, Iztaccihuatl belum menerima satu pinangan pun karena ia telah memiliki pilihannya sendiri. Iztaccihuatl ternyata jatuh hati kepada seorang pemuda tampan bernama Popocatepetl. Kepala suku merasa senang ketika mengetahui perasaan putrinya. Kepala suku sudah mengetahui Popocatepetl dan sangat menyukainya. Kepala suku pun setuju jika Iztaccihuatl menikah dengan Popocatepelt. Popocatepetl adalah prajurit pemberani yang sering memimpin pasukan perang Tlaxcaltecas. Ayah Popocatepetl adalah panglima pasukan Tlaxcaltecas yang gugur dalam perang. Dahulu, Popocatepetl hampir menjadi anak angkat Tezcacoatl sebelum istrinya mengandung. Namun pada saat itu, ibu Popocatepetl ingin mengasuh Popocatepetl sendiri sebagai pengganti ayahnya. Kepala suku Tezcacoatl memaklumi keinginan ibu Popocatepelt dan mengurungkan niatnya. Popocatepetl ternyata juga menaruh perasaan yang sama pada Putri Iztaccihuatl. Maka, setelah ia tahu jika Putri Iztaccihuatl menaruh hati padanya, ia memberanikan diri untuk melamarnya. 

“Aku menerima lamaranmu, Popo. Namun, aku ingin mengajukan sebuah permintaan sebelum aku menikahkan kalian.” 

Popocatepetl tersenyum mendengar titah kepala suku. Ia merasa yakin akan sanggup memenuhi permintaan tersebut. 

“Aku ingin kau berangkat memimpin peperangan di Oaxaca. Pasukan kita kewalahan dan membutuhkan pasukan tambahan. Bawalah kemenangan saat kau kembali,” perintah kepala suku Tezcacoatl. 

Dia hendak menguji keteguhan hati Popocatepetl sebelum benar-benar menikah dengan putrinya.

“Baik, Yang Mulia. Hamba akan mempersembahkan kemenangan bagi suku kita,” kata Popocatepetl, tegas. 

Ia segera memanggil pasukan yang dipimpinnya dan bersiap menuju Oaxaca. Tlaxcaltecas memang sedang menghadapi tekanan berat dari Tenochtitlan. Kerajaan besar itu meminta upeti yang banyak kepada Tlaxcaltecas. Tentara Tenochtitlan akan menyerang untuk merebut wilayah Tlaxcaltecas apabila mereka tidak memenuhi permintaan itu. Pasukan Tlaxcaltecas pun dikerahkan untuk membendung serangan pasukan Tenochtitlan di Oaxaca. Sementara itu, Putri Iztaccihuatl sebenarnya tidak setuju dengan tugas yang diberikan ayahnya kepada Popocatepetl. Ia khawatir bila terjadi sesuatu pada pujaan hatinya.

“Tenang saja, Izta. Ayah yakin jika Popo dapat kembali dengan membawa kemenangan. Selama ini, pasukan yang dipimpinnya tak sekali pun kalah dalam peperangan,” ujar kepala suku, meyakinkan putrinya. 

Di Oaxaca, Popocatepetl bertemu dengan Xinantecatl, pemimpin pasukan yang telah berangkat sebelumnya. Popocatepetl menyampaikan perintah kepala suku Tezcacoatl yang memintanya untuk membantu Xinantecatl agar mereka memenangkan peperangan. 

“Tanpa bantuan pasukanmu pun, kami akan tetap memenangkan pertempuran ini, Popo,” ucap Xinantecatl, angkuh. Popocatepetl tak menanggapi kata-kata pedas Xinantecatl. 

Ia segera berlalu, tak ingin memicu perpecahan pasukan Tlaxcaltecas hanya karena pemimpin mereka tidak akur. Popocatepetl dengan Xinantecatl memang telah lama bersaing. Mereka sama-sama ingin menjadi panglima tertinggi pasukan Tlaxcaltecas. Selain itu, Xinantecatl juga termasuk salah satu pria yang telah lama menaruh hati pada Putri Iztaccihuatl. Suatu malam ketika pasukan sedang beristirahat, seorang prajurit bernama Yaotl datang menghampiri Xinantecatl. Ia bercerita pada Xinantecatl bahwa Popocatepetl telah melamar Putri Iztaccihuatl. Xinantecatl geram mendengarnya. 

