Siang hari yang tenang, Ateng sedang asik tiduran di bawah pohon yang rindang. Udara bertiup sepoy-sepoy membuat keadaan jadi sejuk banget. Buah jambu kelutuk yang matang berwarna kuning, jatuh karena di tiup udara cukup kencang sih.
Jambu kelutuk yang membentur tanah bersuara "Plukk", Ateng bangun dari tidur-tidurannya. Segera Ateng mencari buah kelutuk itu. Di cari-cari, ya ketemu jambu kelutuk yang masak, segera Ateng mengambilnya dan menghusap-usap dibajunya, di makan.
"Manis buah jambu ini," kata Ateng.
Ateng pun segera menghabiskan buah jambu kelutuk. Lalu melihat pohon jambu kelutuk dengan seksama.
"Wah banyak buah yang masak," kata Ateng.
Ateng yang betubuh kecil alias kate karena memang kodar dirinya, ya di terima dengan baik sih oleh Ateng. Segera Ateng melompat dengan teknik silatnya untuk mengambil buah jambu kelutuk yang mateng berwarna kuning.
Ateng yang dapet banyak buah jambu kelutuk yang mateng, ya meninggalkan tempat tersebut. Dengan santai Ateng berjalan, ya sambil makan buah kelutuk. Saat melewati aliran sungai, ada gadis yang di gangu oleh dua orang laki-laki. Ya Ateng mau menolong gadis tersebut, tapi keburu di tolong dengan seorang laki-laki tinggi. Ateng mengenal laki-laki tersebut berkata "Iskah".
Ateng ya duduk aja di bawah pohon pisang sambil makan jambu kelutuknya. Iskah, ya bertarung habis-habisan melawan dua penjahat gitu. Ya menang Iskah, karena mengerahkan ilmunya yang hebat sampe tuh dua penjahat tungganglanggang dari situ. Gadis yang di tolong Iskah, ya berterima kasih gitu. Iskah biasa aja, karena niat baik. Gadis itu pun pergi meninggalkan Iskah. Ateng pun menghampiri Iskah.
"Iskah...jambu," kata Ateng.
"Engak Ateng. Ateng.....ngapain di sini?" kata Iskah.
"Lihat...Iskah bertarung tadi, Seru banget...Iskah mengalah...dua penjahat tengil," kata Ateng.
"Kenapa kamu tidak bantu aku?" kata Iskah.
"Iskah...hebat...bisa ngalahkan dua penjahat itu, ya jadi gak usah di tolong," kata Ateng.
"Iya...benar juga sih. Aku hebat mengalahkan dua penjahat tengil," kata Iskah.
"Ayo kita pulang ke padepokan!" kata Ateng.
"Ayo!!!" saut Iskah.
Ateng dan Iskah pun berjalan menuju padepokan dengan santai keduanya. Sampai di padepokan ternyata padepokan hancur gitu. Ateng dan Iskah menolong teman-temannya seperguruan yang tergeletak di tanah semuanya. Ada temannya Ateng dan Iskah, ya sekarat gitu....jadi tanya siapa yang menyerang padepokan.
Sebelum meninggal temannya Ateng dan Iskah terucap satu kata "Darto".
"Darto. Mengkhianatin...perguruan ini," kata Ateng.
"Tuh...orang harus bayar semua kejahatannya pada perguruan," kata Iskah.
Ateng dan Iskah, membereskan mayat teman-temannya untuk di makam baik-baik. Esok harinya. Ateng dan Iskah, ya meninggalkan padepokan untuk mencari Darto. Dari satu desa ke desa, Ateng dan Iskah mencari Darto dengan bertanya pada warga. Wal hasil tidak ada petunjuk. Sampai suatu ketika. Terjadi keributan di warung makan. Ada 6 orang mengkroyok satu orang, ya pemuda gitu jadi pertarungan yang tidak seimbang. Maka itu Ateng dan Iskah menolong pemuda tersebut karena terlihat baik dari perangainya, walau ya sedikit tingkahnya gila.
Pertarungan jadi sengit banget, pada akhirnya yang menang adalah Ateng, Iskah dan juga pemuda. Setelah para penjahat tungganglanggang dari situ, baru deh Ateng dan Iskah berkenalan dengan pemuda, ya sedikit gila.
Ternyata namanya Wiro Sableng. Ya Wiro pun tahu, nama orang yang menolongnya Ateng dan Iskah. Wiro pun ingin membantu Ateng dan Iskah untuk menemukan orang yang telah menghancurkan perguruan. Jadi kesepakatan terjadi. Ateng, Iskah dan Wiro...pun berjalan bersama untuk mencari Darto. Sambil bertanya dengan warga yang di temui, akhirnya di ketahuilah keberadaan Darto. Segeralah Ateng dan kawan-kawan bergegas ke sebuah kaki bukit, ya sebuah padepokan tempat berkumpul para penjahat. Di depan padepokan ada penjaga yang menghadang Ateng dan kawan-kawan untuk masuk ke dalam untuk menemui Darto. Apa boleh buat?! Ya Ateng dan kawan-kawan menghajar para penjaga padepokan dan akhirnya keluar semua orang-orang yang ada di dalam perguruan, ya termasuk Darto.
Pertarungan terus berlangsung sampai satu demi satu tumbang. Ateng pun akhirnya bertarung dengan Darto. Dengan sengitnya Ateng mengeluarkan jurus-jurus silatnya, ya sama dengan Darto. Ateng behasil mengalahkan Darto sampai tersungkur di tanah.