“Pasti Putri menolaknya, kan?” tanya Xinantecatl, penasaran. 

“Putri justru telah menerimanya,” balas Yaotl. 

“Apa?” bentak Xinantecatl marah. 

Ia merasa iri dan tidak rela jika putri menikah dengan Popocatepetl. 

“Akan tetapi, kepala suku memberi syarat yang berat kepada Popo. Ia harus pulang dengan memenangkan pertempuran ini,” lanjut Yaotl. 

“Aku harus melakukan sesuatu untuk menggagalkannya,” bisik Xinantecatl. 

Tangannya terkepal menahan marah. 

“Kau tak akan mencelakai Popo, kan?” tanya Yaotl, khawatir. 

Ia merasa bersalah telah memberitahukan berita itu pada Xinantecatl. 

“Tidak. Tapi, aku akan tetap melakukan sesuatu. Dan kau,” Xinantecatl menunjuk wajah Yaotl, “tutup mulut atau pulang tinggal nama!” Xinantecatl mengancam Yaotl. 

Yaotl ketakutan. Ia segera mengangguk dan berlari menjauh dengan tergopoh-gopoh. Xinantecatl mulai berpikir, mencari cara untuk menggagalkan pernikahan Putri Iztaccihualt dan Popocatepetl. Ia tahu jika perang masih berlangsung. Namun, ia memiliki keyakinan bahwa pasukan Tlaxcaltecas akan memenangkan peperangan. Saat ini pasukan Tenochtitlan sudah banyak yang terbunuh dan terluka. Setelah berpikir lama, Xinantecatl mendapatkan ide brilian. Pada hari ke dua puluh tujuh, setelah Popocatepetl dan pasukannya berangkat ke medan peperangan, seorang prajurit datang ke Tlaxcaltecas. Ia ingin menemui kepala suku untuk menyampaikan kabar penting.

“Ada apa Yaotl? Kabar apa yang kau bawa?”

“Hamba diperintahkan untuk menyampaikan berita ini, Yang Mulia Tezcacoatl.” 

Yaotl menyerahkan sebuah gulungan perkamen dengan hati-hati. Kepala suku merasa senang sekaligus terkejut mengetahui kabar yang dibawa Yaotl. Dalam perkamen tersebut Xinantecatl menuliskan bahwa pasukan Tlaxcaltecas telah meraih kemenangan. Pasukan sedang mempersiapkan kepulangan ke Tlaxcaltecas. Sayangnya, berita kemenangan itu juga disertai dengan berita duka. Popocatepetl, pimpinan pasukan kebanggaan kepala suku, telah gugur dalam pertempuran. Kepala suku Tezcacoatl tak sampai hati untuk menyampaikan berita duka tersebut pada putrinya. Namun, ia tahu jika putrinya harus mengetahui berita tersebut, cepat atau lambat. 

“Sebaiknya kau saja yang memberi tahu Iztaccihuatl,” ujar kepala suku pada istrinya.

Wanita cantik itu mengangguk. Air matanya menetes. Ia merasa sedih dengan gugurnya Popocatepetl dan tak sanggup membayangkan kesedihan yang akan ditanggung putrinya. Ia tahu jika Iztaccihuatl sangat berharap dapat menikah dengan Popocatepetl. Putri sudah sering bercerita kepada sang ibu, tentang angan-angannya setelah menikah dengan Popocatepetl kelak.             

“Putriku Izta, ada yang ingin ibu sampaikan padamu. Kemarilah.” 

“Ada apa Ibunda?” 

Putri Iztaccihuatl mendekat dan duduk di sebelah ibunya. Namun, ibunya justru terdiam lama. Ia hanya membelai rambut putri, sambil menghela napas berkali-kali.