Ateng mau membunuh Darto dengan jurus silatnya untuk membales kematian teman-temannya.
"Ampun...Ateng," permohonan Darto.
Ateng menghentikan serangannya ke Darto.
"Aku...tidak berniat membunuh teman-teman, tapi aku adalah....guru di perguruan ini," kata Darto sambil menyerang Ateng.
Ateng terkena serangan Darto.
"Dasar pengkhianat," kata Ateng.
"Aku...ingin jadi pendekar terhebat di negeri, maka itu aku berpura-pura jadi murid di perguruan yang di bangun oleh Kakeknya Iskah. Dengan sabar aku menunggu waktu yang tepat untuk menghancurkan perguruan. Hal hasil aku berhasil," kata Darto yang sombong.
"Selama....ini..itu niat kamu," kata Ateng sambil menahan sakitnya.
Darto pun mulai menyerang Ateng. Tapi di tolong oleh Iskah dan Wiro. Ternyata Darto mengerahkan ilmu yang hebat banget sampai Iskah dan Wiro, kalah banget.
"Jadi...cuma segini, kemampuan kamu,..Iskah yang akan mewariskan perguruan yang telah aku hancurkan. Dan...siapa kamu, aku tidak kenal?" kata Darto.
"Sombong...benar!!!" kata Iskah.
"Emang sombong kamu itu. Kenalkan aku....Wiro Sableng," katanya.
"Wiro...Sableng, pantes gila," kata Darto.
Wiro pun bangkit dari keadaannya, ya menyerang Darto dengan jurus-jurus andalannya. Darto bisa mengimbangi serangan Wiro. Sampai-sampai Wiro mengeluarkan pukulan matahari yang di lancarkan ke Darto, ya Darto pun mengeluarkan telapak kelabang beracun ke Wiro.
Terjadi benturan yang hebat ketika kedua kekuatan itu berbenturan dan hasil Darto yang menang. Wiro memuntahkan darah. Iskah, ya...ingin menghajar Darto maka itu menyerangnya denga jurus-jurus hebat yang selama ini di sembunyikan Iskah. Darto mulai kewalahan menghadapi Iskah, maka itu Darto mengeluarkan tapak kelabang beracunnya. Ya Ishak pun mengeluarkan tapak bisa ular cobra. Benturan kekuatan keduanya sangat hebat banget. Darto meningkatka kekuatannya, ya Ishak juga. Tiba-tiba Darto terpental.
"Aku kalah....sama Ishak," kata Darto yang berusaha bangun dari keadaannya.
"Aku...membantu..Ishak..demi menghancurkan....kamu," kata Ateng.
"Ternyata...kamu, Ateng..menyalurkan tenaga dalem di belakangnya Ishak untuk meningkatkan serangan tenaga dalem Ishak. Kalau begitu...aku akan menghancurkan kalian bertiga," kata Darto.
"Siapa takut," jawab Ateng, Iskah dan juga Wiro.
Darto mengeluarkan sebuah kerisnya.
"Waduh...keris pusaka...mau di pake Darto," kata Iskah.
"Kacau..ini..mah," kata Ateng.
"Aku, yang menghadapinya pake...kapak maut nagageni 212," kata Wiro.
Wiro pun mulai mengerahkan tenaga dalemnya untuk melancarkan jurus pamungkasnya. Kapak pun di lempar ke Darto, ya Darto pun mengeluarkan tenaga dalam yang hebat sambil melempar kerisnya.
Benturan kekuatan kedua senjata pusaka sangat dasyat banget banget. Darto mengerahkan semua tenaga dalemnya untuk mengalahkan Wiro. Ya Wiro pun mengerahkan seluruh tenaga dalem dengan semangat yang berapi-api dan akhirnya mengalahkan Darto dengan kapak maut nagageni 212 tertancap di kepalanya Darto. Sedangkan keris pun jatuh ke tanah.
"Aku...kalah," kata terakhir Darto.
Darto pun meninggal dunia, ya kapak di cabut Wiro dan di simpan.
"Kita bales dendam ini benar gak sih?" tanya Ateng.
"Sebenarnya...bales dendam sih salah, ya....tapi kalau para penjahat tidak di berantas maka makin merajalela kejahatan di mana-mana," kata Iskah.
"Oh..begitu," saut Ateng.
"Sudah...mengalahkan banyak orang dan sampai terjadi pembunuhan masih bertanya kaya anak kecil," kata Ateng.
"Aku...memang anak kecil," saut Ateng.
"Ateng-Ateng...tubuh..mu kecil, kaya anak kecil. Tapi pikiran kamu..itu dewasa," kata Iskah.
"Cuma...becanda," kata Ateng.
"Becanda, orang katek bisa becanda juga," kata Wiro sambil tertawa.
"Ayo..kita tinggalkan tempat sini!" kata Iskah.
"Ayo," jawab Ateng dan Wiro bersamaan.
Iskah, Ateng dan Wiro meninggalkan tempat tersebut, tapi sebelum pergi....ya Ateng mengambil keris pusaka yang curi Darto. Saat di desa, ya Wiro bepisah dengan Ateng dan Iskah karena harus mencari tujuan yang lain. Iskah dan Ateng terus melanjutkan perjalanannya sampai ke padepokan dan di akhir cerita.....padepokan pun di bangun lagi oleh Iskah sebagai guru besar di perguruan. Ya Ateng jadi wakilnya Iskah untuk mengajar murid-murid yang belajar silat.