“Ibunda sedang bersedih? Apa yang terjadi?”

Putri Iztaccihuatl mengelus lembut jemari ibunya.

“Izta, Popo gugur dalam peperangan. Seorang prajurit baru saja membawa kabar dari Oaxaca,” ucap ibunya, lirih.

Putri Iztaccihuatl terdiam. Ia terus menggeleng dan mulai menangis. Jemari ibunya digenggam erat, seolah mencari kebenaran dalam berita yang diucapkan ibunya. Sang ibu kemudian merengkuhnya dalam pelukan, berusaha menenangkannya. Sejak hari itu, Putri Iztaccihuatl tak mau bicara dan tak mau makan. Ia pun mengurung diri di kamar. Semakin hari tubuhnya semakin lemah. Matanya bengkak karena terlalu sering menangis.             

“Izta, makanlah sedikit. Ibu tak sanggup melihatmu seperti ini.”

Iztaccihuatl hanya terdiam, tak menyahut. Hanya sesenggukan tangisnya yang terdengar, lirih. Bujukan ibundanya dan kepala suku Tezcacoalt sudah tak mempan. Mereka sudah melakukan segala cara untuk membantu Putri Iztaccihuatl. Bahkan semua pengobatan sudah dicoba, tetapi Putri Iztaccihuatl selalu menolak. Putri yang cantik itu kini tampak kurus dan pucat. Ia sangat sedih karena kematian Popocatepetl. Ia juga marah pada ayahnya karena mengutus Popocatepetl berangkat berperang sebelum menikah dengannya. Iztaccihuatl masih belum bisa menerima kenyataan pahit tersebut. Akhirnya Putri Iztaccihuatl meninggal dalam kesakitan tubuh dan batinnya. Duka cita menyelimuti Tlaxcaltecas. Kepala suku memerintahkan orang-orang mempersiapkan pemakaman putrinya.

Tezcacoatl teringat akan mimpinya dahulu. Dewi Cihuacoalt berkata akan meminjaminya anak. Kini, Tezcacoatl sudah mengetahui artinya. Ia hanya akan memiliki anak untuk sementara. Ia pun tak dapat meneruskan keturunannya karena Iztaccihuatl adalah putri satu-satunya. Tezcacoatl dan istrinya merasa sedih. Namun, mereka tetap berterima kasih kepada Dewi Cihuacoalt karena sudah meminjamkan anak sebaik dan secantik Iztaccihuatl. Tezcacoatl dan istrinya berusaha merelakan kepergian Iztaccihuatl, kembali kepada Dewi Cihuacoalt. Tepat di hari pemakaman Iztaccihuatl, iring-iringan pasukan yang baru pulang berperang datang. Kepala suku sangat terkejut karena yang memimpin pasukan adalah Popocatepetl. Popcatepetl datang dengan raut bahagia membawa kemenangan, juga menantikan pertemuan dengan orang yang dicintainya. Pada saat menemui kepala suku untuk mempersembahkan kemenangan sebagai syarat pernikahannya dengan Putri Iztaccihuatl, Popocatepetl mendapat kabar kematiannya. Hatinya berkecamuk.             

“Siapa yang mengabarkan hamba telah gugur, Yang Mulia?” tanya Popocatepetl.

Suaranya bergetar karena amarah. Kepala suku menyerahkan perkamen yang mengabarkan gugurnya Popocatepetl. Xinantecatl adalah penyebab semua kekacauan ini. Popocatepetl segera bangkit dan mencari Xinantecatl. Selama berhari-hari ia mencari Xinantecatl, namun dia ternyata sudah meninggalkan Tlaxcaltecas, entah ke mana. Dengan kesedihan, Popocatepetl kembali ke Tlaxcaltecas. Ia ingin melakukan sesuatu untuk memberikan penghormatan pada sang putri. Popocatepetl ingin mengenang besarnya cinta Putri Iztaccihuatl kepadaya. Ia pun berharap Putri Iztaccihuatl dapat terus diingat oleh sukunya. 

“Yang Mulia, izinkan hamba membuat tempat peristirahatan yang indah untuk Putri Iztaccihuatl.”

“Ya, Popo. Aku serahkan semuanya kepadamu.” 

Kepala suku akhirnya memasrahkan urusan pemakaman Putri Iztaccihuatl kepada Popocatepetl. Popocatepetl bersama prajuritnya berusaha menyatukan bukit-bukit di sekitar Tlaxcaltecas menjadi sebuah gunung. Ia ingin menyemayamkan jasad putri di tempat yang tertinggi. Popocatepetl sendiri yang menggendong jasad Putri Iztaccihuatl ke puncak gunung. Ia membaringkan tubuh putri di altar. Popocatepetl lalu menyalakan obor dan berlutut di sisi kekasih hatinya. Ia terus berada di sana, menemani putri agar damai dalam tidur abadinya. Para dewa yang melihat pengorbanan Putri Iztaccihualt dan Popocatepetl merasa iba. Mereka menurunkan salju untuk menutupi keduanya. Tumpukan salju kian menebal hingga keduanya tak tampak lagi dari pandangan manusia. 

Dewa kemudian mengubah mereka menjadi gunung berapi besar yang terus bersama hingga akhir zaman, Gunung berapi Popocatepetl dan Iztaccihualt. Kepala suku Tezcacoatl dan istrinya kerap memandangi kedua gunung itu dari kejauhan kala merindukan Iztaccihuatl. Prajurit-prajurit Popocatepetl pun melakukan hal yang sama. Mereka begitu mencintai Popocatepetl yang gagah berani. Gunung Popocatepetl sesuai dengan namanya, sering mengeluarkan asap. Nama Popocatepetl berasal dari bahasa Nahuatl, terdiri dari kata popoa yang berarti asap dan tepetl yang berarti bukit. Maka, secara utuh namanya berarti bukit yang berasap. Legenda mengatakan, asap itu adalah obor yang dinyalakan Popo sebagai pertanda ia masih selalu mengingat putri tercintanya.

Gunung Popocatepetl adalah gunung berapi aktif berusia sekitar 730.000 tahun dengan ketinggian 5.450 meter di atas permukaan laut. Orang-orang Meksiko sering menyebutnya El Popo atau Don Goyo. El Popo merupakan gunung tertinggi kedua di Meksiko. Gunung Iztaccihuatl bila diamati, tampak seperti perempuan yang sedang berbaring dengan wajah menatap langit. Oleh karena itu, orang-orang menyebutnya La Mujer Dormida yang berarti perempuan tidur. Gunung berapi ini memiliki ketinggian 5.230 meter di atas permukaan laut dan menjadi gunung tertinggi ketiga di Meksiko.             

Konon kabarnya, Xinantecatl juga berubah menjadi gunung setelah mengasingkan diri dan melakukan pertobatan. Gunung berapi itu dinamakan Nevado de Toluca, gunung tertinggi keempat di Meksiko. Nevado de Toluca terletak di wilayah lain dengan posisi seolah-olah sedang menyaksikan sepasang kekasih abadi, Popocatepetl dan Iztaccihuatl. Saat ini, gunung-gunung tersebut masih sering dikunjungi oleh orang-orang yang ingin menikmati panoramanya. Asal usulnya juga terus diceritakan turun temurun, hingga melegenda di Meksiko.

***
Zori selesai baca bukunya.

"Cerita yang bagus dari asal di tulis buku Mesiko," kata Zori.

Zori menutup bukunya dan menaruh buku di meja.

"Mandi ah!" kata Zori.

Zori ke masuk rumah langsung ke belakang, ya mandi. Setelah itu. Zori santailah nonton Tv di ruang tengah.

No comments:

Post a Comment

CAMPUR ADUK

MUMBAI XPRESS

Malam gelap bertabur bintang di langit. Setelah nonton Tv yang acara sepak bola. Budi duduk dengan santai di depan rumahnya sedang baca cerp...

CAMPUR ADUK